MAKALAH
BUDIDAYA TANAMAN TEBU
KELOMPOK
V
DISUSUN OLEH
ISMAIL ARIFAL
NURHUDA
(422012001)
EKKI
HARRI WIDODO
(422012026)
RISAL
(4220120007)
SUJARNI
(422012034)
IMAM
AHYAT
(422012030)
DOSEN
PENGASUH : IKA PARIDAWATI.Sp.MSi
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG JURUSAN AGROTEKNOLOGI (A)
2014-2015
Pembahasan
A.Latar Belakang
Tebu (Saccharum
officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya
dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis
rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang
lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan
Sumatera
Gula merupakan salah satu komoditas
strategis dalam perekonomia Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu ha
pada periode 2000-2005, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber
pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang
terlibat mencapai sekitar 1,3 juta orang. Gula juga merupakan salah satu
kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah. Karena merupakan
kebutuhan pokok, maka dinamika harga gula akan mempunyai pengaruh langsung
terhadap laju inflasi. Dengan posisinya yang penting dan sejalan dengan
revitalisasi sektor pertanian, maka industri gula berbasis tebu juga perlu
melakukan berbagai upaya sehingga sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian.
Hal ini menuntut industri gula berbasis tebu perlu melakukan berbagai perubahan
dan penyesuaian guna meningkatkan produktivitas, dan efisiensi, sehingga
menjadi industri yang kompetitif, mempunyai nilai tambah yang tinggi, dan
memberi tingkat kesejahteraan yang memadai pada para pelakunya, khususnya
petani. Dengan tingkat efisiensi yang masih belum memadai serta pasar yang
terdistorsi, revitalisasi pada industri berbasis tebu merupakan keharusan.
Dalam hal ini, peningkatan investasi merupakan salah satu syarat keharusan
untuk dapat mewujudkan revitalisasi tersebut. Untuk itu, menggalang peningkatan
investasi merupakan suatu upaya yang strategis.
Konteks budidaya tebu penggunaan lahan dan sumberdaya alam lainnya dalam
menghasilkan gula perlu memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Pengelolaan
lahan harus memperhatikan kaidah-kaidah koservasi supaya lahan terhindar dari
kerusakan seperti erosi dan longsor. Sarana produksi yang diberikan seperti
pupuk, pestisida, zat pemacu kemasakan dsb harus diberikan dalam takaran, cara
dan waktu yang tepat sesuai kebutuhan, serta tidak mencemari lingkungan.
Sejak akhir 70-an budidaya tebu mulai bergeser ke lahan tegalan. Penggunaan
lahan tegelan di masa mendatang tampaknya akan semakin meluas karena areal
sawah banyak yang berubah fungsi menjadi kawasan non-pertanian seperti industri
dan pemukiman. Di sawah, tebu juga menghadapi persaingan ketat dari padi.
Pergeseran ini menimbulkan berbagai konsekuensi yang berhubungan dengan
konservasi lahan. Lahan tegalan umumnya bertofografi bergelombang hingga
berbukit dan bersolum (lapisan tanah) dangkal sehingga peka akan erosi. Lahan
tegalan juga memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah dibanding lahan
sawah, sehingga input produksi yang ditambahkan biasanya lebih banyak.
Kerusakan lahan serta pencemaran lingkungan akibat budidaya tebu sebenarnya
terjadi pula pada budidaya tebu lahan sawah. Namun karena kondisi fisik dan
kimiawi yang dimiliki tegalan menyebabkannya lebih rentan terhadap kerusakan,
serta kecenderungan ke depan area tegalan cenderung terus bertambah, maka
tulisan ini difokuskan pada aspek konservasi lahan tegalan. Secara khusus
tulisan mencakup tentang peran tebu dalam konservasi tanah serta teknik-teknik
konservasi tanah dalam budidaya tebu tegalan.
B.Pengertian Tebu
Tebu (Saccharum officinarum Linn)
adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah
beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak
ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu
banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera
Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan
oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya
bulu dan duri beragam tergantung varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa
gatal. Kondisi ini kadang menjadi salah satu penyebab kurang berminatnya petani
berbudidaya tebu jika masih ada alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman
bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter
dengan diameter batang antara 2-4 cm.
Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :
1. Perkecambahan
Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek
pada umur 1 minggu dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.
2. Pertunasan
Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.
3. Pemanjangan Batang
Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.
4. Kemasakan
Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan
vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam
batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur
menurun. Fase ini disebut juga fase penimbunan rendemen gula.
5.Kematian
Tujuh varietas tebu unggul harapan yang diperkenalkan
dinas perkebunan dapat dipakai sebagai alternatif pendamping mengungguli
varietas lama yang masih dipertahankan yaitu PS 84-16029, PS 86-17079, PS
86-8680,dan PS 89-19137.
C. BUDIDAYA TANAMAN TEBU
A.
Syarat tumbuh
tanaman tebu
1. Iklim
a) Hujan yang merata
diperlukan setelah tanaman berumur 8 bulan dan kebutuhan ini berkurang sampai
menjelang panen
b)
Tanaman tumbuh baik pada daerah beriklim panas dan lembab.
c)
Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini > 70% Suhu udara berkisar
antara 28-34 derajat.
2. Media Tanam
a)
Tanah yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak
tergenang.
b)
Jika ditanam di tanah sawah dengan irigasi pengairan mudah di atur
tetapi jika ditanam di ladang/tanah kering yang tadah hujan penanaman harus
dilakukan di musim hujan.
3.
Ketinggian Tempat Ketinggian tempat yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah
5-500 m.
B. jenis-jenis tanaman tebu
Jenis tebu yang sering ditanam Yaitu :
POY 3016, P.S. 30, P.S.
41, P.S. 38, P.S. 36, P.S. 8, B.Z. 132, B.Z. 62, dll.
C. Pedoman Teknik Budidaya Tanaman Tebu
A.
Pembibitan
Bibit yang akan ditanam berupa bibit pucuk,bibit
batang muda, bibit rayungan dan bibit siwilan
a) Bibit pucuk Bibit diambil dari
bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas
baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak
dibuang agar melindungi mata tebu. Biaya bibit lebih murah karena tidak
memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak mudah rusak,
pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air. Penggunaan bibit pucuk
hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.
b) Bibit batang muda Dikenal pula dengan
nama bibit mentah / bibit krecekan. Berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan.
Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri
atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus
batang tidak dibuang.1 hektar tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan
bibit untuk keperluan 10 hektar.
c) Bibit rayungan (1 atau 2
tunas) Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang
tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:
1. Melepas daun-daun
agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat.
2. Batang tanaman tebu
dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.
3. Tanaman tebu dipupuk
sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan banyak air dan pertumbuhannya lebih
cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman kebun bibit rayungan dapat
menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu.
Kelemahan bibit rayungan adalah tunas sering rusak
pada waktu pengangkutan dan tidak dapat disimpan lama seperti halnya bibit
bagal. d) Bibit siwilan Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman
yang pucuknya sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.
Pengolahan Media Tanam Terdapat dua jenis cara
mempersiapkan lahan perkebunan tebu yaitu cara reynoso dan bajak. Persiapan
Disebut juga dengan cara Cemplongan dan dilakukan di tanah sawah. Pada cara ini
tanah tidak seluruhnya diolah, yang digali hanya lubang tanamnya
B. Pembukaan Lahan
a) Pada lahan sawah dibuat petakan
berukuran 1.000 m2. Parit membujur, melintang dibuat dengan lebar 50 cm dan
dalam 50 cm. Selanjutnya dibuat parit keliling yang berjarak 1,3 m dari tepi
lahan.
b) Lubang tanam dibuat berupa parit dengan
kedalaman 35 cm dengan jarak antar lubang tanam (parit) sejauh 1 m. Tanah
galian ditumpuk di atas larikan diantara lubang tanam membentuk guludan.
Setelah tanam, tanah guludan ini dipindahkan lagi ke tempat semula.
C. Teknik
Penanaman
Penentuan Pola Tanam Umumnya tebu
ditanam pada pola monokultur pada bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan)
atau pada akhir musim hujan (di tanah tegalan/sawah tadah hujan). Terdapat dua
cara bertanam tebu yaitu dalam aluran dan pada lubang tanam.
Pada cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran,
ditutup tanah setebal 2-3 cm dan disiram. Cara ini banyak dilakukan dikebun
Reynoso. Cara kedua bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman
dengan jarak 30-40 cm. Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan dengan
cara direbahkan. Bibit yang diperlukan dalam 1 ha adalah 20.000 bibit.
Cara Penanaman Sebelum tanam, tanah disiram agar bibit
bisa melekat ke tanah.
a) Bibit stek (potongan tebu)
ditanam berimpitan secara memanjang agar jumlah anakan yang dihasilkan banyak.
Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha.
b) Untuk bibit bagal/generasi, tanah digaris dengan
kedalaman 5-10 cm, bibit dimasukkan ke dalamnya dengan mata menghadap ke
samping lalu bibit ditimbun dengan tanah. Untuk bibit rayungan bermata satu,
bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kemiringan 45 derajat,
sedangkan untuk rayungan bermata dua bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke
samping dengan kedalaman 1 cm. Satu hari setelah tanam lakukan penyiraman jika
tidak turun hujan. Penyiraman ini tidak boleh terlambat tetapi juga tidak boleh
terlalu banyak.
D. Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
a) Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal
dari bibit rayungan bermata satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit
rayungan sulaman disiapkan di dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya.
Setelah itu tanaman disiram. Penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah
penyulaman pertama.
b) Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit
rayungan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4
helai). Sulaman diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman
beserta akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang
diisi tanah gembur kering yang diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit
ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan.
c) Sulaman untuk tanaman yang berasal dari
bibit pucuk. Penyulaman pertama dilakukan pada minggu ke 3. Penyulaman kedua
dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan
setelah tanam.Kedua penyulaman ini dilakukan dengan cara yang sama dengan point
(b) di atas.
d) Penyulaman ekstra dilakukan jika perlu
beberapa hari sebelum pembumbunan ke 6. Adanya penyulaman ekstra menunjukkan
cara penanaman yang kurang baik.
e) Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika
ada bencana alam atau serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati.
Tanaman sehat yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan
tanaman mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu banyak
dan beri pupuk 100-200 Kg/ha.
2. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat
pembubunan tanah dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma.
Pemberantasan gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan Agustus
sampai November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power.
3. Pembubunan
Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh
agar struktur tanah tidak rusak.
Pembumbunan Tanah
Pembumbunan
ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3 – 4 helai. Pembumbunan
dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan
menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun
tanah.
Pembumbunan
ke – 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar + 20 cm,
sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2
bulan.
Pembumbunan
ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got
mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.
D.
Hama
Penyakit Tanaman Tebu dan Penanganannya
Hama penyakit tebu dan
penanganannya adalah sebagai berikut:
1. Hama Penggerek Pucuk dan
batang
Biasanya menyerang mulai umur 3 – 5
bulan. Kendalikan dengan musuh alami Tricogramma sp dan lalat Jatiroto, semprot
PESTONA / Natural BVR.
2. Hama Tikus
Kendalikan dengan gropyokan, musuh
alami yaitu : ular, anjing atau burung hantu.
3. Penyakit Fusarium Pokkahbung
Penyebab jamur Gibbrella
moniliformis. Tandanya daun klorosis, pelepah daun tidak sempurna dan pertumbuhan
terhambat, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng serta terjadi pembusukan dari
daun ke batang. Penyemprotan dengan 2 sendok makan Natural GLIO + 2 sendok
makan gula pasir dalam tangki semprot 14 atau 17 liter pada daun-daun muda
setiap minggu, pengembusan tepung kapur tembaga ( 1 : 4 : 5 )
4. Penyakit Dongkelan
Penyebab jamur Marasnius sacchari,
yang bias mempengaruhi berat dan rendemen tebu. Gejala, tanaman tua sakit
tiba-tiba, daun mengering dari luar ke
dalam. Pengendalian dengan cara penjemuran dan pengeringan
tanah, harus dijaga, sebarkan Natural GLIO sejak awal.
5. Penyakit Nanas
Disebabkan jamur Ceratocytis
paradoxa. Menyerang bibit yang telah dipotong. Pada tapak (potongan) pangkas,
terdapat warna merah yang bercampur dengan warna hitam dan menyebarkan bau
seperti nanas. Bibit tebu direndam dengan POC NASA dan Natural GLIO.
6. Penyakit Blendok
Disebabkan oleh Bakteri Xanthomonas
albilincans Mula-mula muncul pada umur 1,5 – 2 bulan setelah tanam. Daun-daun
klorotis akan mengering, biasanya pada pucuk daun dan umumnya daun-daun akan
melipat sepanjang garis-garis tadi. Jika daun terserang hebat, seluruh daun
bergaris-garis hijau dan putih. Rendam bibit dengan air panas dan POC NASA
selama 50 menit kemudian dijemur sinar matahari. Gunakan Natural GLIO sejak
awal sebelum tanam untuk melokalisir serangan.
7. Virus mozaik
Penyebab: Virus. Pengendalian: menjauhkan
tanaman inang, bibit yang sakit dicabut dan dibakar.
DAFTAR PUSAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar