Rabu, 11 November 2015

makalah PENGARUH JARAK TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KELAPA SAWIT



PENGARUH JARAK TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KELAPA SAWIT





DISUSUN
O
L
E
H

ISMAIL ARIFAL NURHUDA
(422012001)


DOSEN PENGASUH : Ir. Yopie Moelyohadi.M.Si
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG JURUSAN AGROTEKNOLOGI (A)
2014-2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kelapa sawit (Elaeis guinensis jack) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi terpenting di sektor pertanian, hal ini dikarenakan kelapa sawit mampu menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atau lemak lainya . Selain itu kelapa sawit juga memiliki banyak manfaat yaitu sebagai bahan bakar alternatif Biodisel, bahan pupuk kompos, bahan dasar industri lainnya seperti industri kosmetik, industri makanan, dan sebagai obat. Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Oleh sebab itu, sebagai negara tropis yang masih memiliki lahan yang cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit.
Di Indonesia, tanaman kelapa sawit banyak dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentunya banyak  orang-orang yang mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman sampai ke teknik pengelolahan hasil panen harus berlaku profesional.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia.Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi.  Pelaku usaha tani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara (inti – plasma).
Khusus untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan umum yang dihadapi antara lain rendahnya produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha. Produktivitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha, sementara di perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton PKO per hektar, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar dan 0,57 ton PKO per hektar. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan sawit rakyat tersebut adalah karena teknologi produksi yang diterapkan masih relatif sederhana, mulai dari pembibitan sampai dengan panennya. Dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat, akan berpotensi untuk peningkatan produksi kelapa sawit.
A.    TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
·         Sebagai bahan kajian siswa mengenai panen dan penanganan pasca panen pada tanaman kelapa sawit.
·         Sebagai cara untuk mempelajari berbagai cara budidaya tanaman kelapa sawit
·         Sebagai syarat untuk melaksanakan tugas individu dari dosenpembimbing

B.     RUMUSAN MASALAH
·         Apa itu Kelapa Sawit ?
·         Apa itu  Botani dan Morfologi kelapa sawit ?
·         Bagaimana karakteristik dari Kelapa Sawit ?
·         Bagaimana Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit ?
·         Bagaimana cara budidaya tanaman kelapa sawit Kelapa Sawit ?
·         Bagaimana Pengaruh jarak tanam terhadap produksi tanaman kelapa sawit ?


















BAB II
A.    Sistematik Botani Dan Morfologi Tanaman kelapa Sawit

Klafikasi  Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)  termasuk dalam:
Divisi                     : Embryophyta Siphonagama
Kelas                     : Angiospermae
Ordo                      : Monocotyledonae
Famili                    : Arecaceae (dahulu disebut Palmae),
Subfamili               : Cocoideae
Genus                    : Elaeis

Elaeis  berasal dari kata elaion yang berarti minyak sedangkan nama spesies guineensis  menunjukkan bahwa Jacquin menemukannya di Pantai Guinea. Spesies yang merupakan turunan dari Elaeis  adalah E. melanococoa yang sekarang namanya berubah menjadi E. Oleifera,  dan E. odora.  Elaeis guineensis Jacq. merupakan tanaman kelapa dengan internodus yang pendek. Terdapat duri-duri (pine) yang pendek pada pangkal daun/pelepah serta pada tandan buah. Letak pelepah daun yang tidak teratur menunjukkan tanaman kelapa sawit mempunyai karakteristik tersendiri. Pada tanaman kelapa sawit normal (berumah satu) ter-dapat bunga jantan dan bunga betina tetapi kadang-kadang hermaprodit sehingga melakukan penyerbukan sendiri. Buah kelapa sawit berbentuk berondolan yang berada pada tandan yang besar dan kompak.
Janssens mengelompokkan buah kelapa sawit menjadi dua yaitu dura dan tenera, hal ini didasarkan pada ketebalan dari cangkang/tempurung. Selain itu juga ditemukan tipe buah yang berbeda dalam penampakan luarnya, umumnya dikenal dengan nama buah tipe nigrecens dan buah yang berwarna hijau disebut tipe virescens yang kemudian oleh Janssens dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu dura, tenera, dan pisifera. Buah yang berwarna putih disebut tipe albescens juga ditemukan tetapi hanya ada dura albescens saja. Embrio dari kelapa sawit biasanya kecil dengan kotiledon yang tidak pernah tegak sebagai organ fotosintesis. Ujung kotiledon membesar dan menyerap makanan yang disediakan di endosperm (Tomlinson, 1961).
A.    Morfologi  Tanaman Kelapa Sawit
A. Daun (Folium)
Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu:

(1)     Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dani tulang anak daun (midrib).
(2)     Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat
(3)     Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.
(4)     Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang.
            Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap dan merupakan sisa dari perkembangan yang ada.  Pada daun yang sedang berkembang, seludang berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara sempurna.  Namun, karena daun berkembang terus-menerus, sedangkan seludang sudah tidak berkembang lagi, serabut-serabut seludang menjadi robek dan tercerai membentuk baris duri (spine) sepanjang tepi petiole yang merupakan pangkal dari tepi serabut tersebut.Pada anak daun yang gagal, terbentuk helai daun (lamina), tulang anak daun yang pendek membentuk duri tipe kedua.  Duri ini dapat dibedakan secara jelas dengan duri pada seludang daun di petiole.  Bentuk anak daun panjang dan sempit (pinnate) dengan sebuah tulang daun dan sejumlah pembuluh yang sejajar dengan tulang daun tersebut.  Stomata terletak pada permukaan bawah anak daun. Perkembangan dan menuanya daun kelapa sawit secara individual terjadi dalam arah basipetal (dari atas ke bawah).  Pada daun nomor nol, rachis sudah memanjang secara lengkap, sedangkan pada daun nomor satu anak daun sudah membuka semua .  Produksi daun dipengaruhi oleh musim dan tingkat kesuburan tanah.  Rata-rata produksi daun per tahun berkisar 20-24 daun. Pola susunan daun-daun pada batang disebut filotaksis seperti pada Gambar 4.  Pelepah daun tersusun pada batang membentuk spiral dengan satu lingkaran terdapat 8 pelepah daun.
Primordia daun dihasilkan dalam pola spiral mulai dari titik tumbuh (apex).  Spiral ini dikenal sebagai spiral genetic.  Setiap primordium daun terpisah dari primordium sebelumnya pada spiral genetic berdasarkan suatu sudut, yaitu sudut divergen yang besarnya 137,5o (disebut juga sudut Fibonacci).  Spiral genetic tersebut biasanya selalu konsisten ke kanan atau ke kiri primordium sebelumnya.Umumnya, spiral genetic tanaman kelapa sawit “memutar ke kanan” (right-handed) dan hanya sejumlah kecil yang “memutar ke kiri” (left-handed).  Susunan spiral mengikuti deret Fibonacci, yaitu 
1:1:2:3:5:8:13:21, dan seterusnya.  Setiap angka pada susunan spiral ini merupakan penjumlahan dari dua angka sebelumnya. Adapun penampang melintang daun tanaman kelapa sawit disajikan pada Gambar 5.

B. Batang (Caulis)
             Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim.  Maristem pucuk terletak dekat ujung batang.  Aktivitas maristem pucuk hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap jaringan batang karena fungsi utamanya menghasilkan daun dan infloresen bunga.  Pada batang tidak terjadi penebalan sekunder.
             Penebalan dan pembesaran batang terjadi karena aktivitas penebalan maristem primer yang terletak di bawah maristem pucuk dan ketiak daun.  Pada tahun pertama atau kedua pertumbuhan kelapa sawit, pertumbuhan membesar terlihat sekali pada bagian pangkal, diameter batang bisa mencapai 60 cm.  Setelah itu, batang akan mengecil, tetapi pertumbuhan tingginya menjadi lebih cepat.  Umumnya pertambahan tinggi batang mencapai 35-75 cm per tahun, tergantung pada keadaan lingkungan tumbuh dan keragaman genetik.
Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira-kira umur 11-15 tahun.  Setelah itu, bekas pelepah daun mulai terlepas dari batang, biasanya mulai dari bagian tengah batang kemudian meluas ke atas dan ke bawah.
Batang mempunyai tiga fungsi utama, yaitu 1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, 2) sebagai system pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fitosintat) dari daun ke bawah, 3) sebagai organ penimbun zat makanan.
Fungsi batang sebagai organ penimbun zat makanan belum diketahui dengan jelas, tetapi umumnya batang mengandung sejumlah besar karbohidrat dan mineral, seperti kalium dan nitrogen.

C. Akar (Radix)
Akar terutama sekali berfungsi untuk (1) menunjang struktur batang di atas permukaan tanah, (2) menyerap air dan unsure-unsur hara dalam tanah.
Secara umum , system perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar juga bisa menjelajah lebih dalam.
Sistem perakaran kelapa sawit merupakan system akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter.  Akar primer umumnya berdiameter 6—10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal dan menghujam ke dalam tanah dengan sudut yang beragam.  Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2—4 mm.  Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7—1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar-akar kuarter.
Pertumbuhan dan percabangan akar dapat terangsang bila konsentrasi hara dalam tanah (terutama N dan P) cukup besar.  Kerapatan akar yang tinggi terjadi pada daerah gawangan, dimana daun-daun (hasil tunasan) ditumpuk dan mengalami dekomposisi

D. Bunga (Flos)
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu).  Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada satu tandan yang sama.  Tetapi sering juga dijumpai bunga jantan dan betina terdapat pada satu tandan (hermafrodit).  Bunga terdapat pada ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaries), berupa satu rangkaian pada tandan dan merupakan bunga majemuk (infloresen).
Bagian-bagian bunga yang bersifat sebagai batang atau cabang yaitu:
     a)    Ibu tangkai bunga (peduncullus atau rachis), yaitu bagian yang biasanya merupakan terusan batang yang mendukung bunga majemuk
     b)    Tangkai bunga (pedicellus), merupakan cabang dari ibu tangkai bunga yang mendukung bunga
     c)     Dasar bunga (receptacullum) yaitu ujung dari tangkai bunga yang mendukung bagian-bagian bunga lainnya. Sedangkan bagian-bagian bunga yang bersifat daun, yaitu daun-daun pelindung (bractea).
     Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri atas kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral.  Bunga jantan maupun bunga betina mempunyai ibu tangkai bunga yang merupakan struktur pendukung spikelet.  Umumnya, dari pangkal rachis muncul sepasang daun pelindung yang membungkus infloresen sampai dengan saat-saat menjelang terjadinya anthesis.  Dari rachis ini, terbentuk struktur triangular bract yang kemudian membentuk tangkai-tangkai bunga (spikelet).
Panjang infloresen betina yaitu 30 cm atau lebih jika diukur pada saat mekar.  Setiap infloresen dapat membentuk 85—285 spikelet, tetapi jumlah yang sering dijumpai antara 125—165 spikelet sehingga dari satu infloresen betina dapat dihasilkan 2.000—3.000 bract
Spikelet pada bagian bawah infloresen akan mekar lebih dahulu daripada spikelet bagian atas.  Begitujuga dalam satu spikelet, bunga betina akaan mekar dari bagian yang paling bawah.  Persentase bunga menjadi buah 40—60 persen dengan penyerbukan alami.
Inflorencen jantan memiliki tangkai (peduncle) yang lebih panjang daripada infloresen betina, dan terdiri dari spikelet yang berbentuk silinder seperti jari-jari tangan, tidak berduri dan mempunyai bract yang pendek. 
Panjang spikelet berkisar 10—20 cm dengan diameter 0,8—1,5 cm.  Infloresen jantan terbungkus oleh triangular bract yang terdiri dari 6 segmen perianth, 1 androecium yang berbentuk tabung dengan 6 kepala sari (anther) serta 1 gynoecium yang rudimenter.  Bunga jantan mempunyai panjang 3-4 mm dan lebar 1,5—2,0 mm.  Dalam satu spikelet dihasilkan 700—1200 bunga jantan, dalam 1 infloresen jantan dapat dihasilkan 100 ribu bunga jantan.
Mekarnya bunga jantan dimulai dari bagian dasar spikelet, dan bunga akan mekar setelah dua hari yang dimulai dari arah pangkal spikelet, tetapi pada musim hujan  memerlukan waktu 4 hari.  Tepung sari dihasilkan 2—3 hari setelah bunga mekar dan akan habis dalam 5 hari.  Dari 1 (tangkai) bunga jantan dapat menghasilkan 25—300 g tepung sari.  Bunga jantan dan betina.

E. Buah (Fructus)
             Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti dengan pembuahan, maka bakal buah berkembang menjadi buah dan bakal biji menjadi biji.  Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari exocarp (kulit buah), mesocarp (daging buah), dan endocarp (cangkang) yang membungkus kernel .  Inti memiliki testa (kulit), endosperm, dan embrio.
            Terdapat tiga tipe tanaman kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang yang diidentifikasi oleh Beirnaert dan Vanderweyen (1941) yaitu:
        (1)     Tipe pisifera yang mempunyai alel homosigot resesif (sh-sh-) sehingga
        tidak membentuk cangkang.
        (2)     Tipe dura, mempunyai alel homosigot dominant (sh+sh+) yang
        menghasilkan cangkang tebal (tebal cangkang 2—8 mm, mesocarp
        berisi 35—55%.
        (3)     Tipe tenera yang merupakan hybrid dari dura x pisifera yang mempunyai
        alel heterosigot (sh+sh-), tebal cangkang 0,5—4 mm dan dikelilingi oleh
        cincin-cincin serat pada mesocarpnya, dan mesocarp berisi 60—96%.
Buah kelapa sawit yang tidak normal (abnormal) disebut poissoni dan diwakkawakka yang mempunyai dua lapisan daging buah yang menyelimuti buah utama. 
       Berdasarkan warna buah, kelapa sawit dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu nigrescens, virescens, dan albescensn,
a)    Nigrescens, berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak.
b)    Virescens, pada waktu muda buah berwarna hijau dan berwarna jingga kemerahan pada waktu masak, tetapi ujungnya tetap kehijau- hijauan.
c)     Albescens, pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan dan berwarna kekuning-kuningan dengan ujung berwarna ungu kehitam-hitaman pada waktu masak.
B.     Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
              Syarat tumbuh  tanaman kelapa sawit meliputi kondisi iklim, bentuk wilayah dan kondisi tanah.
A.  Kondisi Iklim
             Tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik pada suhu udara 27oC dengan suhu maksimum 33oC dan suhu minimum 22oC sepanjang tahun.
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di saerah antara 12o Lintang Utara 12o Lintang Selatan.  Curah hujan optimum 2000-2500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun.  Jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan merupakan factor pembatas berat.  Adanya bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air. 
Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi 50—90% dengan kelembaban optimal 80%.  
Ketinggian tempat yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah: 0-- 400 m di atas permukaan laut.
B.  Bentuk Wilayah
             Bentuk wilayah yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit adalah datar sampai bergelombang yaitu wilayah dengan kemiringan lereng antara 0—8%.  Untuk wilayah dengan kemiringan 8—30% tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras.  Pada wilayah dengan kemiringan >30% tidak dianjurkan untuk tanaman kelapa sawit karena akan memerlukan biaya yang besar untuk pengelolaannya.
C.  Kondisi Tanah
             Secara umum tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah-tanah ultisols, entisols, inceptisols, andosols, dan histosols.  Beberapa karakteristik tanah yang digunakan dalam penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit meliputi batuan di permukaan tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, drainase tanah, dan tingkat salinitas (pH).
             Tekstur tanah lempung berdebu, lempung berliat, dan lempung liat berpasir merupakan yang paling ideal untuk tanaman kelapa sawit.  Tekstur tanah menggambarkan kandungan fraksi pasir, debu dan liat di dalam tanah.
             Tekstur tanah yang ideal adalah lempung liat berpasir yang mengandung fraksi pasir ± 45 % & fraksi liat 20 – 35 %.  Kandungan fraksi pasir yang relatif cukup tinggi berguna untuk respirasi perakaran tanaman kelapa sawit.  Kandungan liat yang relatif cukup tinggi berguna untuk memegang air dan hara (kapasitas tukar kation/KTK tanah).
             Kedalaman efektif >100 cm, pH optimal 5,0—6,0, namun tanaman kelapa sawit masih toleran terhadap pH<5,0 seperti pada tanah gambut yang pH nya 3,5—4,0. 
             Drainase yang baik dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan dan produtivitas kelapa sawit yang tinggi.  Drainase yang buruk ditandai dengan kondisi yang tergenang dan lambatnya air masuk ke lapisan tanah, akan menghambat respirasi dan penyerapan hara oleh perakaran kelapa sawit.  Drainase yang terlalu cepat sebagai akibat kandungan fraksi pasir tinggi, akan mengurangi kemampuan tanah untuk menahan air.
C.    Karakteristik  Tanaman kelapa Sawit

A.    Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah salah satu tanaman penghasil minyak terbesar di dunia dan secara luas dibudidayakan di daerah tropis seperti Malaysia, Nigeria, Ivory Coast, Columbia dan Thailand (Cha um et al, 2010).

 Gambar 1. Budidaya kelapa sawit yang ada di 43 negara di dunia pada tahun 2006.
Sumber: Koh & Wilcove 2008a)

Jumlah lahan potensial di beberapa wilayah Indonesia menurut “ Fakta Kelapa Sawit Indonesia” ada 22. 914.479 ha tersebar di pulau-pulau di luar Pulau Jawa. Areal kelapa sawit pada tahun 2012 mencapai 9,1 juta ha (Dirjenbun,2013).

 Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:
Divisi               : Tracheophyta
Subdivisi         : Pteropsida
Klas                 : Angiospermae
Subkelas          : Monocotyledoneae
Ordo                 : Spadiciflorae (Arecales)
Famili               : Palmae (Arecaceae)
Subamilia        : Cocoideae
Genus               : Elaeis
Species            : Elaeis guineensis Jacq.(Mangoensukarjo, 2003)
Genus Elaeis, yang termasuk family Arecaceae, yang hanya terdiri dari 2 species tropikal. Elaeis guineensis Jacq berasal dari Afrika ekonomi tinggi, karena tingginya kandungan minyak yang dihasilkan dari bagian mesokarp (minyak sawit) dan kernel sawit (Cochard et al., 2009). dan Elaeis oleifera berasal dari Amerika Latin. Hanya Elaeis guineensis yang memiliki daya tarik. Tanaman kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil. Bagian kelapa sawit yang penting terdiri dari akar, batang, daun, dan buah.
Budidaya Kelapa Sawit
A.    Botani dan Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
   Kelapa sawit yang tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 – 20 meter. Tanaman berumah satu (monoecious) karena bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon.Bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar (Setyamidjaja,.2006).Akar tanaman kelapa sawit mempunyai sistem perakaran serabut. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 m di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping dapat mencapai radius 16 m (Sastrosayono, 2003)
            Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah kelapa sawit yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk yang di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Buah  kelapa  sawit  terdiri  atas  beberapa  bagian,  yaitu  eksokarp,  perikarp, mesokarp, endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45  – 50 % minyak dan berwarna merah kuning karena mengandung karoten. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan (Sunarko, 2007).

1.    Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Habitat aslinya kelapa sawit adalah daerah semak belukar. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 1-500 mdpl dengan kelembaban 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.Tanaman kelapa sawit memerlukan penyinaran antara 5-7 jam/hari. Temperatur optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24°C – 28°C.
Kelapa sawit dapat tumbuh  pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Produksi kelapa sawit lebih tinggi jika di tanam di daerah bertanah Podzolik. Kemiringan lahan kebun kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15°. Jika kemiringan lahan sudah melebihi 15° maka diperlukan tindakan konservasi tanah berupa pembuatan terasan, tapak kuda, rorak dan parit kaki bukit.
2.    Kesesuaian lahan tanaman kelapa sawit
Lahan yang  sesuai  untuk  kelapa  sawit  dapat  berupa  hutan  primer dan  sekunder,  semak belukar,  bekas  perkebunan  komoditas lain  (karet,  kelapa,  kakao),  padang  alang-alang,  atau  bahkan bekas kebun  tanaman pangan  (jagung,  singkong, padi gogo), serta  kebun  kelapa  sawit  tua  (peremajaan).  Teknik pembukaan  lahan  dapat  dilakukan  secara manual, mekanis, kimia atau kombinasi, tergantung keadaan vegetasinya.
a. Ketinggian Tempat :
Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian tempat 1000 mdpl. Namun, untuk produktivitas optimalnya diketinggian 400m dpl.
b. Topografi :
Baik dikemiringan lereng 0°-12° atau 21%. Lahan yang kemiringannya 13°-25° masih bisa ditanami kelapa sawit, tetapi petumbuhannya kurang baik. Untuk lahan yang kemiringannya >25° sebaiknya tidak dipilih karena menyulitkan dalam pengangkutan buah saat panen dan beresiko terjadi erosi.
c. Drainase :
 Kelapa sawit memerlukan oksigen sehingga tidak menyukai daerah yang tergenang. Drainase yang jelek dapat menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi , sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).
d. Tanah :
 Kelapa sawit dapat tumbuh di tanah podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, dan alluvial. Tanah gambut juga dapat di tanami kelapa sawit asalkan ketebalan gambutnya tidak lebih dari satu meter dan sudah tua (saphrik).
Sifat tanah yang perlu di perhatikan untuk budi daya kelapa sawit adalah sebagai berikut :
A.    Sifat Fisik Tanah :
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik di tanah yang bertekstur lempung berpasir, tanah liat berat, tanah gambut memiliki ketebalan tanah lebih dari 75 cm, dan berstruktur kuat.
B.     Sifat Kimia Tanah :
 Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi dan pH tanah bereaksi dengan asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber pH optimum 5,0-5,5.
     3. Kesesuaian iklim
                Menurut Mangoensoekarjo (2007) Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU – 15° LS). Curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 1 250 – 2 500 mm/tahun. Kelapa  sawit  lebih toleran  dengan  curah  hujan  yang  tinggi  dibandingkan  dengan  jenis  tanaman lainnya. Jumlah bulan kering  lebih dari 3 bulan merupakan  faktor pembatas berat. Adanya bulan kering  yang panjang dan curah hujan  yang  rendah  akan  menyebabkan  terjadinya  defisit  air. Keadaan angin tidak terlalu berpengaruh karena kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang di bandingkan tanaman lainnya (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).
Rencana budidaya tanaman kelapa sawit
1.Pemilihan.Benih,.Varietas.dan.Bentuk.Benih
Secara garis besar ada 3 (tiga) jenis benih kelapa sawit yang dibudidayakan menurut ketebalan dagingnya yaitu Dura, Pisifera dan Tenera.Benih yang saya pilih adalah benih jenis Tenera. Tenera dihasilkan dari persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki tempurung yang tipis (3-20%), ukuran biji sedang (3-15%), persentase daging per buahnya mencapai 90%, kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Cara penyemaiannya, kecambah dimasukkan polibag 12×23 atau 15×23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun,4-5,helai.bibit,dipindahtanamkan. Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40×50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak.
2. Penyiapan lahan.

1.            Pembukaan Lahan
Dilakukan dengan cara membuat jalan rintisan untuk pengukuran, membuat petak- petak hektaran(blok),menebang pohon berdiameter lebih dari 3 inch menggunakan chainsaw. Batang pohon yang sudah di tebang, dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil dan di tumpuk agar lebih mudah kering. Untuk rencana peremajaan, semua dahan dan ranting dari pohon yang sudah di tebang di potong sepanjang 5 meter lalu di tumpuk menurut barisan yang teratur. Tanggul atau sisa pohon bekas penebangan liar yang letaknya bertepatan dengan lubang tanaman harus di bongkar
2.            Pengolahan Tanah
Pengolah tanah dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma menggunakan traktor dengan dua rotasi yang berurutan berupa pembajakan dan penggarukan, arahnya tegak lurus atau paling tidak sedikit menyilang. Sementara itu, interval antara rotasi minimum dilakukan dalam dua minggu.
3.            Pembuatan Jalan, Parit, dan Teras
Pembuatan Jalan dilakukan dengan cara mengorek, menimbun, mengeraskan bagian lapangan, membuat bentang, dan membuat parit di sebelah kiri-kanan jalan. Jalan utama dan jalan produksi dibuat dengan bulldozer dan atau grader. Jalan sepanjang 1 km dibuat dalam waktu 40-80 jam kerja dengan pemakaian bahan bakar 80 liter/jam kerja. Selanjutnya, jalan di padatkan dengan menggunakan alat pemadat (bomag). Pekerjaan ini umumnya dilakukan pada akhir musim hujan. Pembuatan parit dikerjakan dengan menggali tanah sesuai ukuran dasar. Tanah galiannya di buang ke tempat tertentu.Saluran air di daerah berbukit berupa saluran kebun dan saluran utama yang menyalurkan air ke saluran drainase alam (sungai). Saluran kebun di buat setiap 16 baris tanaman kelapa sawit dan di buat menurut kontur lahan. Saluran utama di buat dengan lebar bagian atas 150 cm, lebar bagian bawah 80 cm. saluran kebun di buat dengan lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian bawah 60 cm, dan kedalaman 60 cm. Teras individu di buat menggunakan mal berbentuk tapak kuda dengan muka teras menhadap kearah lereng bukit. Ukuran teras 3 m x 3 m, jarak antara ajir tanaman dan tepi muka teras selebar 1,25 m.
4. Penanaman
a.Penentuan.Pola,Tanaman
Pola tanam menggunakan sistem monokultur. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
b.Pembuatan.Lubang,Tanam
Pembuatan lubang dilakukan secara mekanis. Lubang  tanam  disiapkan  2  –  4 minggu  sebelum  tanam,  sebaiknya  paling  lambat  4 minggu. Ukuran  lobang  berkisar  antara  60  dan  90  cm  dengan kedalaman  60  cm,  tergantung  kondisi  tanah.  Jika  tanah gembur  dan  subur,  cukup  60  x  60  x  60  cm,  tetapi  kalau tanahnya lebih padat atau berliat dan kurang subur, sebaiknya ukuran lobang lebih besar.Jarak tanam yang direkondasikan adalah 9x9x9 m sistem persegi panjang. Penggalian  lubang dilakukan pada titik ajir sedemikian rupa sehingga ajir berada tepat  di  tengah  lubang  tanam.  Buat  tanda  batas  penggalian dengan  tongkat  berukuran  tadi  sebelum  ajir  dicabut  untuk penggalian  lubang.  Setelah  lubang  selesai,  ajir  harus dikembalikan pada posisi tepat di tengah lubang. Tanah galian dipilah  dua  yaitu  lapisan  atas  (top  soil)  dan  lapisan  bawah (sub  soil)  serta meletakkannya  terpisah pada  sisi  lubang yang berbeda    (kiri – kanan atau utara –  selatan) dalam  arah yang konsisten.
c.Cara,Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan yaitu bulan Oktober dan bulan November, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Lalu gunakan 1 botol SUPER NASA yang diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
Penanaman kacang-kacangan penutup tanah
Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan mempertahankan kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma. Penanaman tanaman kacangkacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. Jenis-jenis tanaman kacang-kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).
Tanaman kacang-kacangan berfungsi menghasilkan bahan organik disamping itu dapat mengikat unsur Nitrogen dari udara. Adapun manfaat tanaman tersebut bagi pengusahaan perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut :
  1. Menambah bahan organik sehingga memperbaiki struktur tanah
  2. Memperbaiki status hara tanah,terutama nitrogen.
  3. Memperbaiki sifat-sifat tanah akibat pembakaran (pembukaan lahan)
  4. Melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi, terutama pada tanah yang curam.
  5. Mengurangi biaya pengendalian gulma
  6. Mendorong pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi.
Sebagaimana tanaman utama yaitu kelapa sawit, tanaman pendukung ini mengingat besarnya manfaat bagi keberhasilan tanaman sawit maka perlu dilakukukan pemeliharaan yang memadai yang meliputi antara lain : pemilihan bibit yang unggul, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan pemeliharaan.
Estimasi produksi
a. Kriteria Matang Panen
Kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa  sawit akan menghasilkan  tandan buah segar  (TBS) yang dapat  dipanen  pada  saat  tanaman  berumur  3  atau  4  tahun. Produksi  TBS  yang dihasilkan akan  terus bertambah  seiring  bertambahnya umur dan akan mencapai produksi  yang  optimal dan maksimal  pada  saat  tanaman  berumur  9 –  14  tahun, dan  setelah  itu  produksi TBS  yang  dihasilkan  akan mulai menurun. Umumnya, tanaman kelapa  sawit akan optimal menghasilkan TBS hingga  berumur 25 – 26 tahun.
b. Cara Panen
Pemanenan dilakukan untuk umur <7 tahun  menggunakan alat dodos dengan lebar 10-12,5 cm dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu dan untuk kelapa sawit umur >7 tahun menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium atau batang bambu. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan. Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Selanjutnya tandan dan brondolan dikumpulkan di TPH.
c.  Panen Pertama
Pemanenan pertama dilakukan setelah 4 tahun dengan hasil produksi 0,5ton/ha perbulannya. ). Per kilo 1700 rb. 0,5 ton (500 kg) x 1700 = 850 rb.
Hasil akan naik seiring dengan umur tanaman, berikut perkiraannya :
Tahun ke 6 – 10 => 1,2 ton – 1,5 ton per HA tiap bulan
Tahun ke 11 – 15 => 1,6 ton – 2,5 ton per HA tiap bulan

 Jadi pada tahun ke 4 bisa mendapatkan hasil panen per HA per bulan sekitar 700 rb per bulan. Jika dihitung secara sederhana 700 rb x 36 bulan = 25 jt-an.Modal yang dikeluarkan sekitar 17 jt per HA sampai umur 4 th. Ada selisih 8 jt-an yang bisa dipakai untuk ongkos produksi selama 3 th tersebut (dari umur 4 th – 7 th).JADI ESTIMASI saya pada umur 7 th atau setelah sawit menghasilkan yaitu umur 4 th, dimana ini berarti ada masa 3 tahun yang dibutuhkan supaya BEP setelah panen.
Masa BEP yang sebenarnya sendiri saat umur 7 th. Setelah umur 7 tahun dimana hasil yang didapat untuk tiap HA juga naik sedang biaya produksi untuk pupuk, pemangkasan daun, penyemprotan relative sama dengan sebelum 4 th. Biaya yang naik adalah biaya ongkos panen dan ongkos transportasi (biaya untuk mengangkut hasil panen) sampai pabrik.Dalam keadaan yang optimal, produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak sawit.

Diagnosis Kebutuhan Pupuk
Diagnosis kebutuhan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan. Kemampuan tanah dalam menyediakan hara mempunyai perbedaan sangat berbeda tergantung pada jumlah hara yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia (secara kimia) untuk mencapai zona perakaran tanaman (Pahan , 2011)
Diagnosis secara visual

Diagnosis secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan:
a. Perbandingan warna hijau daun dengan warna hijau yang baku (hijau-gelap)
b. Adanya tanda dan gejala (symptom) defisiensi hara
c. Membandingkan pertumbuhan tanaman dengan plot tanaman yang tidak mendapat pemupukan (tehnik window). Warna daun yang hijau-gelap merupakan ciri keadaan hara tanaman yang baik. Cara paling mudah untuk melihat tanda dan gejala defisiensi adalah dengan membandingkan daun dengan foto tanaman yang mengalami defisiensi (Pahan, 2011).
Diagnosis Secara Kimia

Diagnosis secara kimia dilakukan dengan melakukan analisis tanah dan analisis jaringan. Diagnosis secara kimia lebih presisi dan ilmiah jika dibandingkan dengan diagnosis secara visual.
A.    Analisis tanah

Sebagian besar areal tanaman kelapa sawit di Indonesia dikembangkan di tanah mineral yang terdiri atas berbagai jenis tanah. Setiap jenis tanah mempunyai
tingkat kesuburan yang berbeda baik fisik maupun kimia, yang merupakan faktor penting dalam menentukan produktivitas kelapa sawit ( Sukarji et al., 2000).
Analisis tanah mempunyai peranan yang sangat penting untuk menentukan jenis dan dosis pupuk. Berdasarkan analisis tanah tersebut dapat diketahui sifat kimia yang menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Perbaikan kesuburan tanah atau status tanah ke tingkat cukup dan berimbang, serta bebas dari unsur yang bersifat racun seperti Al akan memberikan peluang tercapainya produksi kelapa sawit yang tinggi ( Sugiyono et al, 2005)
B.     Analisis jaringan (daun)

Kandungan hara ( di dalam jaringan) tanaman memberikan informasi tentang status hara tanaman. Dengan melihat status hara tersebut diperoleh gambaran jumlah pupuk yang harus ditambahkan di masa yang akan datang umumnya dalam periode 1 tahun.Umumnya, dibuat berdasarkan pada kandungan hara di dalam daun dan membandingkannya dengan konsentrasi hara yang kritis / nilai kritis atau dengan metode yang lebih canggih, misalnya dengan mempertimbangkan kandungan hara yang aktif (mobil) seperti pada unsur Ca dan Fe. Selain itu, dapat juga digunakan rasio hara kompleks dan hara sederhana.Pada nilai kritis kandungan hara, biasanya tingkat produksi yang diharapkan berkisar 80- 100 % dari potensi produksi yang sebenarnya. Analisis daun dapat memberikan informasi tentang ketidakseimbangan hara (Pahan, 2011).
Analisis daun sangat tepat dilaksanakan pada tanaman kelapa sawit karena tanaman kelapa sawit memproduksi daun dan tandan sepanjang tahun secara teratur sehingga memudahkan tim pengambil daun untuk pengumpulan daun pada umur fisiologis tertentu (IOPRI,1997).
Menurut penelitian sebelumnya, pemberian pupuk K cenderung menurunkan kadar Mg di dalam daun, namun secara statistik tidak berbeda nyata. Kadar hara Mg daun kelapa sawit pada tanah gambut tergolong tinggi berkisar 0,49-0,53% Mg, sedangkan kadar hara Mg daun pada tanah mineral hanya sekitar 0,25 % Mg (Sugiyono et al., 1999)
Sistem Pengambilan Contoh Daun
Berdasarkan pada suatu unit yang dikenal dengan Kesatuan Contoh Daun (KCD) atau Leaf Sampling Unit (LSU). Satu KCD harus mencerminkan keseragaman yang meliputi: umur tanaman, jenis tanah, tindakan kultur teknis dan topografi drainase.
Syarat –syarat pohon contoh:
1. Pohon tidak dekat jalan, sungai, bangunan, atau parit
2. Bukan pohon sisipan
3. Tidak berdekatan dengan hiaten (areal terbuka)
4. Pohon normal dan tidak terkena penyakit (Winarna et al.,2007)
A.  Tehnik Pengambilan Contoh Daun
1. Mengikuti sistem susunan daun kelapa sawit yaitu susunan pelepah kelapa sawit dengan spiral arah kanan ( right handed palm) dan susunan pelepah kelapa sawit dengan spiral arah kiri (left handed palm).
2. Penentuan contoh daun.
Pada tanaman menghasilkan (TM), contoh daun diambil dari pelepah ke -17. Daun ke-17 letaknya di bawah daun ke -9 agak ke sebelah kiri pada spiral arah kanan dan agak ke sebelah kanan pada spiral arah kiri (Winarna et al.,2007).
Letak daun ke-17 ada yang ternaungi daun lainnya mengakibatkan kompetisi akan cahaya matahari. Daun-daun ke-17 yang ternaungi secara fisiologis kadang-kadang lebih tua dari daun ke 17 yang mendapat cahaya matahari penuh. Hal ini disebabkan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat, daun ke-17 tanaman muda mungkin hanya berumur 5-6 bulan sedangkan daun ke-17 tanaman lebih tua dapat mencapai umur 8-10 bulan (IOPRI, 1997).
Gejala Defisiensi Magnesium
Magnesium berperan penting sekali bagi tanaman dalam proses fisiologi seperti fotosintesa, prosedur sintesa karbohidrat dan translokasi serta metabolisme; unsur penyusun inti butir-butir klorofil (chlorophyll) yang berperan di dalam proses asimilasi (fotosintesa); magnesium bergabung dengan Phosporus dalam bentuk phospholipids di dalam minyak dan aktif dalam proses fisiologi pada jaringan-jaringan muda yang termasuk dalam pembentukan chlorophyll (Vademencum, 2011)
Defisiensi adalah suatu keadaan dimana tanaman kekurangan nutrisi tertentu, yang dapat dilihat dari gejala fisik tanaman terutama pada bagian daun dan batang.Umumnya defisiensi Mg (Orange ford) dijumpai pada daun-daun pelepah tua karena Mg dapat bergerak dari daun tua ke daun muda. Gejala awal adalah timbulnya warna hijau kekuningan yang berubah warna pucat kekuningan di bagian ujung lembaran daun yang berumur lebih tua, terutama yang langsung terkena cahaya matahari. Pada kondisi yang semakin berat, warna daun berubah menjadi coklat kekunigan sampai kuning cerah dan akhirnya mengering. Bagian-bagian daun yang menunjukkan gejala klorosis pada tahap berikutnya mungkin akan diinvasi oleh jamur sekunder (misalnya Pestaliopsis gracilis) yang menimbulkan warna ungu pada pinggiran dan ujung lembaran daun (IOPRI.,1997).
Pada umumnya defesiensi magnesium (Orange Frond) terjadi karena:
1. Kadar Mg tertukarkan (exchangable) dalam tanah sangat rendah (<0,2 cmol/kg)
2. Tanaman kelapa sawit ditanam pada tanah bertekstur ringan yang lapisan tanah atasnya sudah tererosi.
3. Pemupukan Mg tidak mencukupi untuk mendukung produktivitas tanaman yang tinggi atau tanaman tumbuh pada tanah dengan kandungan Mg yang sangat rendah.
Darmosarkoro W (2000) juga melaporkan penyebab defisiensi magnesium antara lain adalah:
1. Pemupukan Mg terlalu sedikit atau K terlalu banyak
2. Pemupukan Mg tidak efektif
3. Penggunaan pupuk dengan mutu rendah.

Pencegahan yang dilakukan adalah dengan pengambilan contoh daun secara rutin dan penganalisaannya di laboratorium diperlukan untuk mengetahui rendahnya kadar Mg daun (<0,18%) dan ketidakseimbangan antara Mg dan K. Hal ini juga terjadi untuk tanaman kelapa sawit yang tumbuh pada tanah dengan kadar Ca tertukarkan tinggi (misal tanah-tanah vulkanis. Dolomit dapat digunakan untuk keperluan pupuk Mg secara rutin. Akan tetapi, jika defisiensi Mg dijumpai sangat nyata maka pemupukan dengan 2-3 kg kieserite/ph/th mungkin diperlukan. (IOPRI, 1997).
Gejala Defisiensi Nitrogen
Nitrogen berfungsi untuk pertumbuhan vegetatif sebagai bahan protein di dalam membentuk jaringan-jaringan tanaman, berperan sangat penting pada tanaman muda agar waktu menghasilkan mempunyai batang yang seGejala defisiensi nitrogen dapat terjadi jika:
1. Tanaman kelapa sawit menderita kompetisi yang berat dari gulma seperti alang-alang (Imperata cylindrica) dan mikania (Mikania micrantha).
2. Tanah dengan drainase jelek dan akar berada dalam kondisi anaerobik.
3. Barisan tanaman yang sering dibabat secara rutin.
4. Hara N yang tersedia dalam tanah sangat rendah.
5. Tanaman menderita gangguan sebagai akibat proses pemindahan.
6. Lapisan tanah dangkal, berbukit, dan tanaman tumbuh pada tanah yang berbatu-batu.
7. Pemupukan N yang tidak mencukupi.
8. Terjadinya hambatan mineralisasi N yang disebabkan rendahnya pH tanah yang menghambat aktivitas mikroba tanah. Proses pembentukan daun terhambat pada tanaman kelapa sawit yang mengalami gejala defisiensi N, dan ini memperlambat perkembangan indeks luas daun yang optimum. Pada tanaman menghasilkan, pemupukan N diperlukan untuk mempertahankan N daun sekitar 2,5- 2,8 % (IOPRI, 1997).
hat dan kuat. (Vademencum, 2011)
Dari hasil penelitian diketahui, dosis pupuk N,P,K dan Mg yang optimum untuk tanaman kelapa sawit umur 8-10 tahun pada macam tanah Typic Dystropopt adalah 3,0 kg urea/pohon/tahun dan 0,75 kg Kieserit/pohon/tahun (Sukarji et al., 2000).

Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit, Pencegahan dan Pengendaliannya

Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal” (Pracaya, 2003: 320). Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika tanaman tersebut dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologis dengan baik, sepertipembelahan dan perkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis dan lain-lain. Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman dapat menimbulkan penyakit..
Selain hama, penyakit juga menimbulkan masalah pada pertanaman kelapa sawit. Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh infeksi cendawan Ganoderma boninense merupakan penyakit penting yang menyerang kebun-kebun kelapa sawit. Cendawan G. boninense merupakan patogen tular tanah yang merupakan parasitik fakultatif dengan kisaran inang yang luas dan mempunyai kemampuan saprofitik yang tinggi.
1. PENYAKIT BUSUK PANGKAL (disebabkan Jamur GENODERMA)
Ganoderma boninense adalah kelompok cendawan busuk putih (white rot fungi), cendawan ini bersifat lignolitik (Susanto 2002; Paterson 2007). Oleh sebab itu, cendawan ini mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dalam mendegradasi lignin dibandingkan kelompok lain. Komponen penyusun dinding sel tanaman adalah lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Cendawan G. boninense memperoleh energi utama dari selulosa, setelah lignin berhasil didegradasi, selain itu karbohidrat seperti zat pati dan pektin, diperoleh meskipun dalam jumlah kecil (Paterson 2007).
2. PENYAKIT BERCAK DAUN
Penyakit-penyakit yang termasuk ke dalam kelompok bercak daun adalah yang disebabkan oleh jamur-jamur patogenik dari genera Curvularia, Cochiobolus, Drechslera dan Pestalotiopsis (Turner, 1981). Bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia lebih dikenal sebagai hawar daun curvularia. Penyakit ini terdapat di berbagai perkebunan kelapa sawit di Indonesia, tetapi tingkat serangannya beragam tergantung pada kondisi lingkungan setempat dan tindakan agronomik yang dijalankan (Purba, 1996 ; 1997 dan 2001). 
3. PENYAKIT BUSUK DAUN (Antraknosa)
Penyakit antraknosa merupakan sekumpulan nama infeksi pada daun bibit-bibit muda, yang disebabkan oleh 3 genera jamur patogenik, yaitu Botryodiplodia spp., Melanconium elaeidis dan Glomerella cingulata. Spora dihasilkan di dalam piknidia atau aservuli, menyebar dengan bantuan angin atau percikan air siraman atau hujan (Turner, 1971 dan 1981 ; Barnet dan Hunter, 1972 ; Domsch, Gams dan Anderson, 1980). Penyakit ini telah dilaporkan terdapat di berbagai perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Turner, 1981 ; Purba dan Sipayung, 1986 ; Purba, 1996d, 1996f, 1997d dan 1999a). 
4. PENYAKIT TAJUK (CROWN DESEASE)
Penyakit tajuk (penyakit mahkota, crown desease) sering dijumpai di kebun yang belum menghasilkan, dan merupakan penyakit yang paling mencolok disini. Pada umumnya penyakit hanya terdapat di kebun yang berumur 1-3 tahun setelah penanaman di lapangan. Sesudah itu penyakit sembuh dengan sendirinya, dan bekas tanaman sakit berkembang seperti tanaman biasa. Meskipun demikian tanaman agak terlambat pertumbuhannya jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak mengalami gangguan.Penyakit tajuk terutama terdapat di Indonesia dan Malaysia, yang bahan tanamannya adalah keturunan Deli. Di Sumatera Utara terdapat kebun-kebun muda yang lebih kurang 10 % dari tanamannya bergejala penyakit tajuk.
5. PENYAKIT BUSUK TANDAN
Penyakit busuk tandan disebabkan oleh Marasmius palmivorus. yang mula mula jamur ini membentuk benang benang berwarna putih yang banyak menutupi kulit buah, dan kemudian membentuk payung. Penyakit ini dapat dilakukan pencegahan dengan cara penyerbukan buatan, kantrasi dan sanitasi kebun. Penyakit ini dapat menurunkan hasil produksi dan kualitas buah apabila dibiarkan begitu saja dan tidak dilakukan pencegahan dan pengendalian sesuai prosedur yang ada.
Fisiologi Tanaman Kelapa Sawit

A.     Klorofil
Fotosintesis adalah proses penting fotokimia dimana terjadi konversi dari energi cahaya menjadi energi kimia dan disimpan dalam bentuk gula pada tanaman. Laju fotosintesis ditentukan oleh jumlah photon diantara 400 nm dan 700 nm yang diserap tanaman. Proses fotosintesis berlangsung di kloroplas dimana terdapat 4 pigmen utama yaitu klorofil a, klorofil b, xantofil dan karoten. Klorofil adalah pigmen yang dominan pada tanaman yang menyerap cahaya biru dan merah. Pada tumbuh-tumbuhan, warna yang paling tampak adalah warna hijau. Hal ini karena disebabkan zat hijau daun yang disebut klorofil (Beitas, 2007). Kloroplas tersusun dari stroma yang diliputi selaput membran, di dalamnya tersebar granula kecil yang mengandung pigmen klorofil berwarna hijau dan pigmen-pigmen lainnya, antara lain carotenoid.
Gambar 5. Klorofil
Klorofil (dari bahasa Inggriss, chlorophyll) atau zat hijau daun (terjemahan langsung dari bahasa Belanda bladgroen) adalah pigmen yang dimiliki oleh berbagai organisme dan menjadi salah satu molekull berperan utama dalam fotosintesis...Klorofil memberi warna hijau pada daun tumbuhan. Klorofil memiliki beberapa bentuk. Klorofil-a terdapat pada semua klorofil autotrof. Klorofil-b dimiliki alga hijau dan tumbuhan darat .Meskipun bervariasi, semua klorofil memiliki struktur kimia yang bermiripan, yaitu terdiri dari porfirin tertutup (siklik), suatu tetrapirol, dengan ion magnesium di pusatnya dan "ekor” terpena. Kedua gugus ini adalah kromofor ("pembawa warna") dan berkemampuan mengeksitasi elektron apabila terkena cahaya pada panjang gelombang tertentu (Rifai,1996)

Gambar 6. Struktur kimia klorofil
Sifat- sifat klorofil meliputi:
a. Sifat Kimia
Klorofil a dan b tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam berbagai pelarut organik. Klorofil a mudah larut dalam ethyl alkohol, ethyl ether, aceton, chloroform dan carbon bisulfida. Sedangkan klorofil b dapat larut dalam pelarut yang sama meskipun tidak semudah klorofil a. Klorofil a dan b mempunyai komposisi yang hampir sama. Perbedaan keduanya terletak pada gugus CH3 (klorofil a)
b. Sifat Fisika
Semua klorofil memiliki sifat dapat berfluorescence, yakni apabila mendapat penyinaran dengan spektrum cahaya tertentu (excitation spectrum), maka cahaya yang diteruskannya (emission spectrum) adalah cahaya pada spektrum yang berlainan. Sebagai contoh, klorofil a yang dilarutkan dalam aseton 80% mempunyai maximum excitation antara panjang gelombang 430-450 nm (biru-ungu) dan akan memberikan maximum emission antara panjang gelombang 650-675 nm ( merah tua). Apabila klorofil dalam pelarut aseton disinari dengan berbagai spektrum cahaya tampak (visible light) dalam suatu spektrofotometer maka panjang gelombang cahaya tertentu dapat lebih diserap daripada yang lainnya. Sifat-sifat spektrum tersebut dapat digunakan untuk memberikan ciri-ciri perbedaan klorofil a dan b.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil adalah:
1.      Faktor Genetik
Hal ini pada tumbuhan terrestrial telah dibuktikan antara lain pada tanaman jagung yang homozygous recessive untuk faktor genetik tertentu. Pada tumbuhan lain gejala serupa telah dapat dibuktikan pula.
2.      Cahaya
Cahaya dibutuhkan untuk pembentukan klorofil pada tumbuhan tingkat tinggi.
3.      Nitrogen
Nitrogen merupakan bagian dari molekul klorofil, maka tidak mengherankan bila defisiensi unsur ini akan menghambat pembentukan klorofil. Nitrogen merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh orgamisme.
4.      Air
Berkurangnya kadar air dalam tumbuhan tingkat tinggi tidak saja menghambat pembentukan klorofil, tetapi juga dapat mempercepat perombakan (dekomposisi) klorofil yang telah ada, misalnya daun-daun menjadi kuning (Riyono, 2007).
Definisi spektrofotometrik dari pigmen fotosintesis yang menyebabkan energi cahaya diubah menjadi energi kimia pada semua organisme fotosintetik pertama kali ditemukan oleh Stokes 1864. Selanjutnya, contoh diperoleh dari Fucus L. Dan Laminaria L., diklasifikasi menjadi klorofil biru (klorofil a), klorofil hijau (klorofil b), klorofucin (klorofil c1, klorofil c2) dan kuning –orange (xantophyll) berdasarkan warna pigmen. Absorbansi cahaya dapat memberikan analisa bagi kuantitas dan kualitas pigmen. Penggunaan pelarut pigmen tergantung pada species tanaman. Pada kenyataanya, aseton, kloroform, dietil ether, dimethyl formamid dan metanol digunakan pada tanaman tingkat tinggi (Dere,et al,1998).
B.     Stomata
Stoma (stomata) berasal dari bahasa Greek yang artinya mulut. Stomata umumnya terdapat pada bagian tumbuhan yang berwarna hijau terutama pada daun. Stomata adalah pori-pori yang terbentuk oleh sepasang sel-sel yang telah terspesialisasi, sel-sel penjaga yang ditemukan di permukaan bagian aerial pada kebanyakan tanaman tingkat tinggi dimana fungsinya dapat membuka dan menutup untuk mengendalikan pertukaran gas diantara tanaman dan lingkungannya. Masuknya CO2 ke dalam daun untuk fotosintesis dan pengeluaran uap air dimana digunakan untuk pengeluaran dan pendinginan daun.
          
Gambar 8. Stomata Abaxial Daun Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) a. porus (stoma) b.sel penjaga c.vakuola d.sel epidermis

Stomata berperan penting sebagai alat adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan menyebabkan stomata akan menutup sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang berperan dalam membuka dan menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA). Tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan sangat efektif sehingga tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan (Lestari, 2006).
Pada kebanyakan daun herbaceous , stomata tanaman ditemukan pada permukaan atas (adaxial) dan bawah (abaxial) tetapi baiasanya sedikit pada bagian atas. Daun dengan stomata hanya di permukaan bawah saja disebut hypostomatous. Tanaman air seperti water lilies hanya mempunyai stomata di permukaan atas yang disebut epistomatous (Wilmer C, 1983)
Cahaya dan air dianggap sebagai faktor-faktor yang paling penting bagi berlangsungnya gerakan-gerakan sel penutup. Sel penutup menyerap air sehingga menjadi jenuh, dinding sel penutup bagian luar akan lebih menggembung dibandingkan dengan dinding sel penutup bagian dalam yang menyebabkan bentuk sel penutup menyebabkan volume sel penutup berubah dan tegangan turgor sel penutup menurun sehingga stomata menjadi tertutup (Sutrian, 2004).
Stomata membuka pada siang hari dan menutup pada malam hari bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Cahaya merangsang sel penutup untuk mengakumulasi kalium. Respon ini dipengaruhi oleh reseptor cahaya biru yang terdapat pada sel penutup. Cahaya juga merangsang pembukaan stomata dengan cara mendorong fotosintesis di dalam sel penutup untuk menyediakan ATP agar terjadi transport aktif ion hidrogen. Kehilangan CO2 di dalam ruang udara daun yang terjadi ketika fotosintesis di mesofil juga menyebabkan stomata untuk membuka (Campbell et al, 2003).
Pada daun kelapa sawit, stomata banyak ditemukan pada bagian abaxial. Jumlah stomata yang lebih banyak pada permukaan bawah merupakan suatu mekanisme adaptasi pohon terhadap lingkungan darat (Campbell et al, 2003), sehingga mengurangi transpirasi (Larcher,1995; Taiz dan Zeiger,2002).
Sesuai kriteria, bahwa stomata daun dikatakan rendah jika < 300/mm2, tinggi jika > 500/mm2. Stomata daun dikatakan sangat panjang jika > 25μm, panjang jika 20-25 μm dan kurang panjang jika < 20 μm (Agustini (1999) dan Kurnia (2006) dalam Hidayat (2009).
Menentuan Jarak Tanam dan Pemancangan (Pengajiran) Kelapa Sawit
1.      Menentukan jarak tanam
Intensitas cahaya matahari yang optimum yang diperlukan oleh tanaman bervariasi menurut jenis tanamannya. Intensitas,kualitas dan lamanya penyinaran merupakan salah satu yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan morfologi. Tanaman yang terlindung pertumbuhannya akan meninggi (otiolasi),habitusnya rendah dan lemah. Jumlah daun sedikit dan bunga betina berkurang. Populasi per hektar yang terlalu padat lama kelamaan produksinya akan menurun, karena selain kompetisi dalam pengambilan unsur hara juga terjadi tumpang tindih pelepah sehingga intensitas dan kualitas sinar matahari yang diterima kurang optimum dan ini mengurangi luasan asimilasi (fotosintesis). Dengan demikian maka pengaturan jarak tanamamatlah penting. Untuk kelapa sawit jenis Tenera D x P populasi per hektar = 143 pokok, semula merupakan jarak tanam yang optimum, namun ternyata dari hasil percobaan para ahli dari Marihat pada umur 8 tahun pelepah sudah mulai over laping dan pengaruh terhadap perkembangan produksi. Untuk mencegah dan mengatasi timbulnya pengaruh intensitas dan kuantitas sinar matahari maka diperlukan jarak tanam dan arah barisan tanam. Jarak tanam pada kelapa sawit pada umumnya dibuat segitiga sama sisi (triangular). Sedangkan arah barisan tanaman mengarah dari Utara ke Selatan sehingga pendistribusian sinar matahari dari arah timur cukup banyak untuk setiap tanaman.
2.      RUMUS MENCARI POPULASI/HA
 Untuk mencari populasi/ha digunakan rumus sebagai berikut :
Populasi/ha = 10.000 m2 : (a x 1/2 a√3) Keterangan : a = jarak tanam
3.      PEMANCANGAN (PENGAJIRAN)
Untuk mendapatkan letak dan barisan tanaman yang teratur terlebih dahulu diadakan pemancangan areal. Pemancangan pada areal yang rata jarak antara barisan dan dalam barisan sesuai dengan jarak yang sebenarnya. sedangkan untuk areal yang berbukit dan berkontur arah barisan mengikuti arah kontur yang ada dan jarak antara barisan adalah proyeksi jarak antar barisan.
Peralatan Pancang Sebelum dimulai pemancangan terlebih dahulu harus mempersiapkan alat-alat pancang yaitu :
·         Kompas atau theodolite untuk menentukan arah
·         Ajir/bambu/kayu panjang 2 meter, 4 pancang/Ha
·         Anak pancang ukuran 1- 1,5 meter dan diikat plastik putih
·         Tali panjang 100 m yang telah diberi tanda jarak tanam dan jarak antar barisan
Cara memancang
 Areal Rata - Buat patok hektaran 100 m x 100 m (1 Ha) Buat patok induk tanaman dengan arah Utara-Selatan dan Timur-Barat dengan menggunakan tali yang telah diberi tanda - Jarak Timur-Barat tergantung jarak tanam yang diinstruksikan (misal 7,97 m) untuk jarak tanam segitiga sama sisi 9,2 x 9,2 x 9,2 m - Jarak Utara-Selatan misalnya 9,2 meter - Bila luas per blok 25 ha dengan panjang blok 500 m/7,97 m = ± 62 pokok,sisanya 7 meter untuk jarak dari pinggir blok masing2 7/2 = 3,5 m - Arah Utara-Selatan = 250 m/9,2 meter = 27 pokok, sisanya 1 meter. Sumbu dari pinggir blok (jalan/parit) 1/2 = 0.5 meter. Artinya pancang pertama dari batas blok (jalan/parit) dari arah U-S berjarak 0.5 meter dan dari batas blok T-B 3.5 meter - Karena jarak pancang cukup panjang maka dipakai pancang pembantu dulu setengah dari jarak tanam tersebut (pancang mati) dan pemancangan dibuat skala kecil terlebih dahulu (1 Ha) sesuai menurut arah mata lima, kemudian diteruskan ke seluruh areal
Areal Berbukit dengan sistem kontur Jarak antar kontur merupakan proyeksi dari jarak antar barisan ada bukit tersebut. Sedangkan jarak dalam barisan sedapat mungkin tetap sama dengan jarak dalam barisan sebenarnya. Jika tidak memungkinkan karena perbedaan kemiringan maka jarak dalam barisan adalah jarak proyeksi. Tenaga Pemancang Pemancangan sebaiknya dilakukan oleh team khusus yang telah berpengalaman ataupun minimal harus dilatih terlebih dahulu. Satu team pemancang minimal terdiri dari 5 orang. ~ 1 orang tukang teropong ~ 1 orang tukang pancang ~ 2 orang tukang tarik tali ~ 1 orang bawa pancang Kapasitas memancang per/ha pada umumnya ± 1,5 hk/ha

BAB III
Kumpulan Hasil Penelitian


Anonim. 1990. Laporan Tahunan Komoditi Sawit. Kantor Pemasaran Bersama Perkebunan PN/PTP Perkebunan I-XXXI. Jakarta.
Anonim. 1997. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran.
.
Marsono dan Paulus Sigit. 2008. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta
Mulyani, M. S dan A. G. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Poeloengan, Z, dan Sjahrum Lubis. 1992. Prospek Kelapa Sawit untuk Agroindustri. Makalah untuk Agribusiness Week. P2PA. Jakarta.
Sastrosayono, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Setyamidjaya dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarko. 2010. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistim Kemitraan. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Abdullah TS. 1998. Pedoman Teknis Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pangudijatno G. 1981. Penilaian Teknis Kemampuan Lahan Untuk Budidaya Karet dan Kelapa Sawit. Proc. Konperensi Budidaya Karet dan Kelapa Sawit. Medan.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Pertanian nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 tentang Pedoman Pemanfaatan lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta




Daftar Pusaka



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar