Rabu, 28 Oktober 2015

laporan Praktek kerja lapangan ( magang ) diptpn VII unit betung 2015



 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
KEGIATAN PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (TM) TANAMAN KELAPA SAWIT(Elaeis guineensis Jacq)
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT BETUNG


Oleh:
Ismail Arifal Nur Huda (422012001)
Silahudin Al-ayuby       (422012032)
Wendhi Angraini          (422012019)




                                                                                          








JURUSAN AGROTEKNOLOGI  FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PALEMBANG
PALEMBANG

2015
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
KEGIATAN PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (TM) TANAMAN KELAPA SAWIT(Elaeis guineensis Jacq)
 DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT BETUNG


Oleh:
Ismail Arifal Nur Huda (422012001)
Silahudin Al-ayuby        (422012032)
Wendhi Angraini           (422012019)





Mengetahui,                                                    Disetujui Oleh:
        Ketua Jurusan Agroteknologi                                 Dosen Pembimbing      


             Dr.Ir. Gusmiatun,MP                                            Ir. Minwal,M.Si          
   



Dekan FP UMP


Dr. Ir. Gusmiatun,MP




I.       PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus elaeis berasal dari bahasa yunani elaion atau minyak, sedangkan nama spesies guinensis berasal dari kata guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai guinea.
Kelapa sawit dikenal terdiri dari empat macam tipe atau verietas, yaitu tipe Dura, Tenera, Pisifera. Masing-masing tipe di bedakan berdasarkan tebal tempurung. Daerah pertama kelapa sawit di indonesia adalah daerah jawa barat (lebak dan tangerang), lampung, riau, sumatera barat, sumatera utara dan aceh. Negara penghasil kelapa sawit selain indonesia adalah malaysia, amerika tengah dan nigeria (ketaren,1986).
Kegitan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit yang kami lakukan di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Betung meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, sensus, pemupukan, dan penunasan atau sanitasi.
Kelapa sawit tergolong tanaman bandel dan kuat. Walaupun begitu kelapa sawit tidak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang membahayakan maupun yang sangat membahayakan. Sebagaian besar hama yang menyerang kelapa sawit adalah golongan hama dan serangga. Tetapi ada beberapa jenis hewan golongan mamalia yang menyebabkan gangguan dengan kerugian yang tidak sedikit pada perkebunan kelapa sawit. Sedangkan penyakit yang ada pada kelapa sawit di sebabkan oleh beberapa organisme antara lain jamur, bakteri dan virus.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya adalah mengendalikan suatu kehidupan, oleh karena itu konsep pengendaliannya di mulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama/penyakit tersebut. Bagian yang di nilai paling lemah dari seluruh mata rantai siklus hidup hama dan penyakit sangat berguna dalam pengendalian hama dan penyakit yang efektif. Bagian yang dinilai paling lemah dari siklus hidup hama dan penyakit merupakan titik krisis karena akan menjadi dasar acuan untuk pengambilan keputusan pengendaliannya. Perkembangan pertanian dewasa ini menunjukkan kemajuan yang semakin pesat.
Namun bersamaan dengan itu banyak segi yang secara langsung ataupun tak langsung dapat memacu pertumbuhan gulma, seperti penanaman dalam baris, jarak tanam yang lebar, mekanisasi, pengairan,penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk dan pestisida. Berarti dengan meningkatnya intensifikasi pertanian maka masalah gulma tidaklah semakin ringan, tetapi semakin berat. Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari melimpah dan curah hujan yang cukup di daerah tropik, ikut mendorong gulma untuk tumuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non pertanian lainnya.
PT Perkebunan Nusantara VII Unit Betung mengelola satu jenis komoditi yaitu Kelapa Sawit, yang memiliki luas areal tanam kelapa sawit seluas 3.185,2 Ha dan hasilnya berupa Tandan Buah Segar (TBS). Unit betung juga memliki dua pabrik untuk mengelola hasil tanaman kelapa sawit yaitu Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) yang mengelola TBS menjadi Crude Palm Oil ( CPO) dan pabrik pengelolahan inti sawit menjadi Palm Kernel Oil (PKO) dan Bungkil.










B.        Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

1.         Kegiatan praktek kerja lapangan secara umum bertujuan untuk menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam menyelaraskan antara teori yang diperoleh dengan kenyataan di lapangan.
2.         Secara khusus bertujuan untuk mengetahui, memahami, dan mempelajari kegiatan pemeliharaan tanaman dan pemanenan tanaman Kelapa Sawit
3.         Untuk menambah wawasan berfikir dan meningkatkan kemampuan analisis terhadap data empiric di lapangan serta melatih disiplin dan tanggung jawab saat melaksanakan tugas, terutama pada saat melaksanakan magang/pkl di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Betung.



II.  TINJAUAN PUSTAKA

A.    Sistematika Dan Botani Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus elaeis berasal dari bahasa yunani elaion atau minyak, sedangkan nama spesies guinensis berasal dari kata guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai guinea.
Kelapa sawit dikenal terdiri dari empat macam tipe atau verietas, yaitu tipe Dura, Tenera, Pisifera. Masing-masing tipe di bedakan berdasarkan tebal tempurung. Daerah pertama kelapa sawit di indonesia adalah daerah jawa barat (lebak dan tangerang), lampung, riau, sumatera barat, sumatera utara dan aceh. Negara penghasil kelapa sawit selain indonesia adalah malaysia, amerika tengah dan nigeria (ketaren,1986).
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, dalam taksonomi tumbuhan dapat diklafikasikan sebagai berikut (Sunarko, 2007):
Divisi     : spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas     : Monocotyledonae
Ordo      : Palmales
Famili    : Palmaceae
Genus    : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis jacq (Afrika)
              :Elais melanococca (Amerika Selatan)
Varietas :Elaeis guneensisi pisifera                    

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah.

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman, selain itu akar tanaman kelapa sawit juga berfungsi sebagai penyangga berdirinya tanaman hingga mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter ketika tanaman sudah berumur 25 tahun. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan kuartener.
Akar primer tunbuh kebawah didalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartener tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Disamping itu tumbuh pula akar nafas yang timbul di atas permukaan air tanah atau didalam tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas (Fauzi, 2003).
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umunya tidak bercabang, batang berfungsi sebagai struktur tempat melekatnya daun, bunga dan buah. Batang juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan yang memiliki sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ketajuk serta fotosintat (hasil fotosintesis) dari daun keseluruh bagian tanaman, batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-70cm. Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlhat karena tertutup oleh pelepah daun. Tinggi batang tanaman kelapa sawit bertambah 25-75cm/tahun. Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15-18m sedangkan yang dialam mencapai 30m (fauzi, 2006).
Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat mencapai 3-5 meter. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan  bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang  pelepah daun dapat lebih dari 9 meter. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang paling panjang dan panjangnya dapat melebihi 1,20 meter. Jumlah anak daun dalam satu pelepah daun adalah 100-160 pasang (Lakitan, 1993).




Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam dua tandan yang terpisah. Namun adakalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak lebih dahulu dari pada bunga betina karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dna bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung sari) adalah 3 x 24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna hitam dan mengering.


Gambar 1. Bunga Jantan

Gambar 2. Bunga Betina

Jika  spatha (selubung bunga) bunga jantan baru terbuka, akan tercium bau harum dan tepung sarinya masih dalam keadaan segar. Di perlukan waktu 5-6 bulan sejak penyerbukan untuk menjadi buah yang dewasa, matang dan siap di panen. Bunga betina yang tlah dibuahi akan menjadi buah.


Gambar 3. Buah Kelapa Sawit

Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokaprium, sedangkan yang kedua adalah biji, yang terdiri dari endokaprium, endosprem, dan lembaga atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras dan licin, sedangkan mesokaprium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen palingn tinggi. Endokaprium merupakan tempurung berwarna hitam dan keras. Endosprem atau disebut juga karnel merupakan penghasil minyak inti sawit, sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman (fauzi, 2012).







B.       Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit (Ekologi Kelapa Sawit)

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibdakan menjadi faktor lingkungan, genetis, dan faktor teknis-agronomis. Untuk mencapai produksi kelapa sawit yang maksimal di harapkan ketiga faktor tersebut selalu dalam keadaan optimal.

a.        Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar  Lintang Utara-Lintang Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-600 m dpl, dan pada tanaman kelapa sawit liar masih dapat menghasilkan buah pada ketinggian 1.300m dpl. Unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara, dan angin.
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata adalah 2000-2500 mm/tahun, dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Namun , yang terpenting tidak terjadi defisit air sebesar 250mm. Bila tanah dalam keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap mineral dari dalam tanah.
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7jam/hari. Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup tanaman kelapa sawit memerlukan suhu Temperatur yang optimal 24-28 °C, untuk tumbuh dengan baik. Namun , tanaman masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18 °C dan tertinggi 32°C. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Tanaman kelapa sawit yang ditanam lebih dari ketinggian 500m dpl akan terlambat berbunga satu tahun jika dibandingkan dengan yang ditanaman di dataran redah.

Kelembapan udara dan angin adalah faktor yang penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5-6km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang kering menyebabkan penguapan lebih besar, mengurangi kelembapan, dan dalam waktu lama mengakibatkan tanaman layu, (fauzi, 2012).

b.  Tanah
Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit daripada sifat kimianya.Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan kedalaman permukaan air tanah.Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25-30%, datar serta berdrainase baik (Soenandar, 2010).
Keadaan topografi pada areal perkebunan kelapa sawit berhubungan dengan kemudahan perawatan dan panen. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0-15°.Tanah harus gembur dan drainase baik. Akar dapat mencapai panjang  1,5 – 2 m cepat berlignin. Sehingga hanya ujung-ujung akar yang baru terbentuklah yang mengadsorbsi air dan hara (Sunarko, 2007).
·         Sifat Fisik Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah sampai ketinggian 1.000m  diatas permukaan laut , namun secara ekonomis kelapa sawit diusahakan pada daerah dengan ketinggian 400 m diatas permukaan laut. Penanaman kelapa sawit di kemiringan lereng 150 kurang baik, sedangkan kemiringan lereng lebih besar dari 250 tidak dianjurkan karena akan menyulitkan pengangkutan buah pada saat panen dan bahaya erosi.
Tabel 1.sifat fisik tanah untuk tanaman kelapa sawit (lubis, 1986)

Sifat tanah
Baik
Sedang
Kurang
Lereng(derajat)
< 12
12-23
> 23
Kedalamantanah (cm)
>75
37,5-75
<37,5
Ketinggianair tanah (cm)
> 75
37,5-75
< 37,5
Tekstur
Lempung
Berpasir
Pasir
Struktur
Kuat
Sedang
Lemah(masif)
Konsistensi
Gembur
Teguh
Sangat teguh


·         Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat kemasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya.Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah(Andoko, 2006).
Tanaman kelapa sawit membutukan zat hara dalam jumlah yang besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif, oleh karena itu kandungan hara yang tinggi sangat dibutukan untuk mendapatkan produktifitas yang tinggi (Roni, 2012).
Selain itu pH tanah sebaiknya breaksi asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan pH optimum 5,0-5,5(Sunarko, 2007).
Tabel 2.sifat kimia tanah unutk tanaman kelapa sawit

Sifat kimia tanah
Baik
Sedang
Kurang
Kandunngan unsur hara
Nitrogen (N)
Cukup
Sedang
Kurang
Fosfor (P)
Cukup
Sedang
Kurang
Kalium (K)
Cukup
Sedang
Kurang
Magnesium(Mg)
Cukup
Sedang
Kurang
Blerang (S)
Cukup
Sedang
Kurang
Kalsium (Ca)
Cukup
Sedang
Kurang
Klor (Cl)
Cukup
Sedang
Kurang
pH tanah
4,5-6,0
4,0-4,5
6,0-6,5
< 4,0
>6,5







III.  KEADAAN UMUM

A. Keadaan Lokasi
PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Betung, terletak di Desa Teluk Kijing III, Kecamatan Lais, Kabupaten Musi Banyuasin, jarak dari kota palembang ±76km
Tabel 3. Posisi Geografis Areal Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Betung
Batas
Desa
Kecamatan
Kabupaten
Timur
Barat
Selatan
Utara
Betung/S.Mulya
Teluk Kijing III
Tj. Agung Selatan
Bukit/Kp.Baru

Betung
Lais
Lais
Betung
Banyuasin
Musi Banyuasin
Musi Banyuasin
Banyuasin

 Sumber, PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Betung














B. Posisi Geografis

Gambar 4. Posisi letak Unit Betung













C.  Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Betung
PT Perkebunan Nusantara VII Unit Betung merupakan satu dari tujuh unit usaha yang berada dalam wilayah kerja distrik banyuasin (D.BAN) PTPN VII diantaranya : Unit Talang Sawit, Unit Betung Krawo, Unit Bentayan, Unit Tebenan, Unit Musi Landas, dan Unit Cinta Manis.
PT Perkebunan Nusantara VII Unit Betung, merupakan tanah hak Erfacth Ex. N.V. Maatschappl Tot Exploltatle Der Cultur Ondernemingen Van Emoorman En Compagnie, yang atas dasar undang-undang Nasionalisasi NO. 86 Tahun 1958 dan peraturan Pemerintahan Nomor 19 tahun 1959. Tanah Hak Erfacht dimaksud menjadi tanah negara yang selanjutnya dikuasai dan dikelolah oleh PTP Nusantara VII.
PT Perkebunan Nusantara VII Unit Betung mengelola satu jenis komoditi yaitu Kelapa Sawit, yang memiliki luas areal tanam kelapa sawit seluas 3.185,2 Ha dan hasilnya berupa Tandan Buah Segar (TBS). Unit betung juga memliki dua pabrik untuk mengelola hasil tanaman kelapa sawit yaitu Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) yang mengelola TBS menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan pabrik pengelolahan inti sawit menjadi Palm Kernel Oil (PKO) dan Bungkil.














D.  Visi Dan Misi Serta Tujuan Perusahaan
Visi
Menjadi unit usaha yang MANTAB (Mandiri, Andalan, Terdepan, Agamais Dan Berwawasan Lingkungan).
Misi
1.      menjalankan usaha agribisnis kelapa sawit
2.      menjalankan usaha dengan memperhatikan ligkungan, efisuensi, mitra usaha
3.      meningkatkan suasana kerja kondusif dengan K3 (Kebersamaan, Keterbukaan, Ketauladanan)
tujuan
sesuai dengan visi dan misi unit usaha, tujuan perusahaan adalah :
1.    membangun dan mengembangkan Agribisnis sesuai dengan prinsip ekonomi
2.    menjadikan Unit Usaha yang berdaya saing tinggi serta lingkungan yang kondusif



IV. PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
A. Waktu dan Tempat
Praktek kerja lapangan (PKL)  ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juli – 27 Agustus 2015, bertempat di PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Betung, jln. Raya Palembang – Sekayu Km. 75.
B. Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit
a. Pemeliharaan Jalan, Jembatan Dan Parit
pemeliharaan jalan dan jembatan dilakukan secara continue (terus menerus) namun dalam rotasi yang sudah ditentukan. Sdangkan prawatan parit atau cuci kanal biasanya di lakukan 1 tahun sekali.
b. Penunasan (Pruning)
 penunasan (pruning) adalah membuang pelepah tua dan pelepah kering yang sudah tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Terdapat dua penunasan pokok pada kelapa sawit, yaitu tunas pasir dan tunas priodik. Tunas pasir di lakukan 1-2 bulan sebelum pokok mulai di panen, sedangkan tunas priodik di lakukan pada tanaman yang telah berumur diatas empat tahun dengan rotasi sembilan bulan sekali.  tujuan penunasan (pruning) adalah sebagai berikut:
·         Memperbaiki sirkulasi udara disekitar tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan secara alami.
·      Membantu mempermudah proses pemotongan buah (panen).
·      Membantu penilaian  kematangan buah.
·    Mengurangi penghalang pembesaran buah/tandan.
·    Mengurangi perkembangan tanaman epifit di pokok kelapa sawit.
·    Agar proses metabolisme tanaman berjalan lancar, terutama proses fotosintesis dan respirasi.
·    Untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menghambat perkembangan hama dan penyakit.
·      Mengurangi kehilangan brondolan buah yang terjepit pada pelepah daun.

Dalam satu tahun tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan 20-30 pelepah daun. Kemampuan produksi tersebut menurun menjadi 18-25 pelepah daun seiring dengan pertambahan umur tanaman. Pelepah daun yang menghasilkan bunga atau buah di sebut pelepah penyangga (songgo) dan pelepah yang tidak bisa menghasilkan bunga atau buah disebut pelepah kosong.
Agar dapat melakukan metabolisme dengan baik, seperti proses fotosintesis dan respirasi maka jumlah pelepah pada setiap batang harus di pertahankan dalam jumlah tertentu sesuai dengan umur tanaman. Untuk tanamn berumur 3-8 tahun, jumlah pelepah optimal 48-56. Sementara itu, untuk tanaman berumur lebih dari 8 tahun jumlah pelepah sekitar 40-48 pelepah.

c. Pemupukan

salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhka biaya yang cukup besar yaitu 40%-70% dari total pemeliharaan. Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang merupakan kunci keefektifan pemberian pupuk. Diantaranya adalah daya serap akar tanaman, cara pemeberian dan penetapan pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk. Dasar penyusunan rekomendasi pemupukan mempertimbangkan :
·         Hasil analisi tanah
·         Hasil analisi daun
·         Pengamatan pertumbuhan tanaman
·         Gejala-gejala kekurangan hara yang terjadi atau teihat di lapangan
·         Produksi yang di capai TBS/ha/th
·         Realisasi pemupukan sebelumnya
·         Umur tanaman




Agar pupuk yang diberikan ke tanaman unsur haranya dapat diserap secara maksimal maka perlu diperhatikan pengaplikasiannya sesuai dengan pengertian 4 tepat yaitu :
·         Tepat jenis : pupuk yang diberikan sesuai unsure hara yang diperlukan tanaman
·         Tepat dosis : jumlah pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman
·         Tepat waktu : pelaksanaan pemupukan harus sesuai dengan frekuensi jadwal yang tlah ditetapkan
·         Tepat cara : penempatan pupuk harus sesuai dengan ketentuan sehingga penyerapan unsur hara akan maksimal.

Pemupukan pada tanaman Kelapa Sawit diatur 2 kali dalam setahun, pemberian pupuk yang pertama dilakukan pada akhir musim hujan yaitu bulan Maret-April dan pemberian pupuk yang kedua dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan September-Oktober.
Pemupukan di lakukan dengan tujuan memperbaiki unsur hara yang terdapat pada tanah dan menggantikan unsur hara yang tlah hilang di dalam tanah, pupuk yang di gunakan di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Betung adalah pupuk NPK (Kujang) dan pupuk Dolomit, degan dosis 5kg per/tanaman.
Karena Kelapa Sawit telah di tanam di seluruh nusantara maka penentuan bulan dilakukannya pemupukan dapat bergeser sesuai dengan keadaan iklim diwilayah yang bersangkutan. Namun yang penting adalah bahwa pemupukan sebaliknya dilaksanakan pada saat berada dalam keadaan lembab, curah hujan minimal 150 mm perbulan atau 50 mm dalam satu dekade (10 hari).







d.   Pengendalian Hama Pada Tanaman Kelapa Sawit
1.   Hama Ulat
Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang dapat menganggu pertumbuhan serta perkembangan tanaman kelapa sawit.
Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit dapat menurunkan produksi sampai 40% kerugian lain disebabkan oleh pemupukan ekstra, pemakaian bahan – bahan kimia (insekta), peralatan dan lain – lain.

Ø  Ulat Api
Disebut ulat api krena larva dewasa apabila terkena bagian kulit akan menimbulkan rasa panas seperti terkena api dan bagian kulit tersebut akan menjadi bengkak. Ulat yang masuk ke golongan ini biasanya di tandai dengan bulu – bulu dengan warna kontras (menyolok), kakinya tidak sempurna tetapi merupakan kaki hisap sehingga gerakannya tidak selincah ulat biasa.
Berikut adalah beberapa jenis ulat api yang umumnya menyerang tanaman kelapa sawit dan dapat menyebabkan kerusakan yang nyata :
·           Setora nites
Larva berwarna hijau kekuningan dengan satu jalur berwarna ungu lembayung sepanjang punggungnya dan menjelang dewasa larva berwarna kuning kemerahan. Larva menyerang dengan mengikis daging daun hingga lidi, akibatnya pelepah menjadi kering.
·         Theosea asiga
Larva berwarna hijau kekuningan dengan jalur abu-abu keputihan melintang sepanjang punggungnya dan melebar pada dua tempat. Larva menyerang dengan memakan daging bawah sedangkan epidermis dan bagian atas ditinggalkan.
·         Ulat Kantong
Jenis ulat menyerang adalah Mahasena corbetti, Metisa plana dan Cremastopsycha pendula. Larva imago dibungkus oleh potongan daun yang dipadu dengan benang-benang yang dikeluarkan dari larva. Kantong kepompong mengantung di bagian bawah daun. Kantong kepompong Mahasena lebih besar dari pada jenis lainnya dan berbentuk sangat kasar takteratur. Larva menyerang daun sehingga menimbulkan bnyak lubang .
 Larva ulat ini berada didalam kantong yang terbuat dari bahan serat sampai stadia pupa , ulat ini berwarna keputih – putihan dengan garis coklat, hanya keluar kepala dan sedikit bagian badan kalau sedang bergerak/berjalan atau makan. Serangan ulat ini dapat membuat daun menjadi berlubang dan kemudian mati.
·         Kerusakan
Hama ulat api dan ulat kantong disebut juga ulat pemakan daun kelapa sawit. Pada saat stadium larva instar muda (di bawah instar II) larva ulat api hanya memakan epidermis bawah anak daun, sehingga kerusakan yang ditimbulkan adanya strip-strip transparan berwarna putih kekuningan. Dengan meningkatnya umur larva  (larva instar III ke atas), larva mulai makan dari tepi daun sehingga anak-anak daun bergerigi tak beraturan. Apabila serangan serius maka anak-anak daun akan tinggal lidinya.
Kerusakan akibat oleh serangan ulat jenis Mahasena Corbetti mirip dengan ulat api tetapi pelepah-pelepah daun yang terserang akan menunjukan adanya kantong-kantong yang ditempeli potongan-potongan daun yang kering yang berganutngan yaitu sebagai tanda banyaknya kantong-kanotng larva.
Sedangkan ulat kantong jenis metisa plana dan pteroma pendula hanya memakan epidermis atas anak-anak daun. Gejala yang muncul adalah adanya lubang-lubang transparan berwarna putih kekuningan sampai kecoklatan. Apabila populasi larva tinggi gejala yang dapat dilihat adalah ujung-ujung pelepah menunjukkan gejala seperti terbakar.
·         Kerugian
Akibat dari serangan yang serius oleh hama pemakan daun dapat menyebabkan penurunan produksi. Hal ini disebbakan karena meningkatnya jumlah bunga jantan sebagai akibat tanaman mengalami “stress” karena kehilangan daun. Luas permukaan satu pelepah daun kelapa sawit sekitar 3-4m². Kerusakan daun atau defoliasi yang ditimbulkan akan menganggu asimilasi dan sekaligus produksi. Situasi ini akan baru pulih kembali setelah 2-3 tahun dari tingkat defoliasinya. Berdasrkan penjelasan tersebut maka oleh para ahli hama telah di susun pada populasi kritis yang disajikan pedoman pemberantasan. Ulat

yang terdapat pada daun contoh dihitung. Untuk mahesa cobetti misalnya 4-8 ulat/pelepah, thosea asigna, setora nitens dan metisa plana 5-10 ulat/pelepah, thosea bisura, thosea vetusta, ploneta diducta 10-20 ult/pelepah dan darna trima 20-30 ulat/pelepah.
·         Tindakan pengendalian 
Tindakan pengendalian hama adalah bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan. Tentang metode pengendalian, jenis pestisida yang digunakan, jangka waktu pengendalian dan lain sebagainya di rekomendasikan oleh departemen Research & Development. Hasil pengendalian yang efektif tergantung dari deteksi awal dan diikuti perlakuan yang tepat sesegera mungkin. Teknik pengendalian hama daun kelapa sawit meliputi beberapa metode :
(i)                 Hand picking (pengutipan larva)
(ii)               Penyemprotan insektisida selektif
(iii)             Penyemprotan insektisida kontak
(iv)             Injeksi batang
(v)               Infus akar
(vi)             Kutip kepompong
(vii)           Konservasi dan eksploitasi musuh alami

Dari berbagai pengalaman menunjukan bahwa pengendalian dengan hanya menggunakan salah satu tehnik diatas mendapatkan hasil yang memuaskan. Untuk mendapatkan hasil pngendalian yang baik perlu diterapkan sistem pengendalian dengan mengombinasikan beberapa tehnik pengendalian yang saat ini lebih dikenal dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT).  



.

2.      Hama Tikus (Rattus. sp)

Tikus merupakan hama pada pembibitan, TBM dan TM penyerangannya tidak terbatas pada umur tanaman, pada TM tikus menyerang bunga dan buah yang masih muda (inflorencens). Beberapa spesies tikus yang sering dijumpai menyerang kelapa sawit antara lain Rattus tiomanicus, Rattus argentiventer, Rattus exulans. Dari ketiga jenis tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut :

-          Rattus tiomanicus (tikus hutan atau tikus ladang)
Bulu punggung berwarna coklat seperti beludru dengan putih yang jelas, kadang-kadang dengan venter yang kekuning-kuningan. Ekornya secara keseluruha gelap. Panjang badan 140-175mm, ekor 85-115% dari panjang badan, tikus ini biasanya ditemukan dihutan-hutan dan perkebunan dan merupakan jenis utama yang menyerang kelapa sawit.
-          Rattus exulans (tikus rumah)
Bulu bagian punggung kasar berwarna coklat pudar tetapi warnanya sering berubah-ubah. Dari abu-abu sampai coklat kemerahan. Panjang badan 140=190mm, ekor 95-115% dari panjang bandan.
-          Rattus argentiventer (tikus sawah)
Bulu bagian punggung lembut, berwarna coklat muda, ekornya secara keleruhan gelap. Panjang badan 150-190mm, ekor 95-115% dari panjang badan.

·         Potensi kerusakan
Hama tikus merupakan hama utama pada perkebunan kelapa sawit dan dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomis, baik pada saat tanaman masih muda maupun pada tanaman menghasilkan (TM). Pada keadaan tertentu, kematian dapat mencapai 90% pada tanaman yang baru ditanam. Sedangkan untuk tanaman menghasilkan kerugian kehilangan minyak dapat mencapai 3-5%/ha pertahun.



·           Pengendalian tikus
Rekomendasi pengendalian tikus terbagi kedalam tiga bagian, yaitu : a. Pembibitan pemberiaan racun tikus, b. Tanaman belum menghasilkan (TBM) : pemberian racun tikus, c. Tanaman menghasilkan (TM) : pembiakan burung hantu dan aplikasi racun tikus.

3.        Hama Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinoceros)
Hama kumbang tanduk merupakan hama penting tanaman kelapa sawit pada areal peremajaan. Kumbang tanduk dapat menyerang sejak berada di pembibitan, tanaman muda di lapangan dan bahkan tanaman dewasa >7 tahun.
Deskripsi :
-          Telur
Telur diletakkan secara tunggal oleh kumbang betina, telur berwarna putih lonjong dengan ukuran ±2mm.
-          Larva
Larva berbentuk silinder dan berukuran besar 10-12cm berwana putih dan mempunyai sepasang rahang yang kuat.
-          Pupa
Pupa di lindungi oleh kokon yang terbuat dari potongan-potongan media makanannya, berwarna kuning kecoklatan dan berukurab 3,5-5cm.
-          Kumbang
Oryctes dewasa mempunyai 2 pasang sayap dimana sayap depan kras dan berwarna coklat tua, kumbang berukuran 3-5cm, pada bagian bawah perut ke arah belakang dilindungi rambut-rambut kasar.
·         Potensi kerusakan
Pada tanaman muda dan pembibitan kumbang tanduk menggerek bagian samping pangkal pelepah-pelepah terbawah, langsung mencapai titik tumbuh. Sedangkan untuk tanaman yang lebih tua, kumbang menggerek pangkal pelepah yang lebih muda (bagian atas) kemudian meneruskan gerekan ke arah bawah ke daerah jaringan muda. Akibat gerekan tersebut perkembangan pelepah terganggu dan bentuknya rusak, sehingga menggangu kegiatan fotosintesis. Serangan yang berulang-ulang dapat menyebabkan kematian tanaman.
·           Pengendalian
Ada dua hal penting yang berkaitan erat satu dengan yang lain, yaitu ada tidaknya sumber inokulum dan tersediannya media perkembangbiakannya. Kedua faktor tersebut dapat digunakan untuk tindakan pengendalian.
·           Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap kemungkinan serangan oryctes dapat dilakukan dengan media perkembangbiakannya :
-            Menanam kacang-kacangan penutup tanah sebelum penanaman baru. Kacangan yang digunakan sebaiknya yang mempunyai pertumbuhan cepat, sehingga dapat menutupi batang kayu atau batang kelapa sawit secara cepat, seperti : Mucuna Bracteata dan M. Conchinensis
-            Menghancurkan sumber inokulum untuk areal replating, penghacuran batang kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan modifikasi Backhoe, dimana buckt digantti dengan menggunakan pisau tajam. Tujuan penghancuran adalah memotong batang kelapa sawit menjadi kecil-kecil sehingga akan mempercepat proses pembusukan. Bagian tanaman yang dicincang tersbeut disebar, sehingga tidak membentuk lapisan yang tebal. Biasanya setelah dicincang, kemudian diikuti oleh penanamna kacang, sehingga dalam waktu dekat tertutup.








4.        Hama Penggerek Tandan Buah Sawit
·         Kerusakan
Hama Tirathaba mundella dan Tirathaba rufivena dikenal sebagai hama penggerek tandan buah kelapa sawit. Hama ini juga dapat menyerang kelapa. Stadia dari hama ini merugikan adalah dalam bentuk ulat, sedangkan yang diserang adalah bunga dan buah, terutama yang masih muda. Apabila buah muda mendapat serangan dari hama ini maka buah akan terlambat tumbuh. Selain itu juga dapat menyebabkan kematangan buah yang lebih cepat dari yang ssemestinya. Apabila bunga mendapat serangan akan mengakibatkan rontok, tandan-tandan terjadinya serangan ulat ini dapat dilihat dari terdapatnya gumpalan kotoran ulat bercampur dengan remah-remah sisa-sisa makanan yang terikat dengan air liur ulat, menempel pada buah. Bila serangan yang ringan dapat menyebabkan buah kering berwarna kecoklatan di bagian ujung akibat dari apisan atas yang dimakan oleh ulat.
·           Deskripsi
-          Ngengat (imago)
Rentangan sayap dari ngengat hama Tirathaba panjang 25mm. Sayap berwarna coklat kelabu dengan kilat keperakan dengan bentuk sempit panjang.
-          Ulat (larva)
Panjang tubuhnya mencapai 27mm pada akhir masa pertumbuhan sebelum berubah menjadi kepompong. Warna tubuh berwarna coklat muda dan kepala coklat tua. Tubuh berbulu panjang mengkilat.
-          Kepompong (pupa)
Stadia pupa berlangsung dalam kepompong yang berbalut kotoran dan sisa-sisa makanannya.
·           Gejala serangan
Kehadiran Tirathaba pada perkebunan kelapa sawit dapat dideteksi dengan gejala sebagai berikut :


-          Dicirikan adannya bekas gerekan berbentuk cincin ataunalur-alur pada permukaan atas buah.
-          Adanya campuran kotoran menutupi permukaan tandan buah.

·           Pengendalian
Sensus hama tirathaba mengikuti pedoman teknis pemantauan hama daun, tikus dan tirathaba. Penyemprotan kuratif pada tanaman menhasilkan tindakan penyemprotan kuratif harus dilakukan apabila tingkat serangan baru pada tanaman melebihi 5%. Pestisida dan dosis yang digunakan.

5.        Hama Rayap
Rayap dari jenis Coptotermes curvignathus merupakan hama yang serius, terutama pada tanaman perkebunan kelapa sawit di tanah gambut. Pengolahan lahan sebelum penanaman yang tidk sempurna dn kandungan bahan organik yang tersedia cukup banyak akan menyebabkan rayap berkembang secara cepat.
Pada tanaman muda, rayap akan menyerang mulai dari pangkal pelepah dan naik sampai ke daun tombak. Serangan rayap dapat terdeteksi dengan adanya alur-alur tanah berwarna hitam basah pada bagian pangkal pelepah sampai daun tombak. Apabila alur-alur tersebut dirusak, maka akna dijumpai rayap yang masih aktif. Selanjutnya rayap akan menyerang jaringan tanaman yang masih muda, yaitu bagian pangkal daun tombak, akibatnya daun muda akan mati. Serangan rayap pada jaringan muda dapat menyebabkan infeksi sekunder oleh jamur/bakteri, sehingga titik tumbuh busuk dan mati.
·           Potensi kerusakan
Serangan rayap pada tanaman kelapa sawit dapat terjadi sejak penanaman sampai umur 11 tahun dengan tingkat serangan yang dapat mencapai 5-8% pohon/ha. Serangan yang tidak di lakukan pengendalian secara dini dapat menyebabkan kematian pada tanaman kelapa sawit. Tanaman muda umumnya lebih peka dari pada tanaman tua, selain dapdt menyebabkan kematian pohon, serangan yang tidak dikendalikan dapat menyebar kepohon-pohon sekelilingya.


·         Indentifikasi
Rayap dari jenis Coptotermes curvignathus sangat mudah dibedakan dengan rayap dari jenis lainya. Pada tanah gambut ataupun tanah mineral banyak dijumpai berbagai jenis rayap yang berasosiasi dengan kelapa sawit, tetapi tidak menyebabkan kerusakan/kematian, sehingga tidak perlu pengendalian.  

6.        Hama Adoretus Dan Apogonia
Adoretus dan Apogonia merupakan kumbang yang aktif makan pada malam hari, pada umumnya kedua kumbang tersebut memakan daun kelapa sawit baik dipembibitan maupun setelah ditanam kelapangan.
·         Potensi kerusakan
Kedua jenis kumbang tersebut tidak menyebabkan kerusakan berarti. Kerusakan yang parah di pembibitan mneyebabkan tanaman terhambat pertumbuhannya. Kumbang Adoretus biasanya memakan bagian tengah daun dari permukaan bawah dengan meninggalkna tulang-tulang daun. Bekas serangan tersebut yang membedakan dengan bekas serangan Apogonia, dimana kumbang Apogonia menyerang melai dari tepi.
·         Deskripsi
-          Adoretus spp kumbang berwana cokat dan ditutupi oleh sisik-sisik berwarna abu-abu, panjang kumbang dapat mencapai 10-12mm. Larva hidup pada bagian dari sisa-sisa tumbuhan yang rusak.
-          Apogonia spp kumbang berukuran lebih kecil, yaitu 8,5-10mm. Berwarna hitam mengkilat. Larva hidup pada sisa-sisa tanaman yang sedang mengalami pembusukan di permukaan tanah. Dengan perkembangan larva  masuk ke dalam tanah dan memakan perakaran.




7.        Hama Babi Hutan
Babi hutan akan banyak dijumpai di daerah pengembangan yang berbatasan dengan hutan, semak belukar, hutan skunder, hutan primer dan lain-lainnya. Ad dua jenis babi hutan yaitu, Sus scrofa L berwarna hitam, yang hidup secara berkelompok 5-10ekor babi jantan hidup menyendiri dan bergabung hanya pada musim kawin dengan betinanya. Jenis babi hutan yang kedua adalah Sus barbatus muller atau disebut babi janggut, karena yang jantan memiliki janggut di tengah moncongnya dan memiliki ukuran badan lebih bsar dan berwarna abu-abu kemerahan. Hewan ini suka berpindah-pindah dalam kelompok besar pada interval atau priode tertentu.

·         Kerusakan
Gejala serangan kerusakan yan timbul :
Terjadi pada tanaman yang abru ditanami sampai umur 2tahun dan akan mengakibatkan tanaman mati, pada tanaman menghasilkan babi secara berkelompok atau sendiri-sendiri akan memakan buah kelapa sawit yang telah jauth (memberondol).
·         Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan mengusir, membuat pembatas-pembatas, msalnya dengan membuat pagar individu, pagar kawat berduri, menggunakan seng bekas, kawat ayam atau memgar blok keliling. Perburuna dengan anjing, pemakaian umpan racun, pemasngan perangkap dan lain-lain namum masih banyak belum memberikan hasil. Dan upaya yang disebutkan diatas memerlukan biaya yang besar atau mahal . menanam bibit yang lebih tua (15 tahun) ternyata dapat mengurangi serangan, karena pangkalnya sudah keras dan berduri.






e.   Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit
Penyakit disebabkan oleh organisme yang sangat kecil atau mikroorganime misalnya cendawan (fungi), bakteri, virus dan nematoda. Seperti halnya hama, penyakit  pada tanaman kelapa sawit pun menimbulkan kerugian tanaman. Tindakan pengendalian pada tanaman yang terkena penyakit pada umumnya dilaksanakan dengan memotong bagian tanaman, membongkar dan atau membakar pohon yang terkena penyakit. Dalam pengendalian penyakit tindakan pencegahan lebih bermanfaat dan menguntungkan misalnya: penggunaan bibit tahan penyakit, sanitasi dan sebagainya. Perlu diingat bahwa faktor iklim dan tanah sering membantu penyebaran penyakit.
Penyakit yang sering menyerang tanaman kelapa sawit antara lain :
1.        Jamur  Ganoderma (Ganoderma Basal/Steam Rot) Penyakit Busuk Pangkal Batang
Gejala dan Serangan Gejala pertama pada daun adalah munculnya daun tombak yang tidak membuka dalam jumlah banyak Pelepah pohon yang terinfeksi mulai mati karena nekrosig mulai dari pelepah yang paling tua, daun terlihat layu dan menguning, pelepah tua banyak yang patah dan ukuran atau lebar daun tidak normal ukuran daun terlihat lebih kecil. Kecepatan matinya pelepah sangat bervariasi, tergantung pada musim dan kondisi iklim. jamur ganoderma dapat tumbuh didasar batang (pangkal batang).
Penanggulangan seranga genoderma pada tanaman muda di mulai sejak dini dengan mengambil sampel tanah dan dibawa ke laboratorium untuk mengetahui adanya bibit genoderma dalam tanah. Pada tanaman setelah replanting perlu di ketahui sejarah serangan, apakah ada pernah terjadi serangan genoderma pada areal tersebut.
·         Kerusakan
Pada umumnya penyakit busuk pangkal batang (BPB) menyerang tanaman berumur lebih dari 10 tahun, akan tetapi kadang-kadang menyerang tanaman yang lebih muda kurang dari 5 tahun. Pada keadaan tertentu serangan penyakit BPB

 dapat menyebabkan kematian lebih dari 80%. Pada saat serangan rendah, dampak secara ekonomis belum dapat dilihat, hal ini disebabkan kerena adanya “kompensasi hasil” pada tanaman disekitar pohon mati sebagai akibat berkurangnya kompetisi sinar matahari, kelembapan dan zat-zat makanan.
Gejala (BPB) mula-mula menyerang akar, kemudian ke pangkal batang. Kerusakan pada pangkal batang yaitu ditunjukan adanya pembusukan. Akibat kerusakan tersebut menyebaban gangguan transportasi air dan zat makanan dari tanah kebagian tajuk tanaman.
·         Pengendalian
Sekali tanaman menunjukan gejala serangan pada daun, tidak ada harapan untuk mempertahankan tanaman tersebut. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka pengendalian penyakit dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
-          Pengendalian sebelum tanam di lakukan dengan teknik membersihkan sumber penyakit yang ada, terutama apabila areal penanaman baru tersebut berasal dari bekar tanaman kelapa sawit pembersihkan sumber infeksi dapat dilakukan dengan :
Membokar seluruh tanaman yang ada, kemudian seluruh jaringan tanaman dihancurkan, termasuk masa akan didalam tanah sehingga proses pembusukan lebih cepat. Pengolahan tanah, dapat dilakukan dengn membanjak sehingga sisa-sisa penyakit dalam tanah dapat mati. Penanaman kacangan, dengan hrapan penutup tanah dapat meningkatkan kelembapan tanah sehingga memacu proses pembusukan dan meningkatnya mikroorganisme antagonis.
-          Pengendalian setelah tanam
Cara pengendalian Ganoderma sp.dengan cara kimia yaitu pemberian pupuk Marfo dengan tekhnik aplikasi di sebar pada pangkal batang yang terserang jamur ganoderma, sedangakan dengan cara manual yaitu pembuatan parit isolasi dengan kedalaman 80-100cm, dengan lebar 25-30cm. Dengan jarak dari pangkal batang tanaman 1-1,5m tergantung dari usia tanaman yang terserang penyakit, tanah parit isolasi di timbunkan pada pangkal batang yang terserang jamur.


2.      Penyakit Busuk Tandan Buah (Jamur Marasmius)
Penyakit BTB pada umumnya menyerang tanaman berumur 3-9 tahun. Serangan terjadi karena pada umur tersebut jumlah tandan yang terbentuk cukup tinggi dan penyerbukan tidak sempurna. Pendapat lain juga menyatakan munculnya penyakit kerena musim hujan yang panjang dengan kelembapan yang tinggi. Selain itu juga disebabkan pada areal dengan kerapatan yang tinggi.
·         Kerusakan
Pada awalnya jamur marasmius hanya menyerang tandan-tandan buah yang busuk keran penyerbukan yang tidak sempurna dan buah-buah tersebut tidak dipanen. Karena kondisi lingkungan sesuai, penyakit menyebarke tandan-tandan muda diatas nya. Miselium masuk kedalam mesokarp dan akan menyebabkan busuk basah dengan warna mesokarp menjadi coklat cerah dan bebrbeda jelas dengan jaringan yang masih sehat.
·         Pengendalian
Penyakit busuk tandan buah disebabkan oleh jamur marasmius palmivorus. Pada umumnya penyakit BTB bersifat saprofit dan karena kondisi tertentu sifat tersebut berubah menjadi penyakit, tindakan pengendalian yang tepat adalah sanitasi dengan melakukan tindakan sebagai berikut :
-          Memotong seluruh buah-buah yang busuk
-          Tandan buah, bunga jantan yang terinfeksi dipotong
-          Mengumpulkan seluruh tandan/bunga pada point pertama dan kedua di atas dipiringan agar cepat kering.

3.      Penyakit Busuk Pucuk (Spear/Bud Rot)
Penyakit busuk pucuk terutama terjadi pada tanaman muda dilapangan sampai umur 5tahun.
·         Kerusakan
Akibat serangan penyakit BP dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil bahkan mati, kerusakan pada daun pucuk/daun tombak dapat turun ke pangkal pelepah daun dan menuju titik tumbuh.

 Kerusakan pada titik tumbuh  akibat kontaminasi dengan jamur dan bakteri dapat menyebabkan pembusukan dan kematian tanaman. Gejala awal adalah ditunjukkaan adanya pembusukan pada pangkal daun tombak, saat tersebut daun tombak dengan mudah dapat dicabut. Pada stadium tersebut, jaringan yang terserang menunjukkan gejala busuk basah dan berwarna coklat gelap. Daun tombak akan jatuh dan mengantung diantara pelepah yang sehat. Pembusukkan menyebar ke jaringan titik tumbuh dan mengeluarkan bau busuk yang kuat, apabila pembususkan berhenti maka pertumbuhan dan pucuk yang baru tidak normal dengan pelepah dan anak-anak daun yang sangat pendek.
·         Pengendalian
Apabila pohon telah menunjukkan gejala daun tombak mati, maka tindakan yang diambil adalah :
Mencabut daun tombak yang mati, menyiramkan larutan fungisida insektisida dan bakterisida pada bekas pangkal tombak.


















f.       Sensus
Sensus tanaman kelapa sawit adalah suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan tanaman kelapa sawit yang sebenarnya dalam suatu areal/blok.
Sensus tanaman kelapa sawit meliputi :
·         Pelaksanaan Sensus
1.      Semua pohon sampel yang telah ditentukan dihitung jumlah semua bunga (anthesis) dan buah yang ada secara cermat dan teliti.
2.      perhitungan bunga dilaksanakan pada minggu terakhir, dimana pada blok tersebut tidak dilaksanakan panen
3.      hasil sensus diklasifikasi menjadi bunga, putik, degan muda, degan tua, fraksi 00 dan fraksi 0.
4.      hasil perhitungan bunga/buah tersebut dijumlahkan sesuai dengan keadaan masing – masing, kemudian dibagi jumlah pohon sample untuk mendapatkan bunga/buah rata – rata perpohon.
5.      Untuk memperoleh angka produksi selama 6 bulan mendatang, dengan mengalikan rata-rata bunga/buah per pohon dengan rata-rata berat tandan pada setiap tahun tanam.
6.      Untuk lebih meningkatkan akurasi pelaksanaan sensus, perlu dilakukan cross check pada pohon sampel.
7.      Pohon sampel yang telah dicross check juga diberi tanda.
8.      Rekapitulasi hasil sensus.
9.      Pelaksanaan sensus dilaksanakan setiap 3 bulan untuk pendekatan estimasi produksi.
10.  Perhitungan untuk estimasi produksi dilakukan selama 6 (enam) bulan kedepan.




1.    Sensus Pohon

          Sensus Pohon adalah menghitung jumlah pohon kelapa sawit tiap blok pada areal afdeling. Dengan sensus pohon akan diketahui apakah jumlah pohon tiap blok telah sesuai atau belum terhadap standar. Sensus pohon dapat menghitung jumlah pohon kelapa sawit tiap blok pada areal afdeling dan menyusun target produksi dan kebutuhan pupuk.
Standar sensus pohon :
  1. Jumlah pohon tiap blok harus sesuai dengan standar jarak tanam atau   kerapatan pohon yaitu 143 pohon/ha
  2. Sensus pohon harus dilakukan setelah selesai penanaman dan tidak boleh   lebih dari 6 bulan.
  3. Pelaksanaan sensus harus memakai form sensus yang telah disediakan.
  4. Hasil sensus harus dipetakan tiap blok.
  5. Kode – Kode dalam peta harus mengikuti aturan yang sudah ada
  6. Sensus dilakukan 2 kali pertahun yaitu bulan april dan oktober.
2.      Sensus Buah (Prognosa)
Sensus buah meliputi sensus : bunga, putik, cengkir, degan, f00 dan f0. Sensus buah di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui waktu panen pada tanaman kelapa sawit, sensus buah di lakukan tiap 3bulan satu kali.
3.      Sensus Hama Dan Penyakit
Sensus hama dan penyakit di lakukan mingguan atau di lihat dari tanaman yang terserang. Dengan cara mendata tanaman yang terserang.



4.      Sample Daun
Sample daun di lakukan pada pelepah ke tujuh belas dan bagian daun yang di ambil adalah daun yang berada tepat pada buntut tikus pada pelepah dan di ambil dua daun dari sisi kanan dan kiri pelepah. Sample daun di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan pupuk  per/tanaman, untuk sample daun di butuhkan 30pohon/blok, dan di lakukan satu tahun satu kali pada bulan yang sama tiap tahunnya.





V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
               Dari hasil praktek kerja lapangan dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut :
1.      Kami sebagai mahasiswa dapat memahami hubungan antara teori  dan pratek serta faktor – faktor yang mempengaruhi sehingga menjadi bekal bagi mahasiswa untuk mengabdi kemasyarakat setelah lulus sebagai sarjana pertanian.
2.      Dari praktek kerja lapangan ini dapat kami simpulkan bahwa pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) meliputi : pemeliharaan jalan, jembatan dan parit. Penunasan (Pruning), pemupukan, pengendalian atau pemberantasan gulma, pengendalian hama dan penyakit, dan sensus (sensus pohon, sensus buah, sensus hama dan penyakit dan pengambilan sample daun).

B.       Saran
Perawatan pada tanaman  menghasilkan sebaiknya dilakukan dengan lebih intensip agar produksi tanaman menjadi lebih meningkat pada pemeliharaan parit, penunasan (pruning), pemupukan, pengendalian atau pemberantasan gulma, pengendalian hama dan penyakit dan sensus. Sangat berperan besar dalam penurunan maupun peningkatan hasil produksi tanaman kelapa sawit.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar