Kamis, 12 November 2015

Mucuna bracteata (tanaman penutup tanah )

  1.  Mucuna bracteata
Legum yang berasal dari india ini termasuk tanaman jenis baru yang masuk ke Indonesia, untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah di areal perkebunan karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan tanaman penutup tanah lainnya.
Legume ini merupakan kelompok legume perennial atau tahunan, tumbuh menjalar diatas permukaan tanah, merambat ke arak kiri pada ajir atau tanaman lainnya. Daunya beranak daun tiga helai, berbentuk bulat telur, asimetris, belah ketupat, dan ujungnya tumpul, bagian bawah daun membulat. Tulang daun menjari, permukaan daun halus bila diraba, tidak berbulu. Warna daun lebih gelap dibandaingkan dengan Mucuna pruriens. Selama ini tanaman yang ditanam dikebun percobaan, belum mampu menghasilkan bunga dan buah (purwanto, 2011).
Mucuna bracteata memiliki perakaran tunggang yang berwarna putih kecoklatan, dan memiliki bintil akar berwarna merah muda segar dan sangat banyak, pada nodul dewasa terdapat leghaemoglobin yaitu hemoprotein monomerik yang terdapat pada bintil akarleguminosae yang terinfeksi oleh bakteri Rhizobium. Laju pertumbuhan akar relatif cepat pada umur diatas tiga tahun dimana pertumbuhan akar utamanya dapat mencapai 3 meter kedalam tanah (Harsono dkk, 2012).
Tanaman Mucuna bracteata dapat tumbuh di berbagai daerah baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Tetapi untuk dapat melakukan pertumbuhan generatif atau berbunga tanaman ini memerlukan ketinggian di atas 1000 m dpl, jika berada di bawah 1000 m dpl maka pertumbuhan akan jagur tetapi tidak dapat terjadi pembentukan bunga (Harahap dan Subronto, 2004).
Curah hujan yang dibutuhkan agar pertumbuhan tanaman Mucuna bracteata dapat tumbuh dengan baik berkisar antara 1000 – 2500 mm/tahun dan 3 – 10 merupakan hari hujan setiap bulannya dengan kelembaban tanaman ini adalah 80%. Jika kelembaban terlalu tinggi akan berakibat bunga menjadi busuk. Untuk panjang penyinaran, Mucuna membutuhkan lama penyinaran antara 6 – 7 jam/hari (Harahap dan Subronto, 2004).
Tanaman Mucuna dapat tumbuh baik hampir setiap jenis tanah, pertumbuhan akan lebih baik apabila tanah mengandung bahan organik yang cukup tinggi, gembur dan tidak jenuh. Apabila Mucuna ditanam pada tanah yang tergenang akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terganggu. Untuk pertumbuhan Mucuna bracteata secara umum dapat tumbuh baik pada kisaran pH 4,5 – 6,5 (Harahap dan Subronto, 2004).
  1. B.  Perbanyakan tanaman
Perbanyakan tanaman sering dilakukan oleh para penangkar tanaman,penjual bibit atau para hobiis. Bertujuan untuk menghasilkan tanaman baru sejenis yang sama unggul atau bahkan lebih. Caranya dengan menumbuhkan bagian-bagian tertentu dari tanaman induk yang memiliki sifat unggul.
Secara umum, perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu perbanyakan secara generatif, vegetatif, dan generatif-vegetatif. Setiap tanaman memiliki cara perbanyakan yang berbeda dengan tanaman lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam melakukannya (Anonim. 2007).
Salah satu teknik perbanyakan yang dapat dilakukan dalam waktu singkat dan jumlah yang banyak adalah dengan perbanyakan secara vegetative. Hal ini perlu dilakukan mengingat perbanyakan secara generatif (benih) menghasilkan bibit tanaman/turunan yang beraneka ragam karena berasal dari benih yang tidak diketahui mutunya. Sedangkan kualitas bibit merupakan suatu kriteria yang sangat penting untuk mencapai suatu produksi yang diinginkan. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun sekaligus. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara cangkok, rundukan, setek, okulasi dan kultur jaringan. Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu, kelemahannya adalah membutuhkan pohon induk dalam jumlah besar sehingga membutuhkan banyak biaya. Kelemahan lain, tidak dapat menghasilkan bibit secara massal jika cara perbanyakan yang digunakan cangkok atau rundukan. Untuk menghasilkan bibit secara massal sebaiknya dilakukan dengan setek. Namun tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara setek dan tingkat keberhasilannya sangat kecil.
Setek berasal dari kata stuk (bahasa Belanda) dan cuttage (bahasa Inggris) yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya, perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan pohon induk ke dalam media agar tumbuh menjadi tanaman baru. Bagian tanaman yang ditanam dapat berupa akar, batang, daun, atau tunas. Perbanyakan dengan setek mudah dilakukan karena tidak memerlukan peralatan dan teknik yang rumit. Keunggulan teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan tanam yang tersedia sangat terbatas. Namun, tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan stek. Hanya tanaman yang mampu bertahan hidup lama setelah terpisah dari pohon induknya saja yang dapat diperbanyak dengan tehnik ini.
  1. C.  Hormon tumbuhan
Hormon tanaman atau pernah dikenal juga dengan nama  fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil dapat mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan dan atau pergerakan tumbuhan. Hormon tumbuhan / fitohormon ini selanjutnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh (plant growt regulator) untuk membedakanya dengan hormon pada hewan.  Zat Pengatur Tumbuh (ZPT ) mempunyai peranan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan  suatu tanaman.
Namun tidak semua hormon dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, hanya hormon golongan Auksin, Sitokinin, dan Giberelin yang bersifat positif bagi pertumbuhan tanaman pada konsentrasi fisiologis.
Auksin
Auksin merupakan ZPT yang berperanan dalam perpanjangan sel pucuk/tunas tanaman. Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar, peranan auksin lainnya adalah kombinasi auksin dan giberelin memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.
Auksin mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar, perkembangan buah,  dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme.
Sitokinin
Sitokinin berperanan dalam pembelahan sel (sitokinesis).  Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin. Sitokinin alami  misalnya kinetin dan zeatin,  Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang. Kinetin banyak ditemui pada bulir jagung yang muda, sedangkan zeatin banyak ditemui pada air kelapa. Sitokinin berperanan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan dan menunda penuaan.
Giberelin
Giberelin merupakan ZPT yang berperan dalam mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar. Giberelin dikenal juga dengan nama asam giberelat, mempunyai  peranan dalam pembelahan sel dan atau perpanjangan sel tanaman. Giberelin juga berperan dalam memacu pembungaan pada beberapa tanaman, mematahkan dormansi biji serta mempercapat perkecambahan biji (Anonim, 2013)
Hormon tumbuhan diproduksi oleh tumbuhan itu sendiri, hormon tumbuhan dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang antarsel. Pemberian hormon dari luar sistem individu dapat pula dilakukan (eksogen). Pemberian secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) namun harganya cukup mahal dipasaran. Disamping itu juga ada hormon alami (dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang mudah diperoleh dilingkungan  sekitar. Ada pula hormon alami yang dijual sudah dalam bentuk kemasan untuk memudahkan para petani tang kandungannya relatif lengkap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar