LAPORAN PRAKTEK KERJA
LAPANGAN
KEGIATAN
PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN
(TM) TANAMAN KELAPA SAWIT(Elaeis guineensis Jacq)
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA
VII (PERSERO) UNIT BETUNG
Oleh:
Ismail Arifal Nur Huda (422012001)
Silahudin
Al-ayuby (422012032)
Wendhi Angraini (422012019)
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PALEMBANG
PALEMBANG
2015
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
KEGIATAN
PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (TM) TANAMAN KELAPA SAWIT(Elaeis guineensis Jacq)
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT BETUNG
Oleh:
Ismail Arifal Nur Huda (422012001)
Silahudin Al-ayuby (422012032)
Wendhi Angraini (422012019)
Mengetahui, Disetujui Oleh:
Dr.Ir. Gusmiatun,MP Ir. Minwal,M.Si
Dekan FP UMP
Dr. Ir.
Gusmiatun,MP
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ)
adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus
elaeis berasal dari bahasa yunani elaion atau minyak, sedangkan nama spesies
guinensis berasal dari kata guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama
jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai guinea.
Kelapa sawit dikenal terdiri dari empat macam tipe
atau verietas, yaitu tipe Dura, Tenera, Pisifera. Masing-masing tipe di bedakan
berdasarkan tebal tempurung. Daerah pertama kelapa sawit di indonesia adalah daerah
jawa barat (lebak dan tangerang), lampung, riau, sumatera barat, sumatera utara
dan aceh. Negara penghasil kelapa sawit selain indonesia adalah malaysia,
amerika tengah dan nigeria (ketaren,1986).
Kegitan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM)
kelapa sawit yang kami lakukan di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Betung
meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, sensus, pemupukan, dan
penunasan atau sanitasi.
Kelapa sawit tergolong tanaman bandel dan kuat.
Walaupun begitu kelapa sawit tidak luput dari serangan hama dan penyakit, baik
yang kurang membahayakan maupun yang sangat membahayakan. Sebagaian besar hama
yang menyerang kelapa sawit adalah golongan hama dan serangga. Tetapi ada
beberapa jenis hewan golongan mamalia yang menyebabkan gangguan dengan kerugian
yang tidak sedikit pada perkebunan kelapa sawit. Sedangkan penyakit yang ada
pada kelapa sawit di sebabkan oleh beberapa organisme antara lain jamur,
bakteri dan virus.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada
hakikatnya adalah mengendalikan suatu kehidupan, oleh karena itu konsep
pengendaliannya di mulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup
hama/penyakit tersebut. Bagian yang di nilai paling lemah dari seluruh mata
rantai siklus hidup hama dan penyakit sangat berguna dalam pengendalian hama
dan penyakit yang efektif. Bagian yang dinilai paling lemah dari siklus hidup
hama dan penyakit merupakan titik krisis karena akan menjadi dasar acuan untuk
pengambilan keputusan pengendaliannya. Perkembangan pertanian dewasa ini menunjukkan
kemajuan yang semakin pesat.
Namun bersamaan dengan itu banyak segi yang secara
langsung ataupun tak langsung dapat memacu pertumbuhan gulma, seperti penanaman
dalam baris, jarak tanam yang lebar, mekanisasi, pengairan,penggunaan
bahan-bahan kimia berupa pupuk dan pestisida. Berarti dengan meningkatnya
intensifikasi pertanian maka masalah gulma tidaklah semakin ringan, tetapi
semakin berat. Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari melimpah dan
curah hujan yang cukup di daerah tropik, ikut mendorong gulma untuk tumuh
subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non pertanian lainnya.
PT Perkebunan Nusantara VII Unit Betung mengelola
satu jenis komoditi yaitu Kelapa Sawit, yang memiliki luas areal tanam kelapa
sawit seluas 3.185,2 Ha dan hasilnya berupa Tandan Buah Segar (TBS). Unit
betung juga memliki dua pabrik untuk mengelola hasil tanaman kelapa sawit yaitu
Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) yang mengelola TBS menjadi Crude Palm Oil ( CPO) dan pabrik
pengelolahan inti sawit menjadi Palm
Kernel Oil (PKO) dan Bungkil.
B.
Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
1.
Kegiatan praktek kerja lapangan
secara umum bertujuan untuk menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam menyelaraskan
antara teori yang diperoleh dengan kenyataan di lapangan.
2.
Secara khusus bertujuan untuk
mengetahui, memahami, dan mempelajari kegiatan pemeliharaan tanaman dan pemanenan
tanaman Kelapa Sawit
3.
Untuk menambah wawasan berfikir
dan meningkatkan kemampuan analisis terhadap data empiric di lapangan serta melatih disiplin
dan tanggung jawab saat melaksanakan tugas, terutama pada saat melaksanakan
magang/pkl di PT Perkebunan Nusantara
VII (Persero) Unit Betung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika Dan Botani Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu
yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus elaeis berasal dari bahasa yunani
elaion atau minyak, sedangkan nama spesies guinensis berasal dari kata guinea,
yaitu tempat dimana seorang ahli bernama jacquin menemukan tanaman kelapa sawit
pertama kali di pantai guinea.
Kelapa sawit dikenal terdiri dari empat macam tipe
atau verietas, yaitu tipe Dura, Tenera,
Pisifera. Masing-masing tipe di bedakan berdasarkan tebal tempurung. Daerah
pertama kelapa sawit di indonesia adalah daerah jawa barat (lebak dan
tangerang), lampung, riau, sumatera barat, sumatera utara dan aceh. Negara
penghasil kelapa sawit selain indonesia adalah malaysia, amerika tengah dan
nigeria (ketaren,1986).
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, dalam taksonomi
tumbuhan dapat diklafikasikan sebagai berikut (Sunarko,
2007):
Divisi :
spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas :
Monocotyledonae
Ordo :
Palmales
Famili :
Palmaceae
Genus :
Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis jacq
(Afrika)
:Elais melanococca (Amerika Selatan)
Varietas :Elaeis guneensisi
pisifera
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar,
batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif yang merupakan alat
perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah.
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah
dan respirasi tanaman, selain itu akar tanaman kelapa sawit juga berfungsi
sebagai penyangga berdirinya tanaman hingga mampu menyokong tegaknya tanaman
pada ketinggian yang mencapai puluhan meter ketika tanaman sudah berumur 25
tahun. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk
akar primer, sekunder, tertier dan kuartener.
Akar primer tunbuh kebawah didalam tanah sampai batas permukaan air tanah.
Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartener tumbuh sejajar dengan permukaan
air tanah bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas atau ke
tempat yang banyak mengandung zat hara. Disamping itu tumbuh pula akar nafas
yang timbul di atas permukaan air tanah atau didalam tanah. Penyebaran akar
terkonsentrasi pada tanah lapisan atas (Fauzi, 2003).
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai
kambium dan umunya tidak bercabang, batang berfungsi sebagai struktur tempat
melekatnya daun, bunga dan buah. Batang juga berfungsi sebagai organ penimbun
zat makanan yang memiliki sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral
dari akar ketajuk serta fotosintat (hasil fotosintesis) dari daun keseluruh
bagian tanaman, batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-70cm.
Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlhat karena tertutup oleh pelepah
daun. Tinggi batang tanaman kelapa sawit bertambah 25-75cm/tahun. Tinggi
maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15-18m sedangkan yang dialam
mencapai 30m (fauzi, 2006).
Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat
mencapai 3-5 meter. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan
bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat lebih dari 9 meter.
Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang paling panjang
dan panjangnya dapat melebihi 1,20 meter. Jumlah anak daun dalam satu pelepah
daun adalah 100-160 pasang (Lakitan,
1993).
Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang terpisah. Namun adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak lebih dahulu dari pada bunga betina karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dna bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung sari) adalah 3 x 24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering.
Gambar 1. Bunga Jantan
Gambar 2. Bunga Betina
Jika spatha (selubung bunga) bunga jantan baru terbuka, akan tercium bau
harum dan tepung sarinya masih dalam keadaan segar. Di perlukan waktu 5-6 bulan
sejak penyerbukan untuk menjadi buah yang dewasa, matang dan siap di panen.
Bunga betina yang tlah dibuahi akan menjadi buah.
Gambar 3. Buah Kelapa Sawit
Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu
bagian pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokaprium,
sedangkan yang kedua adalah biji, yang terdiri dari endokaprium, endosprem, dan
lembaga atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras dan licin,
sedangkan mesokaprium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak
dengan rendemen palingn tinggi. Endokaprium merupakan tempurung berwarna hitam
dan keras. Endosprem atau disebut juga karnel merupakan penghasil minyak inti
sawit, sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman (fauzi, 2012).
B.
Syarat Tumbuh Tanaman
Kelapa Sawit (Ekologi Kelapa Sawit)
Pertumbuhan dan produksi
kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun dari
tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat
dibdakan menjadi faktor lingkungan, genetis, dan faktor teknis-agronomis. Untuk
mencapai produksi kelapa sawit yang maksimal di harapkan ketiga faktor tersebut
selalu dalam keadaan optimal.
a.
Iklim
Faktor
iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar Lintang Utara-Lintang Selatan 12
derajat pada ketinggian 0-600 m dpl,
dan pada tanaman kelapa sawit liar masih dapat menghasilkan buah pada
ketinggian 1.300m dpl. Unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar
matahari, suhu, kelembapan udara, dan angin.
Curah hujan optimum yang
diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata adalah
2000-2500 mm/tahun,
dengan distribusi merata sepanjang
tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan
dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Namun , yang terpenting tidak terjadi
defisit air sebesar 250mm. Bila tanah dalam keadaan kering, akar tanaman sulit
menyerap mineral dari dalam tanah.
Sinar
matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga
dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lama penyinaran amat
berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit
antara 5-7jam/hari. Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup tanaman
kelapa sawit memerlukan suhu Temperatur yang optimal
24-28 °C, untuk tumbuh dengan baik.
Namun , tanaman masih dapat tumbuh pada suhu terendah
18 °C dan tertinggi 32°C. Beberapa
faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu adalah lama penyinaran dan
ketinggian tempat. Tanaman kelapa sawit yang ditanam lebih dari ketinggian 500m
dpl akan terlambat berbunga satu tahun jika dibandingkan dengan yang ditanaman
di dataran redah.
Kelembapan
udara dan angin adalah faktor yang penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa
sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan
angin 5-6km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang
kering menyebabkan penguapan lebih besar, mengurangi kelembapan, dan dalam
waktu lama mengakibatkan tanaman layu, (fauzi, 2012).
b. Tanah
Sifat fisik tanah yang
baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit daripada sifat kimianya.Beberapa hal
yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi,
kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan kedalaman
permukaan air tanah.Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur,
mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan
debu 25-30%, datar serta berdrainase baik (Soenandar, 2010).
Keadaan topografi pada areal perkebunan kelapa sawit berhubungan dengan
kemudahan perawatan dan panen. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman
kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0-15°.Tanah harus gembur dan
drainase baik. Akar dapat mencapai panjang
1,5 – 2 m cepat berlignin. Sehingga hanya ujung-ujung akar yang baru
terbentuklah yang mengadsorbsi air dan hara (Sunarko,
2007).
·
Sifat Fisik Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah sampai ketinggian
1.000m diatas permukaan laut , namun
secara ekonomis kelapa sawit diusahakan pada daerah dengan ketinggian 400 m
diatas permukaan laut. Penanaman kelapa sawit di kemiringan lereng 150
kurang baik, sedangkan kemiringan lereng lebih besar dari 250 tidak
dianjurkan karena akan menyulitkan pengangkutan buah pada saat panen dan bahaya
erosi.
Tabel 1.sifat
fisik tanah untuk tanaman kelapa sawit (lubis, 1986)
Sifat tanah
|
Baik
|
Sedang
|
Kurang
|
Lereng(derajat)
|
< 12
|
12-23
|
> 23
|
Kedalamantanah (cm)
|
>75
|
37,5-75
|
<37,5
|
Ketinggianair tanah (cm)
|
> 75
|
37,5-75
|
< 37,5
|
Tekstur
|
Lempung
|
Berpasir
|
Pasir
|
Struktur
|
Kuat
|
Sedang
|
Lemah(masif)
|
Konsistensi
|
Gembur
|
Teguh
|
Sangat teguh
|
·
Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat kemasaman dan komposisi
kandungan hara mineralnya.Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam
menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah(Andoko, 2006).
Tanaman kelapa sawit membutukan zat hara dalam jumlah yang besar
untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif, oleh karena itu kandungan hara yang
tinggi sangat dibutukan untuk mendapatkan produktifitas yang tinggi (Roni, 2012).
Selain itu pH tanah sebaiknya breaksi asam dengan kisaran nilai
4,0-6,0 dan pH optimum 5,0-5,5(Sunarko, 2007).
Tabel 2.sifat
kimia tanah unutk tanaman kelapa sawit
Sifat kimia tanah
|
Baik
|
Sedang
|
Kurang
|
Kandunngan unsur hara
|
|||
Nitrogen (N)
|
Cukup
|
Sedang
|
Kurang
|
Fosfor (P)
|
Cukup
|
Sedang
|
Kurang
|
Kalium (K)
|
Cukup
|
Sedang
|
Kurang
|
Magnesium(Mg)
|
Cukup
|
Sedang
|
Kurang
|
Blerang (S)
|
Cukup
|
Sedang
|
Kurang
|
Kalsium (Ca)
|
Cukup
|
Sedang
|
Kurang
|
Klor (Cl)
|
Cukup
|
Sedang
|
Kurang
|
pH tanah
|
4,5-6,0
|
4,0-4,5
6,0-6,5
|
< 4,0
>6,5
|
III. KEADAAN
UMUM
A. Keadaan Lokasi
PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit
Betung, terletak di Desa Teluk Kijing III, Kecamatan Lais, Kabupaten Musi
Banyuasin, jarak dari kota palembang ±76km
Tabel 3. Posisi Geografis Areal Perkebunan PT. Perkebunan
Nusantara VII (PERSERO) Unit Betung
Batas
|
Desa
|
Kecamatan
|
Kabupaten
|
Timur
Barat
Selatan
Utara
|
Betung/S.Mulya
Teluk Kijing III
Tj. Agung Selatan
Bukit/Kp.Baru
|
Betung
Lais
Lais
Betung
|
Banyuasin
Musi Banyuasin
Musi Banyuasin
Banyuasin
|
Sumber, PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Betung
B. Posisi Geografis
Gambar 4. Posisi letak Unit Betung
C. Sejarah PT. Perkebunan
Nusantara VII (PERSERO) Unit Betung
PT Perkebunan Nusantara VII Unit Betung merupakan
satu dari tujuh unit usaha yang berada dalam wilayah kerja distrik banyuasin
(D.BAN) PTPN VII diantaranya : Unit Talang Sawit, Unit Betung Krawo, Unit
Bentayan, Unit Tebenan, Unit Musi Landas, dan Unit Cinta Manis.
PT Perkebunan Nusantara VII Unit Betung, merupakan
tanah hak Erfacth Ex. N.V. Maatschappl Tot Exploltatle Der Cultur Ondernemingen
Van Emoorman En Compagnie, yang atas dasar undang-undang Nasionalisasi NO. 86
Tahun 1958 dan peraturan Pemerintahan Nomor 19 tahun 1959. Tanah Hak Erfacht
dimaksud menjadi tanah negara yang selanjutnya dikuasai dan dikelolah oleh PTP
Nusantara VII.
PT Perkebunan Nusantara
VII Unit Betung mengelola satu jenis komoditi yaitu Kelapa Sawit, yang memiliki
luas areal tanam kelapa sawit seluas 3.185,2 Ha dan hasilnya berupa Tandan Buah
Segar (TBS). Unit betung juga memliki dua pabrik untuk mengelola hasil tanaman
kelapa sawit yaitu Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) yang mengelola TBS
menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan
pabrik pengelolahan inti sawit menjadi Palm
Kernel Oil (PKO) dan Bungkil.
D. Visi Dan Misi Serta Tujuan Perusahaan
Visi
Menjadi unit usaha yang MANTAB (Mandiri, Andalan,
Terdepan, Agamais Dan Berwawasan Lingkungan).
Misi
1.
menjalankan
usaha agribisnis kelapa sawit
2.
menjalankan
usaha dengan memperhatikan ligkungan, efisuensi, mitra usaha
3.
meningkatkan
suasana kerja kondusif dengan K3 (Kebersamaan, Keterbukaan, Ketauladanan)
tujuan
sesuai
dengan visi dan misi unit usaha, tujuan perusahaan adalah :
1. membangun dan mengembangkan Agribisnis sesuai dengan
prinsip ekonomi
2. menjadikan Unit Usaha yang berdaya saing tinggi
serta lingkungan yang kondusif
IV. PELAKSANAAN PRAKTEK
KERJA LAPANGAN
A. Waktu dan Tempat
Praktek kerja lapangan (PKL) ini dilaksanakan
pada tanggal 27 Juli – 27 Agustus 2015, bertempat di PT. Perkebunan
Nusantara VII (PERSERO) Unit Betung, jln. Raya Palembang – Sekayu Km. 75.
B. Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit
a. Pemeliharaan Jalan, Jembatan Dan Parit
pemeliharaan
jalan dan jembatan dilakukan secara continue (terus menerus) namun dalam rotasi
yang sudah ditentukan. Sdangkan prawatan parit atau cuci kanal biasanya di
lakukan 1 tahun sekali.
b. Penunasan (Pruning)
penunasan
(pruning) adalah membuang pelepah tua dan pelepah
kering yang sudah tidak produktif
pada tanaman kelapa sawit. Terdapat dua penunasan pokok pada kelapa sawit,
yaitu tunas pasir dan tunas priodik. Tunas pasir di lakukan 1-2 bulan sebelum
pokok mulai di panen, sedangkan tunas priodik di lakukan pada tanaman yang telah
berumur diatas empat tahun dengan rotasi sembilan bulan sekali. tujuan penunasan (pruning)
adalah sebagai berikut:
·
Memperbaiki
sirkulasi udara disekitar tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan
secara alami.
·
Membantu mempermudah proses pemotongan
buah (panen).
·
Membantu penilaian kematangan buah.
· Mengurangi penghalang pembesaran buah/tandan.
· Mengurangi
perkembangan tanaman epifit di pokok kelapa sawit.
· Agar
proses metabolisme tanaman berjalan lancar, terutama proses fotosintesis dan respirasi.
· Untuk
sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menghambat perkembangan hama dan
penyakit.
·
Mengurangi kehilangan brondolan
buah yang terjepit pada pelepah daun.
Dalam satu tahun tanaman kelapa sawit mampu
menghasilkan 20-30 pelepah daun. Kemampuan produksi tersebut menurun menjadi
18-25 pelepah daun seiring dengan pertambahan umur tanaman. Pelepah daun yang
menghasilkan bunga atau buah di sebut pelepah penyangga (songgo) dan pelepah
yang tidak bisa menghasilkan bunga atau buah disebut pelepah kosong.
Agar dapat melakukan metabolisme dengan baik,
seperti proses fotosintesis dan respirasi maka jumlah pelepah pada setiap
batang harus di pertahankan dalam jumlah tertentu sesuai dengan umur tanaman.
Untuk tanamn berumur 3-8 tahun, jumlah pelepah optimal 48-56. Sementara itu,
untuk tanaman berumur lebih dari 8 tahun jumlah pelepah sekitar 40-48 pelepah.
c. Pemupukan
salah
satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar besar terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan pada tanaman
kelapa sawit membutuhka biaya yang cukup besar yaitu 40%-70% dari total
pemeliharaan. Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal
yang merupakan kunci keefektifan pemberian pupuk. Diantaranya adalah daya serap
akar tanaman, cara pemeberian dan penetapan pupuk, waktu pemberian, serta jenis
dan dosis pupuk. Dasar penyusunan rekomendasi pemupukan mempertimbangkan :
·
Hasil analisi
tanah
·
Hasil analisi
daun
·
Pengamatan
pertumbuhan tanaman
·
Gejala-gejala
kekurangan hara yang terjadi atau teihat di lapangan
·
Produksi yang
di capai TBS/ha/th
·
Realisasi
pemupukan sebelumnya
·
Umur tanaman
Agar pupuk
yang diberikan ke tanaman unsur haranya dapat diserap secara maksimal maka
perlu diperhatikan pengaplikasiannya sesuai dengan pengertian 4 tepat yaitu :
·
Tepat jenis :
pupuk yang diberikan sesuai unsure hara yang diperlukan tanaman
·
Tepat dosis :
jumlah pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman
·
Tepat waktu :
pelaksanaan pemupukan harus sesuai dengan frekuensi jadwal yang tlah ditetapkan
·
Tepat cara :
penempatan pupuk harus sesuai dengan ketentuan sehingga penyerapan unsur hara
akan maksimal.
Pemupukan pada tanaman
Kelapa Sawit diatur 2 kali dalam setahun, pemberian pupuk yang pertama
dilakukan pada akhir musim hujan yaitu bulan Maret-April dan pemberian pupuk
yang kedua dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan September-Oktober.
Pemupukan
di lakukan dengan tujuan memperbaiki unsur hara yang terdapat pada tanah dan
menggantikan unsur hara yang tlah hilang di dalam tanah, pupuk yang di gunakan
di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Betung adalah pupuk NPK (Kujang)
dan pupuk Dolomit, degan dosis 5kg per/tanaman.
Karena Kelapa Sawit
telah di tanam di seluruh nusantara maka penentuan bulan dilakukannya pemupukan
dapat bergeser sesuai dengan keadaan iklim diwilayah yang bersangkutan. Namun
yang penting adalah bahwa pemupukan sebaliknya dilaksanakan pada saat berada
dalam keadaan lembab, curah hujan minimal 150 mm perbulan atau 50 mm dalam satu
dekade (10 hari).
d. Pengendalian
Hama Pada Tanaman Kelapa Sawit
1.
Hama Ulat
Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk
mengendalikan hama dan penyakit yang dapat menganggu pertumbuhan serta
perkembangan tanaman kelapa sawit.
Kerugian yang ditimbulkan
oleh serangan hama dan penyakit dapat menurunkan produksi sampai 40% kerugian lain disebabkan oleh
pemupukan ekstra, pemakaian bahan – bahan kimia (insekta), peralatan dan lain –
lain.
Ø
Ulat Api
Disebut ulat api krena larva dewasa apabila
terkena bagian kulit akan menimbulkan rasa panas seperti terkena api dan bagian
kulit tersebut akan menjadi bengkak. Ulat yang masuk ke
golongan ini biasanya di tandai dengan bulu – bulu dengan warna kontras (menyolok),
kakinya tidak sempurna tetapi merupakan kaki hisap sehingga gerakannya tidak
selincah ulat biasa.
Berikut adalah beberapa jenis ulat api yang
umumnya menyerang tanaman kelapa sawit dan dapat menyebabkan kerusakan yang
nyata :
·
Setora nites
Larva berwarna hijau kekuningan dengan satu jalur
berwarna ungu lembayung sepanjang punggungnya dan menjelang dewasa larva
berwarna kuning kemerahan. Larva menyerang dengan mengikis daging daun hingga
lidi, akibatnya pelepah menjadi kering.
·
Theosea asiga
Larva berwarna hijau kekuningan dengan jalur
abu-abu keputihan melintang sepanjang punggungnya dan melebar pada dua tempat.
Larva menyerang dengan memakan daging bawah sedangkan epidermis dan bagian atas
ditinggalkan.
·
Ulat Kantong
Jenis ulat menyerang adalah Mahasena corbetti,
Metisa plana dan Cremastopsycha pendula. Larva imago dibungkus oleh potongan
daun yang dipadu dengan benang-benang yang dikeluarkan dari larva. Kantong
kepompong mengantung di bagian bawah daun. Kantong kepompong Mahasena lebih
besar dari pada jenis lainnya dan berbentuk sangat kasar takteratur. Larva
menyerang daun sehingga menimbulkan bnyak lubang .
Larva ulat ini berada didalam kantong yang terbuat dari bahan serat
sampai stadia pupa , ulat ini berwarna keputih – putihan dengan garis coklat,
hanya keluar kepala dan sedikit bagian badan kalau sedang bergerak/berjalan
atau makan. Serangan ulat ini dapat membuat daun menjadi berlubang dan kemudian
mati.
·
Kerusakan
Hama ulat api dan ulat kantong disebut juga ulat
pemakan daun kelapa sawit. Pada saat stadium larva instar muda (di bawah instar
II) larva ulat api hanya memakan epidermis bawah anak daun, sehingga kerusakan
yang ditimbulkan adanya strip-strip transparan berwarna putih kekuningan.
Dengan meningkatnya umur larva (larva
instar III ke atas), larva mulai makan dari tepi daun sehingga anak-anak daun
bergerigi tak beraturan. Apabila serangan serius maka anak-anak daun akan
tinggal lidinya.
Kerusakan akibat oleh serangan ulat jenis Mahasena Corbetti mirip dengan ulat api
tetapi pelepah-pelepah daun yang terserang akan menunjukan adanya
kantong-kantong yang ditempeli potongan-potongan daun yang kering yang
berganutngan yaitu sebagai tanda banyaknya kantong-kanotng larva.
Sedangkan ulat kantong jenis metisa plana dan pteroma
pendula hanya memakan epidermis atas anak-anak daun. Gejala yang muncul adalah
adanya lubang-lubang transparan berwarna putih kekuningan sampai kecoklatan.
Apabila populasi larva tinggi gejala yang dapat dilihat adalah ujung-ujung
pelepah menunjukkan gejala seperti terbakar.
·
Kerugian
Akibat dari serangan yang serius oleh hama pemakan
daun dapat menyebabkan penurunan produksi. Hal ini disebbakan karena
meningkatnya jumlah bunga jantan sebagai akibat tanaman mengalami “stress”
karena kehilangan daun. Luas permukaan satu pelepah daun kelapa sawit sekitar
3-4m². Kerusakan daun atau defoliasi yang ditimbulkan akan menganggu asimilasi
dan sekaligus produksi. Situasi ini akan baru pulih kembali setelah 2-3 tahun
dari tingkat defoliasinya. Berdasrkan penjelasan tersebut maka oleh para ahli
hama telah di susun pada populasi kritis yang disajikan pedoman pemberantasan.
Ulat
yang terdapat pada daun contoh dihitung. Untuk
mahesa cobetti misalnya 4-8 ulat/pelepah, thosea asigna, setora nitens dan
metisa plana 5-10 ulat/pelepah, thosea bisura, thosea vetusta, ploneta diducta
10-20 ult/pelepah dan darna trima 20-30 ulat/pelepah.
·
Tindakan pengendalian
Tindakan pengendalian hama adalah bukan untuk
membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampai pada tingkat yang
tidak merugikan. Tentang metode pengendalian, jenis pestisida yang digunakan,
jangka waktu pengendalian dan lain sebagainya di rekomendasikan oleh departemen
Research & Development. Hasil pengendalian yang efektif tergantung dari
deteksi awal dan diikuti perlakuan yang tepat sesegera mungkin. Teknik
pengendalian hama daun kelapa sawit meliputi beberapa metode :
(i)
Hand picking
(pengutipan larva)
(ii)
Penyemprotan
insektisida selektif
(iii)
Penyemprotan
insektisida kontak
(iv)
Injeksi
batang
(v)
Infus akar
(vi)
Kutip
kepompong
(vii)
Konservasi
dan eksploitasi musuh alami
Dari berbagai pengalaman menunjukan bahwa
pengendalian dengan hanya menggunakan salah satu tehnik diatas mendapatkan
hasil yang memuaskan. Untuk mendapatkan hasil pngendalian yang baik perlu
diterapkan sistem pengendalian dengan mengombinasikan beberapa tehnik
pengendalian yang saat ini lebih dikenal dengan sistem pengendalian hama
terpadu (PHT).
.
2.
Hama Tikus (Rattus. sp)
Tikus merupakan hama pada
pembibitan, TBM dan TM penyerangannya tidak terbatas pada umur tanaman, pada TM
tikus menyerang bunga dan buah yang masih muda (inflorencens). Beberapa spesies tikus yang sering dijumpai
menyerang kelapa sawit antara lain Rattus tiomanicus, Rattus argentiventer,
Rattus exulans. Dari ketiga jenis tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut :
-
Rattus tiomanicus (tikus hutan atau tikus ladang)
Bulu punggung berwarna coklat seperti beludru
dengan putih yang jelas, kadang-kadang dengan venter yang kekuning-kuningan.
Ekornya secara keseluruha gelap. Panjang badan 140-175mm, ekor 85-115% dari
panjang badan, tikus ini biasanya ditemukan dihutan-hutan dan perkebunan dan
merupakan jenis utama yang menyerang kelapa sawit.
-
Rattus exulans (tikus rumah)
Bulu bagian punggung kasar berwarna coklat pudar
tetapi warnanya sering berubah-ubah. Dari abu-abu sampai coklat kemerahan.
Panjang badan 140=190mm, ekor 95-115% dari panjang bandan.
-
Rattus argentiventer (tikus sawah)
Bulu bagian punggung lembut, berwarna coklat muda, ekornya secara
keleruhan gelap. Panjang badan 150-190mm, ekor 95-115% dari panjang badan.
·
Potensi
kerusakan
Hama tikus merupakan hama utama pada perkebunan
kelapa sawit dan dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomis, baik pada saat
tanaman masih muda maupun pada tanaman menghasilkan (TM). Pada keadaan
tertentu, kematian dapat mencapai 90% pada tanaman yang baru ditanam. Sedangkan
untuk tanaman menghasilkan kerugian kehilangan minyak dapat mencapai 3-5%/ha
pertahun.
·
Pengendalian
tikus
Rekomendasi
pengendalian tikus terbagi kedalam tiga bagian, yaitu : a. Pembibitan
pemberiaan racun tikus, b. Tanaman belum menghasilkan (TBM) : pemberian racun
tikus, c. Tanaman menghasilkan (TM) : pembiakan burung hantu dan aplikasi racun
tikus.
3.
Hama Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinoceros)
Hama
kumbang tanduk merupakan hama penting tanaman kelapa sawit pada areal
peremajaan. Kumbang tanduk dapat menyerang sejak berada di pembibitan, tanaman
muda di lapangan dan bahkan tanaman dewasa >7 tahun.
Deskripsi
:
-
Telur
Telur
diletakkan secara tunggal oleh kumbang betina, telur berwarna putih lonjong
dengan ukuran ±2mm.
-
Larva
Larva berbentuk silinder dan berukuran besar
10-12cm berwana putih dan mempunyai sepasang rahang yang kuat.
-
Pupa
Pupa di lindungi oleh kokon yang terbuat dari
potongan-potongan media makanannya, berwarna kuning kecoklatan dan berukurab
3,5-5cm.
-
Kumbang
Oryctes
dewasa mempunyai 2 pasang sayap dimana sayap depan kras dan berwarna coklat
tua, kumbang berukuran 3-5cm, pada bagian bawah perut ke arah belakang
dilindungi rambut-rambut kasar.
·
Potensi kerusakan
Pada
tanaman muda dan pembibitan kumbang tanduk menggerek bagian samping pangkal
pelepah-pelepah terbawah, langsung mencapai titik tumbuh. Sedangkan untuk
tanaman yang lebih tua, kumbang menggerek pangkal pelepah yang lebih muda
(bagian atas) kemudian meneruskan gerekan ke arah bawah ke daerah jaringan
muda. Akibat gerekan tersebut perkembangan pelepah terganggu dan bentuknya
rusak, sehingga menggangu kegiatan fotosintesis. Serangan yang berulang-ulang
dapat menyebabkan kematian tanaman.
·
Pengendalian
Ada dua
hal penting yang berkaitan erat satu dengan yang lain, yaitu ada tidaknya
sumber inokulum dan tersediannya media perkembangbiakannya. Kedua faktor
tersebut dapat digunakan untuk tindakan pengendalian.
·
Pencegahan
Tindakan
pencegahan terhadap kemungkinan serangan oryctes dapat dilakukan dengan media
perkembangbiakannya :
-
Menanam
kacang-kacangan penutup tanah sebelum penanaman baru. Kacangan yang digunakan
sebaiknya yang mempunyai pertumbuhan cepat, sehingga dapat menutupi batang kayu
atau batang kelapa sawit secara cepat, seperti : Mucuna Bracteata dan M. Conchinensis
-
Menghancurkan
sumber inokulum untuk areal replating, penghacuran batang kelapa sawit dapat
dilakukan dengan menggunakan modifikasi Backhoe, dimana buckt digantti dengan
menggunakan pisau tajam. Tujuan penghancuran adalah memotong batang kelapa
sawit menjadi kecil-kecil sehingga akan mempercepat proses pembusukan. Bagian
tanaman yang dicincang tersbeut disebar, sehingga tidak membentuk lapisan yang
tebal. Biasanya setelah dicincang, kemudian diikuti oleh penanamna kacang,
sehingga dalam waktu dekat tertutup.
4.
Hama Penggerek Tandan Buah Sawit
·
Kerusakan
Hama Tirathaba mundella dan Tirathaba rufivena dikenal sebagai hama
penggerek tandan buah kelapa sawit. Hama ini juga dapat menyerang kelapa.
Stadia dari hama ini merugikan adalah dalam bentuk ulat, sedangkan yang
diserang adalah bunga dan buah, terutama yang masih muda. Apabila buah muda
mendapat serangan dari hama ini maka buah akan terlambat tumbuh. Selain itu
juga dapat menyebabkan kematangan buah yang lebih cepat dari yang ssemestinya.
Apabila bunga mendapat serangan akan mengakibatkan rontok, tandan-tandan
terjadinya serangan ulat ini dapat dilihat dari terdapatnya gumpalan kotoran
ulat bercampur dengan remah-remah sisa-sisa makanan yang terikat dengan air
liur ulat, menempel pada buah. Bila serangan yang ringan dapat menyebabkan buah
kering berwarna kecoklatan di bagian ujung akibat dari apisan atas yang dimakan
oleh ulat.
·
Deskripsi
-
Ngengat
(imago)
Rentangan
sayap dari ngengat hama Tirathaba panjang 25mm. Sayap berwarna coklat kelabu
dengan kilat keperakan dengan bentuk sempit panjang.
-
Ulat (larva)
Panjang
tubuhnya mencapai 27mm pada akhir masa pertumbuhan sebelum berubah menjadi
kepompong. Warna tubuh berwarna coklat muda dan kepala coklat tua. Tubuh
berbulu panjang mengkilat.
-
Kepompong
(pupa)
Stadia
pupa berlangsung dalam kepompong yang berbalut kotoran dan sisa-sisa
makanannya.
·
Gejala
serangan
Kehadiran Tirathaba pada perkebunan kelapa sawit
dapat dideteksi dengan gejala sebagai berikut :
-
Dicirikan
adannya bekas gerekan berbentuk cincin ataunalur-alur pada permukaan atas buah.
-
Adanya
campuran kotoran menutupi permukaan tandan buah.
·
Pengendalian
Sensus
hama tirathaba mengikuti pedoman teknis pemantauan hama daun, tikus dan
tirathaba. Penyemprotan kuratif pada tanaman menhasilkan tindakan penyemprotan
kuratif harus dilakukan apabila tingkat serangan baru pada tanaman melebihi 5%.
Pestisida dan dosis yang digunakan.
5.
Hama Rayap
Rayap
dari jenis Coptotermes curvignathus
merupakan hama yang serius, terutama pada tanaman perkebunan kelapa sawit di
tanah gambut. Pengolahan lahan sebelum penanaman yang tidk sempurna dn
kandungan bahan organik yang tersedia cukup banyak akan menyebabkan rayap
berkembang secara cepat.
Pada
tanaman muda, rayap akan menyerang mulai dari pangkal pelepah dan naik sampai
ke daun tombak. Serangan rayap dapat terdeteksi dengan adanya alur-alur tanah
berwarna hitam basah pada bagian pangkal pelepah sampai daun tombak. Apabila
alur-alur tersebut dirusak, maka akna dijumpai rayap yang masih aktif.
Selanjutnya rayap akan menyerang jaringan tanaman yang masih muda, yaitu bagian
pangkal daun tombak, akibatnya daun muda akan mati. Serangan rayap pada jaringan
muda dapat menyebabkan infeksi sekunder oleh jamur/bakteri, sehingga titik
tumbuh busuk dan mati.
·
Potensi
kerusakan
Serangan
rayap pada tanaman kelapa sawit dapat terjadi sejak penanaman sampai umur 11
tahun dengan tingkat serangan yang dapat mencapai 5-8% pohon/ha. Serangan yang
tidak di lakukan pengendalian secara dini dapat menyebabkan kematian pada
tanaman kelapa sawit. Tanaman muda umumnya lebih peka dari pada tanaman tua,
selain dapdt menyebabkan kematian pohon, serangan yang tidak dikendalikan dapat
menyebar kepohon-pohon sekelilingya.
·
Indentifikasi
Rayap
dari jenis Coptotermes curvignathus
sangat mudah dibedakan dengan rayap dari jenis lainya. Pada tanah gambut
ataupun tanah mineral banyak dijumpai berbagai jenis rayap yang berasosiasi
dengan kelapa sawit, tetapi tidak menyebabkan kerusakan/kematian, sehingga
tidak perlu pengendalian.
6.
Hama Adoretus Dan Apogonia
Adoretus dan Apogonia merupakan kumbang yang aktif
makan pada malam hari, pada umumnya kedua kumbang tersebut memakan daun kelapa
sawit baik dipembibitan maupun setelah ditanam kelapangan.
·
Potensi
kerusakan
Kedua jenis kumbang tersebut
tidak menyebabkan kerusakan berarti. Kerusakan yang parah di pembibitan
mneyebabkan tanaman terhambat pertumbuhannya. Kumbang Adoretus biasanya memakan
bagian tengah daun dari permukaan bawah dengan meninggalkna tulang-tulang daun.
Bekas serangan tersebut yang membedakan dengan bekas serangan Apogonia, dimana
kumbang Apogonia menyerang melai dari tepi.
·
Deskripsi
-
Adoretus spp
kumbang berwana cokat dan ditutupi oleh sisik-sisik berwarna abu-abu, panjang
kumbang dapat mencapai 10-12mm. Larva hidup pada bagian dari sisa-sisa tumbuhan
yang rusak.
-
Apogonia spp
kumbang berukuran lebih kecil, yaitu 8,5-10mm. Berwarna hitam mengkilat. Larva
hidup pada sisa-sisa tanaman yang sedang mengalami pembusukan di permukaan
tanah. Dengan perkembangan larva masuk
ke dalam tanah dan memakan perakaran.
7.
Hama Babi Hutan
Babi hutan akan banyak
dijumpai di daerah pengembangan yang berbatasan dengan hutan, semak belukar,
hutan skunder, hutan primer dan lain-lainnya. Ad dua jenis babi hutan yaitu,
Sus scrofa L berwarna hitam, yang hidup secara berkelompok 5-10ekor babi jantan
hidup menyendiri dan bergabung hanya pada musim kawin dengan betinanya. Jenis
babi hutan yang kedua adalah Sus barbatus muller atau disebut babi janggut,
karena yang jantan memiliki janggut di tengah moncongnya dan memiliki ukuran
badan lebih bsar dan berwarna abu-abu kemerahan. Hewan ini suka
berpindah-pindah dalam kelompok besar pada interval atau priode tertentu.
·
Kerusakan
Gejala serangan kerusakan
yan timbul :
Terjadi pada tanaman yang
abru ditanami sampai umur 2tahun dan akan mengakibatkan tanaman mati, pada
tanaman menghasilkan babi secara berkelompok atau sendiri-sendiri akan memakan
buah kelapa sawit yang telah jauth (memberondol).
·
Pengendalian
Pengendalian dapat
dilakukan dengan mengusir, membuat pembatas-pembatas, msalnya dengan membuat
pagar individu, pagar kawat berduri, menggunakan seng bekas, kawat ayam atau
memgar blok keliling. Perburuna dengan anjing, pemakaian umpan racun, pemasngan
perangkap dan lain-lain namum masih banyak belum memberikan hasil. Dan upaya
yang disebutkan diatas memerlukan biaya yang besar atau mahal . menanam bibit
yang lebih tua (15 tahun) ternyata dapat mengurangi serangan, karena pangkalnya
sudah keras dan berduri.
e. Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit
Penyakit disebabkan oleh organisme yang sangat kecil atau
mikroorganime misalnya cendawan (fungi), bakteri, virus dan nematoda. Seperti
halnya hama, penyakit pada tanaman
kelapa sawit pun menimbulkan kerugian tanaman. Tindakan pengendalian pada
tanaman yang terkena penyakit pada umumnya dilaksanakan dengan memotong bagian
tanaman, membongkar dan atau membakar pohon yang terkena penyakit. Dalam
pengendalian penyakit tindakan pencegahan lebih bermanfaat dan menguntungkan
misalnya: penggunaan bibit tahan penyakit, sanitasi dan sebagainya. Perlu diingat
bahwa faktor
iklim dan tanah sering membantu penyebaran penyakit.
Penyakit yang sering menyerang tanaman kelapa sawit antara lain :
1.
Jamur Ganoderma (Ganoderma Basal/Steam Rot) Penyakit
Busuk Pangkal Batang
Gejala dan Serangan Gejala pertama pada daun adalah munculnya daun
tombak yang tidak membuka dalam jumlah banyak Pelepah pohon yang terinfeksi
mulai mati karena nekrosig mulai dari pelepah yang paling tua, daun terlihat layu dan menguning, pelepah tua
banyak yang patah dan ukuran atau lebar daun tidak normal ukuran daun terlihat
lebih kecil. Kecepatan matinya pelepah sangat
bervariasi, tergantung pada musim dan
kondisi iklim. jamur ganoderma dapat tumbuh didasar batang (pangkal batang).
Penanggulangan seranga genoderma pada tanaman muda di mulai sejak
dini dengan mengambil sampel tanah dan dibawa ke laboratorium untuk mengetahui
adanya bibit genoderma dalam tanah. Pada tanaman setelah replanting perlu di
ketahui sejarah serangan, apakah ada pernah terjadi serangan genoderma pada
areal tersebut.
·
Kerusakan
Pada
umumnya penyakit busuk pangkal batang (BPB) menyerang tanaman berumur lebih
dari 10 tahun, akan tetapi kadang-kadang menyerang tanaman yang lebih muda
kurang dari 5 tahun. Pada keadaan tertentu serangan penyakit BPB
dapat menyebabkan kematian lebih dari 80%.
Pada saat serangan rendah, dampak secara ekonomis belum dapat dilihat, hal ini
disebabkan kerena adanya “kompensasi hasil” pada tanaman disekitar pohon mati
sebagai akibat berkurangnya kompetisi sinar matahari, kelembapan dan zat-zat makanan.
Gejala
(BPB) mula-mula menyerang akar, kemudian ke pangkal batang. Kerusakan pada
pangkal batang yaitu ditunjukan adanya pembusukan. Akibat kerusakan tersebut
menyebaban gangguan transportasi air dan zat makanan dari tanah kebagian tajuk
tanaman.
·
Pengendalian
Sekali
tanaman menunjukan gejala serangan pada daun, tidak ada harapan untuk
mempertahankan tanaman tersebut. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka
pengendalian penyakit dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
-
Pengendalian
sebelum tanam di lakukan dengan teknik membersihkan sumber penyakit yang ada,
terutama apabila areal penanaman baru tersebut berasal dari bekar tanaman
kelapa sawit pembersihkan sumber infeksi dapat dilakukan dengan :
Membokar seluruh tanaman yang ada, kemudian
seluruh jaringan tanaman dihancurkan, termasuk masa akan didalam tanah sehingga
proses pembusukan lebih cepat. Pengolahan tanah, dapat dilakukan dengn
membanjak sehingga sisa-sisa penyakit dalam tanah dapat mati. Penanaman
kacangan, dengan hrapan penutup tanah dapat meningkatkan kelembapan tanah
sehingga memacu proses pembusukan dan meningkatnya mikroorganisme antagonis.
-
Pengendalian
setelah tanam
Cara pengendalian Ganoderma sp.dengan cara kimia yaitu pemberian pupuk Marfo
dengan tekhnik aplikasi di sebar pada pangkal batang yang terserang jamur
ganoderma, sedangakan dengan cara manual yaitu pembuatan parit isolasi dengan
kedalaman 80-100cm, dengan lebar 25-30cm. Dengan jarak dari pangkal batang
tanaman 1-1,5m tergantung dari usia tanaman yang terserang penyakit, tanah parit
isolasi di timbunkan pada pangkal batang yang terserang jamur.
2. Penyakit
Busuk Tandan Buah (Jamur Marasmius)
Penyakit
BTB pada umumnya menyerang tanaman berumur 3-9 tahun. Serangan terjadi karena
pada umur tersebut jumlah tandan yang terbentuk cukup tinggi dan penyerbukan
tidak sempurna. Pendapat lain juga menyatakan munculnya penyakit kerena musim
hujan yang panjang dengan kelembapan yang tinggi. Selain itu juga disebabkan
pada areal dengan kerapatan yang tinggi.
·
Kerusakan
Pada
awalnya jamur marasmius hanya menyerang tandan-tandan buah yang busuk keran
penyerbukan yang tidak sempurna dan buah-buah tersebut tidak dipanen. Karena
kondisi lingkungan sesuai, penyakit menyebarke tandan-tandan muda diatas nya.
Miselium masuk kedalam mesokarp dan akan menyebabkan busuk basah dengan warna
mesokarp menjadi coklat cerah dan bebrbeda jelas dengan jaringan yang masih
sehat.
·
Pengendalian
Penyakit
busuk tandan buah disebabkan oleh jamur marasmius palmivorus. Pada umumnya
penyakit BTB bersifat saprofit dan karena kondisi tertentu sifat tersebut
berubah menjadi penyakit, tindakan pengendalian yang tepat adalah sanitasi
dengan melakukan tindakan sebagai berikut :
-
Memotong
seluruh buah-buah yang busuk
-
Tandan buah,
bunga jantan yang terinfeksi dipotong
-
Mengumpulkan
seluruh tandan/bunga pada point pertama dan kedua di atas dipiringan agar cepat
kering.
3. Penyakit
Busuk Pucuk (Spear/Bud Rot)
Penyakit
busuk pucuk terutama terjadi pada tanaman muda dilapangan sampai umur 5tahun.
·
Kerusakan
Akibat
serangan penyakit BP dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil bahkan mati,
kerusakan pada daun pucuk/daun tombak dapat turun ke pangkal pelepah daun dan
menuju titik tumbuh.
Kerusakan pada titik tumbuh akibat kontaminasi dengan jamur dan bakteri
dapat menyebabkan pembusukan dan kematian tanaman. Gejala awal adalah
ditunjukkaan adanya pembusukan pada pangkal daun tombak, saat tersebut daun
tombak dengan mudah dapat dicabut. Pada stadium tersebut, jaringan yang
terserang menunjukkan gejala busuk basah dan berwarna coklat gelap. Daun tombak
akan jatuh dan mengantung diantara pelepah yang sehat. Pembusukkan menyebar ke
jaringan titik tumbuh dan mengeluarkan bau busuk yang kuat, apabila pembususkan
berhenti maka pertumbuhan dan pucuk yang baru tidak normal dengan pelepah dan
anak-anak daun yang sangat pendek.
·
Pengendalian
Apabila
pohon telah menunjukkan gejala daun tombak mati, maka tindakan yang diambil
adalah :
Mencabut
daun tombak yang mati, menyiramkan larutan fungisida insektisida dan
bakterisida pada bekas pangkal tombak.
f. Sensus
Sensus tanaman kelapa sawit adalah suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan
untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan tanaman kelapa sawit yang sebenarnya
dalam suatu areal/blok.
Sensus tanaman kelapa sawit meliputi :
·
Pelaksanaan Sensus
1.
Semua pohon sampel yang telah
ditentukan dihitung jumlah semua bunga (anthesis) dan buah yang ada secara
cermat dan teliti.
2.
perhitungan bunga dilaksanakan
pada minggu terakhir, dimana pada blok tersebut tidak dilaksanakan panen
3.
hasil sensus diklasifikasi
menjadi bunga, putik, degan muda, degan tua, fraksi 00 dan fraksi 0.
4.
hasil perhitungan bunga/buah
tersebut dijumlahkan sesuai dengan keadaan masing – masing, kemudian dibagi
jumlah pohon sample untuk mendapatkan bunga/buah rata – rata perpohon.
5.
Untuk memperoleh angka produksi
selama 6 bulan mendatang, dengan mengalikan rata-rata bunga/buah per pohon
dengan rata-rata berat tandan pada setiap tahun tanam.
6.
Untuk lebih meningkatkan
akurasi pelaksanaan sensus, perlu dilakukan cross check pada pohon sampel.
7.
Pohon sampel yang telah dicross
check juga diberi tanda.
8.
Rekapitulasi
hasil sensus.
9.
Pelaksanaan
sensus dilaksanakan setiap 3 bulan untuk pendekatan estimasi produksi.
10.
Perhitungan
untuk estimasi produksi dilakukan selama 6 (enam) bulan kedepan.
1.
Sensus Pohon
Sensus Pohon adalah menghitung jumlah pohon kelapa sawit tiap blok pada areal afdeling. Dengan sensus pohon akan diketahui apakah jumlah pohon tiap blok telah sesuai atau belum terhadap standar. Sensus pohon dapat menghitung jumlah pohon kelapa sawit tiap blok pada areal afdeling dan menyusun target produksi dan kebutuhan pupuk.
Standar sensus pohon :
- Jumlah pohon tiap blok harus sesuai dengan standar jarak tanam atau kerapatan pohon yaitu 143 pohon/ha
- Sensus pohon harus dilakukan setelah selesai penanaman dan tidak boleh lebih dari 6 bulan.
- Pelaksanaan sensus harus memakai form sensus yang telah disediakan.
- Hasil sensus harus dipetakan tiap blok.
- Kode – Kode dalam peta harus mengikuti aturan yang sudah ada
- Sensus dilakukan 2 kali pertahun yaitu bulan april dan oktober.
2. Sensus
Buah (Prognosa)
Sensus buah meliputi sensus : bunga, putik,
cengkir, degan, f00 dan f0. Sensus buah di lakukan dengan tujuan untuk
mengetahui waktu panen pada tanaman kelapa sawit, sensus buah di lakukan tiap
3bulan satu kali.
3. Sensus
Hama Dan Penyakit
Sensus hama dan penyakit di lakukan mingguan atau
di lihat dari tanaman yang terserang. Dengan cara mendata tanaman yang
terserang.
4. Sample
Daun
Sample daun di lakukan pada pelepah ke tujuh belas
dan bagian daun yang di ambil adalah daun yang berada tepat pada buntut tikus
pada pelepah dan di ambil dua daun dari sisi kanan dan kiri pelepah. Sample
daun di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan pupuk per/tanaman, untuk sample daun di butuhkan
30pohon/blok, dan di lakukan satu tahun satu kali pada bulan yang sama tiap
tahunnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil praktek
kerja lapangan dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut :
1.
Kami sebagai
mahasiswa dapat memahami hubungan antara teori
dan pratek serta faktor – faktor yang mempengaruhi sehingga menjadi
bekal bagi mahasiswa untuk mengabdi kemasyarakat setelah lulus sebagai sarjana pertanian.
2.
Dari praktek
kerja lapangan ini dapat kami simpulkan bahwa pemeliharaan tanaman menghasilkan
(TM) meliputi : pemeliharaan jalan, jembatan dan parit. Penunasan (Pruning),
pemupukan, pengendalian atau pemberantasan gulma, pengendalian hama dan
penyakit, dan sensus (sensus pohon, sensus buah, sensus hama dan penyakit dan
pengambilan sample daun).
B.
Saran
Perawatan pada tanaman menghasilkan sebaiknya dilakukan dengan lebih
intensip agar produksi tanaman menjadi lebih meningkat pada pemeliharaan parit,
penunasan (pruning), pemupukan, pengendalian atau pemberantasan gulma,
pengendalian hama dan penyakit dan sensus. Sangat berperan besar dalam
penurunan maupun peningkatan hasil produksi tanaman kelapa sawit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar