PENGARUH JARAK TANAMAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KELAPA SAWIT
DISUSUN
O
L
E
H
ISMAIL ARIFAL
NURHUDA
(422012001)
DOSEN
PENGASUH : Ir. Yopie Moelyohadi.M.Si
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG JURUSAN AGROTEKNOLOGI (A)
2014-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kelapa sawit
(Elaeis guinensis jack) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan
yang menduduki posisi terpenting di sektor pertanian, hal ini dikarenakan
kelapa sawit mampu menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya jika
dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atau lemak lainya . Selain itu
kelapa sawit juga memiliki banyak manfaat yaitu sebagai bahan bakar alternatif
Biodisel, bahan pupuk kompos, bahan dasar industri lainnya seperti industri
kosmetik, industri makanan, dan sebagai obat. Prospek pasar bagi olahan kelapa
sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar
negeri. Oleh sebab itu, sebagai negara tropis yang masih memiliki lahan yang
cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa
sawit.
Di
Indonesia, tanaman kelapa sawit banyak dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan
besar, baik pemerintah maupun swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam
kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok
tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil
minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentunya banyak orang-orang yang
mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman sampai ke teknik pengelolahan
hasil panen harus berlaku profesional.
Kelapa
sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak
industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil
minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia.Diperkirakan pada tahun 2009,
Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Untuk
meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal
pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usaha tani kelapa sawit di Indonesia
terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan
perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan
model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara (inti –
plasma).
Khusus
untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan umum yang dihadapi antara lain
rendahnya produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas kebun sawit rakyat
rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi
bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha. Produktivitas
CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO per
ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha, sementara di perkebunan negara
rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton PKO per hektar, dan
perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar dan 0,57 ton
PKO per hektar. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan sawit
rakyat tersebut adalah karena teknologi produksi yang diterapkan masih relatif
sederhana, mulai dari pembibitan sampai dengan panennya. Dengan penerapan
teknologi budidaya yang tepat, akan berpotensi untuk peningkatan produksi
kelapa sawit.
A.
TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
·
Sebagai bahan kajian siswa mengenai panen dan
penanganan pasca panen pada tanaman kelapa sawit.
·
Sebagai cara untuk mempelajari berbagai cara budidaya
tanaman kelapa sawit
·
Sebagai syarat untuk melaksanakan tugas individu dari dosenpembimbing
B.
RUMUSAN MASALAH
·
Apa itu Kelapa Sawit ?
·
Apa itu Botani
dan Morfologi kelapa sawit ?
·
Bagaimana karakteristik dari Kelapa Sawit ?
·
Bagaimana Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit ?
·
Bagaimana cara budidaya tanaman kelapa sawit Kelapa
Sawit ?
·
Bagaimana Pengaruh jarak tanam terhadap produksi
tanaman kelapa sawit ?
BAB II
A.
Sistematik
Botani Dan Morfologi Tanaman kelapa Sawit
Klafikasi Tanaman
Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk dalam:
Divisi :
Embryophyta Siphonagama
Kelas :
Angiospermae
Ordo :
Monocotyledonae
Famili :
Arecaceae (dahulu disebut Palmae),
Subfamili :
Cocoideae
Genus :
Elaeis
Elaeis berasal dari kata elaion yang berarti minyak sedangkan nama spesies guineensis
menunjukkan bahwa Jacquin menemukannya di Pantai Guinea. Spesies
yang merupakan turunan dari Elaeis adalah E. melanococoa yang sekarang namanya berubah menjadi E. Oleifera, dan E.
odora. Elaeis guineensis Jacq. merupakan tanaman kelapa dengan internodus
yang pendek. Terdapat duri-duri (pine) yang pendek pada pangkal daun/pelepah
serta pada tandan buah. Letak pelepah daun yang tidak teratur menunjukkan
tanaman kelapa sawit mempunyai karakteristik tersendiri. Pada tanaman kelapa
sawit normal (berumah satu) ter-dapat bunga jantan dan bunga betina tetapi
kadang-kadang hermaprodit sehingga melakukan penyerbukan sendiri. Buah kelapa sawit berbentuk berondolan yang berada pada tandan yang besar
dan kompak.
Janssens mengelompokkan buah kelapa
sawit menjadi dua yaitu dura dan tenera, hal ini didasarkan pada ketebalan dari
cangkang/tempurung. Selain itu juga ditemukan tipe buah yang berbeda dalam
penampakan luarnya, umumnya dikenal dengan nama buah tipe nigrecens dan buah yang berwarna hijau disebut tipe virescens yang kemudian oleh Janssens
dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu dura, tenera, dan pisifera. Buah yang berwarna putih disebut tipe albescens
juga ditemukan tetapi hanya ada dura albescens
saja. Embrio dari kelapa sawit biasanya kecil dengan kotiledon yang tidak
pernah tegak sebagai organ fotosintesis. Ujung kotiledon membesar dan
menyerap makanan yang disediakan di endosperm (Tomlinson, 1961).
A. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
A. Daun (Folium)
Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
(1) Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dani tulang
anak daun (midrib).
(2) Rachis yang
merupakan tempat anak daun melekat
(3)
Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.
(4)
Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan
memberi kekuatan pada batang.
Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap dan
merupakan sisa dari perkembangan yang ada.
Pada daun
yang sedang berkembang, seludang berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara
sempurna. Namun, karena daun berkembang
terus-menerus, sedangkan seludang sudah tidak berkembang lagi, serabut-serabut
seludang menjadi robek dan tercerai membentuk baris duri (spine) sepanjang tepi petiole
yang merupakan pangkal dari tepi serabut tersebut.Pada anak daun yang gagal,
terbentuk helai daun (lamina), tulang
anak daun yang pendek membentuk duri tipe kedua. Duri ini dapat
dibedakan secara jelas dengan duri pada seludang daun di petiole. Bentuk anak daun
panjang dan sempit (pinnate) dengan
sebuah tulang daun dan sejumlah pembuluh yang sejajar dengan tulang daun
tersebut. Stomata terletak pada
permukaan bawah anak daun. Perkembangan
dan menuanya daun kelapa sawit secara individual terjadi dalam arah basipetal
(dari atas ke bawah). Pada daun nomor nol, rachis sudah memanjang
secara lengkap, sedangkan pada daun nomor satu anak daun sudah membuka semua
. Produksi daun
dipengaruhi oleh musim dan tingkat kesuburan tanah. Rata-rata produksi daun per tahun berkisar
20-24 daun. Pola susunan
daun-daun pada batang disebut filotaksis seperti pada Gambar 4. Pelepah daun tersusun pada batang membentuk
spiral dengan satu lingkaran terdapat 8 pelepah daun.
Primordia daun
dihasilkan dalam pola spiral mulai dari titik tumbuh (apex). Spiral ini dikenal sebagai spiral
genetic. Setiap primordium daun
terpisah dari primordium sebelumnya pada spiral genetic berdasarkan suatu
sudut, yaitu sudut divergen yang besarnya 137,5o (disebut juga sudut
Fibonacci). Spiral
genetic tersebut biasanya selalu konsisten ke kanan atau ke kiri primordium
sebelumnya.Umumnya, spiral genetic tanaman kelapa sawit “memutar ke kanan” (right-handed) dan hanya sejumlah kecil
yang “memutar ke kiri” (left-handed). Susunan spiral mengikuti deret Fibonacci, yaitu
1:1:2:3:5:8:13:21, dan seterusnya. Setiap angka pada susunan spiral ini
merupakan penjumlahan dari dua angka sebelumnya. Adapun penampang melintang
daun tanaman kelapa sawit disajikan pada Gambar 5.
B. Batang (Caulis)
Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang terikat secara
diskrit dalam jaringan parenkim.
Maristem pucuk terletak dekat ujung batang. Aktivitas maristem pucuk hanya memberikan
sedikit kontribusi terhadap jaringan batang karena fungsi utamanya menghasilkan
daun dan infloresen bunga. Pada batang
tidak terjadi penebalan sekunder.
Penebalan dan pembesaran batang terjadi karena aktivitas penebalan
maristem primer yang terletak di bawah maristem pucuk dan ketiak daun. Pada tahun pertama atau kedua pertumbuhan
kelapa sawit, pertumbuhan membesar terlihat sekali pada bagian pangkal,
diameter batang bisa mencapai 60 cm.
Setelah itu, batang akan mengecil, tetapi pertumbuhan tingginya menjadi
lebih cepat. Umumnya pertambahan tinggi batang mencapai 35-75 cm per tahun, tergantung
pada keadaan lingkungan tumbuh dan keragaman genetik.
Batang
diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira-kira umur 11-15 tahun. Setelah itu, bekas pelepah daun
mulai terlepas dari batang, biasanya mulai dari bagian tengah batang kemudian
meluas ke atas dan ke bawah.
Batang mempunyai tiga fungsi utama,
yaitu 1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, 2) sebagai system
pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil
fotosintesis (fitosintat) dari daun ke bawah, 3) sebagai organ penimbun zat
makanan.
Fungsi batang sebagai organ penimbun
zat makanan belum diketahui dengan jelas, tetapi umumnya batang mengandung
sejumlah besar karbohidrat dan mineral, seperti kalium dan nitrogen.
C. Akar (Radix)
Akar terutama sekali berfungsi untuk
(1) menunjang struktur batang di atas permukaan tanah, (2) menyerap air dan
unsure-unsur hara dalam tanah.
Secara umum , system perakaran kelapa sawit lebih
banyak berada dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar
juga bisa menjelajah lebih dalam.
Sistem perakaran kelapa sawit
merupakan system akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan
kuarter. Akar primer umumnya berdiameter
6—10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal dan
menghujam ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder
yang diameternya 2—4 mm. Akar sekunder
bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7—1,2 mm dan umumnya
bercabang lagi membentuk akar-akar kuarter.
Pertumbuhan dan
percabangan akar dapat terangsang bila konsentrasi hara dalam tanah (terutama N
dan P) cukup besar. Kerapatan akar yang
tinggi terjadi pada daerah gawangan, dimana daun-daun (hasil tunasan) ditumpuk
dan mengalami dekomposisi
D. Bunga (Flos)
Tanaman kelapa sawit merupakan
tanaman monoecious (berumah
satu). Artinya, bunga jantan dan bunga
betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Tetapi sering juga dijumpai bunga jantan dan
betina terdapat pada satu tandan (hermafrodit). Bunga terdapat pada ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaries), berupa satu rangkaian pada tandan dan merupakan
bunga majemuk (infloresen).
Bagian-bagian bunga yang bersifat sebagai batang atau
cabang yaitu:
a) Ibu tangkai
bunga (peduncullus atau rachis), yaitu bagian yang biasanya
merupakan terusan batang yang mendukung bunga majemuk
b) Tangkai
bunga (pedicellus), merupakan cabang
dari ibu tangkai bunga yang mendukung bunga
c) Dasar bunga
(receptacullum) yaitu ujung dari
tangkai bunga yang mendukung bagian-bagian bunga lainnya. Sedangkan
bagian-bagian bunga yang bersifat daun, yaitu daun-daun pelindung (bractea).
Bunga
kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri atas kumpulan spikelet dan
tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Bunga jantan maupun bunga betina mempunyai
ibu tangkai bunga yang merupakan struktur pendukung spikelet. Umumnya, dari pangkal rachis muncul sepasang
daun pelindung yang membungkus infloresen sampai dengan saat-saat menjelang
terjadinya anthesis. Dari rachis ini,
terbentuk struktur triangular bract yang kemudian membentuk tangkai-tangkai
bunga (spikelet).
Panjang infloresen betina yaitu 30
cm atau lebih jika diukur pada saat mekar.
Setiap infloresen dapat membentuk 85—285 spikelet, tetapi jumlah yang
sering dijumpai antara 125—165 spikelet sehingga dari satu infloresen betina
dapat dihasilkan 2.000—3.000 bract
Spikelet pada bagian bawah
infloresen akan mekar lebih dahulu daripada spikelet bagian atas. Begitujuga dalam satu spikelet, bunga betina
akaan mekar dari bagian yang paling bawah.
Persentase bunga menjadi buah 40—60 persen dengan penyerbukan alami.
Inflorencen
jantan memiliki tangkai (peduncle)
yang lebih panjang daripada infloresen betina, dan terdiri dari spikelet yang
berbentuk silinder seperti jari-jari tangan, tidak berduri dan mempunyai bract
yang pendek.
Panjang
spikelet berkisar 10—20 cm dengan diameter 0,8—1,5 cm. Infloresen jantan terbungkus oleh triangular
bract yang terdiri dari 6 segmen perianth, 1 androecium yang berbentuk tabung
dengan 6 kepala sari (anther) serta 1 gynoecium yang rudimenter. Bunga jantan mempunyai panjang 3-4 mm dan
lebar 1,5—2,0 mm. Dalam satu spikelet
dihasilkan 700—1200 bunga jantan, dalam 1 infloresen jantan dapat dihasilkan
100 ribu bunga jantan.
Mekarnya bunga jantan dimulai dari
bagian dasar spikelet, dan bunga akan mekar setelah dua hari yang dimulai dari
arah pangkal spikelet, tetapi pada musim hujan
memerlukan waktu 4 hari. Tepung
sari dihasilkan 2—3 hari setelah bunga mekar dan akan habis dalam 5 hari. Dari 1 (tangkai)
bunga jantan dapat menghasilkan 25—300 g tepung
sari. Bunga jantan dan betina.
E. Buah (Fructus)
Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti dengan
pembuahan, maka bakal buah berkembang menjadi buah dan bakal biji menjadi
biji. Buah kelapa sawit digolongkan
sebagai buah drupe, terdiri dari exocarp (kulit buah), mesocarp (daging buah),
dan endocarp (cangkang) yang membungkus kernel . Inti memiliki testa (kulit), endosperm, dan
embrio.
Terdapat tiga tipe tanaman kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang yang
diidentifikasi oleh Beirnaert dan Vanderweyen (1941) yaitu:
(1) Tipe
pisifera yang mempunyai alel homosigot resesif (sh-sh-) sehingga
tidak membentuk cangkang.
(2) Tipe dura,
mempunyai alel homosigot dominant (sh+sh+) yang
menghasilkan cangkang tebal (tebal cangkang
2—8 mm, mesocarp
berisi 35—55%.
(3) Tipe tenera
yang merupakan hybrid dari dura x pisifera yang mempunyai
alel heterosigot (sh+sh-), tebal
cangkang 0,5—4 mm dan dikelilingi oleh
cincin-cincin serat pada mesocarpnya,
dan mesocarp berisi 60—96%.
Buah kelapa
sawit yang tidak normal (abnormal) disebut poissoni dan diwakkawakka yang
mempunyai dua lapisan daging buah yang menyelimuti buah utama.
Berdasarkan warna buah, kelapa sawit
dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu nigrescens, virescens, dan albescensn,
a) Nigrescens,
berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga
kehitam-hitaman pada waktu masak.
b) Virescens,
pada waktu muda buah berwarna hijau dan berwarna jingga kemerahan pada waktu
masak, tetapi ujungnya tetap kehijau- hijauan.
c) Albescens,
pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan dan berwarna kekuning-kuningan
dengan ujung berwarna ungu kehitam-hitaman pada waktu masak.
B.
Syarat
Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Syarat tumbuh tanaman kelapa
sawit meliputi kondisi iklim, bentuk wilayah dan kondisi tanah.
A. Kondisi Iklim
Tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik pada suhu udara 27oC dengan suhu
maksimum 33oC dan suhu minimum 22oC sepanjang tahun.
Tanaman kelapa sawit termasuk
tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di saerah antara 12o
Lintang Utara 12o Lintang Selatan.
Curah hujan optimum 2000-2500 mm per tahun dengan pembagian yang merata
sepanjang tahun. Jumlah bulan kering
lebih dari 3 bulan merupakan factor pembatas berat. Adanya bulan kering yang panjang dan curah
hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air.
Lama penyinaran
matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi 50—90% dengan
kelembaban optimal 80%.
Ketinggian
tempat yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah: 0-- 400 m di atas permukaan laut.
B. Bentuk Wilayah
Bentuk wilayah yang sesuai
untuk tanaman kelapa sawit adalah datar sampai bergelombang yaitu wilayah
dengan kemiringan lereng antara 0—8%.
Untuk wilayah dengan kemiringan 8—30% tanaman kelapa sawit masih dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengelolaan tertentu seperti
pembuatan teras. Pada wilayah dengan
kemiringan >30% tidak dianjurkan untuk tanaman kelapa sawit karena akan
memerlukan biaya yang besar untuk pengelolaannya.
C. Kondisi Tanah
Secara umum tanaman kelapa sawit dapat tumbuh
baik pada tanah-tanah ultisols, entisols, inceptisols, andosols, dan
histosols. Beberapa karakteristik tanah
yang digunakan dalam penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit
meliputi batuan di permukaan tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah,
drainase tanah, dan tingkat salinitas (pH).
Tekstur tanah lempung berdebu, lempung berliat, dan lempung liat
berpasir merupakan yang paling ideal untuk tanaman kelapa sawit. Tekstur tanah menggambarkan kandungan fraksi pasir, debu dan liat di
dalam tanah.
Tekstur tanah yang ideal adalah
lempung liat berpasir yang mengandung fraksi pasir ± 45 % & fraksi liat 20 – 35 %. Kandungan fraksi pasir yang relatif cukup
tinggi berguna untuk respirasi perakaran tanaman kelapa sawit. Kandungan liat yang relatif cukup
tinggi berguna untuk memegang air dan hara (kapasitas tukar kation/KTK tanah).
Kedalaman efektif >100 cm, pH optimal 5,0—6,0, namun tanaman kelapa
sawit masih toleran terhadap pH<5,0 seperti pada tanah gambut yang pH nya
3,5—4,0.
Drainase yang baik dibutuhkan untuk menunjang
pertumbuhan dan produtivitas kelapa sawit yang tinggi. Drainase yang buruk ditandai dengan kondisi
yang tergenang dan lambatnya air masuk ke lapisan tanah, akan menghambat
respirasi dan penyerapan hara oleh perakaran kelapa sawit. Drainase yang terlalu cepat sebagai akibat
kandungan fraksi pasir tinggi, akan mengurangi kemampuan tanah untuk menahan
air.
C. Karakteristik Tanaman kelapa
Sawit
A.
Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah salah satu tanaman penghasil
minyak terbesar di dunia dan secara luas dibudidayakan di daerah tropis seperti
Malaysia, Nigeria, Ivory Coast, Columbia dan Thailand (Cha um et al, 2010).
Gambar 1. Budidaya kelapa sawit yang ada di
43 negara di dunia pada tahun 2006.
Sumber: Koh & Wilcove 2008a)
Jumlah
lahan potensial di beberapa wilayah Indonesia menurut “ Fakta Kelapa Sawit
Indonesia” ada 22. 914.479 ha tersebar di pulau-pulau di luar Pulau Jawa. Areal
kelapa sawit pada tahun 2012 mencapai 9,1 juta ha (Dirjenbun,2013).
Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima
sekarang adalah sebagai berikut:
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Klas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Spadiciflorae (Arecales)
Famili : Palmae (Arecaceae)
Subamilia : Cocoideae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis guineensis Jacq.(Mangoensukarjo,
2003)
Genus
Elaeis, yang termasuk family Arecaceae, yang hanya terdiri dari 2
species tropikal. Elaeis guineensis Jacq berasal dari Afrika ekonomi
tinggi, karena tingginya kandungan minyak yang dihasilkan dari bagian mesokarp
(minyak sawit) dan kernel sawit (Cochard et al., 2009). dan Elaeis
oleifera berasal dari Amerika Latin. Hanya Elaeis guineensis yang
memiliki daya tarik. Tanaman kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil.
Bagian kelapa sawit yang penting terdiri dari akar, batang, daun, dan buah.
Budidaya
Kelapa Sawit
A. Botani dan Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa
sawit yang tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 – 20 meter. Tanaman
berumah satu (monoecious) karena bunga jantan dan bunga betina terdapat pada
satu pohon.Bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga
jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih
besar dan mekar (Setyamidjaja,.2006).Akar tanaman kelapa sawit mempunyai
sistem perakaran serabut. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit
dapat menembus kedalaman 8 m di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping
dapat mencapai radius 16 m (Sastrosayono, 2003)
Batang tanaman diselimuti bekas
pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah kelapa sawit yang
mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman
kelapa. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk yang di bagian
pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di
kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua
sampai ke ujung daun. Buah kelapa sawit terdiri
atas beberapa bagian, yaitu eksokarp, perikarp,
mesokarp, endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45 – 50 %
minyak dan berwarna merah kuning karena mengandung karoten. Buah sawit
mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang
digunakan (Sunarko, 2007).
1.
Syarat Tumbuh
Kelapa Sawit
Habitat aslinya kelapa sawit adalah daerah semak belukar. Tanaman ini
tumbuh sempurna di ketinggian 1-500 mdpl dengan kelembaban 80-90% dan kecepatan
angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Sawit membutuhkan iklim
dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun. Pola curah hujan tahunan
memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.Tanaman kelapa sawit
memerlukan penyinaran antara 5-7 jam/hari. Temperatur optimal untuk pertumbuhan
kelapa sawit 24°C – 28°C.
Kelapa sawit dapat
tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial
atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Produksi
kelapa sawit lebih tinggi jika di tanam di daerah bertanah Podzolik. Kemiringan
lahan kebun kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15°. Jika kemiringan lahan
sudah melebihi 15° maka diperlukan tindakan konservasi tanah berupa pembuatan
terasan, tapak kuda, rorak dan parit kaki bukit.
2.
Kesesuaian
lahan tanaman kelapa sawit
Lahan yang sesuai untuk kelapa sawit
dapat berupa hutan primer dan sekunder, semak
belukar, bekas perkebunan komoditas lain (karet,
kelapa, kakao), padang alang-alang, atau bahkan
bekas kebun tanaman pangan (jagung, singkong, padi gogo),
serta kebun kelapa sawit tua (peremajaan).
Teknik pembukaan lahan dapat dilakukan secara manual,
mekanis, kimia atau kombinasi, tergantung keadaan vegetasinya.
a. Ketinggian Tempat :
Tanaman kelapa sawit
bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian tempat 1000 mdpl. Namun, untuk
produktivitas optimalnya diketinggian 400m dpl.
b. Topografi :
Baik dikemiringan
lereng 0°-12° atau 21%. Lahan yang kemiringannya 13°-25° masih bisa ditanami
kelapa sawit, tetapi petumbuhannya kurang baik. Untuk lahan yang kemiringannya
>25° sebaiknya tidak dipilih karena menyulitkan dalam pengangkutan buah saat
panen dan beresiko terjadi erosi.
c. Drainase :
Kelapa sawit memerlukan oksigen sehingga tidak
menyukai daerah yang tergenang. Drainase yang jelek dapat menghambat kelancaran
penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi , sehingga tanaman akan kekurangan
unsur nitrogen (N).
d. Tanah :
Kelapa sawit dapat tumbuh di tanah podsolik,
latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, dan alluvial. Tanah gambut juga
dapat di tanami kelapa sawit asalkan ketebalan gambutnya tidak lebih dari satu
meter dan sudah tua (saphrik).
Sifat tanah yang perlu
di perhatikan untuk budi daya kelapa sawit adalah sebagai berikut :
A.
Sifat Fisik
Tanah :
Tanaman kelapa sawit
dapat tumbuh baik di tanah yang bertekstur lempung berpasir, tanah liat berat,
tanah gambut memiliki ketebalan tanah lebih dari 75 cm, dan berstruktur kuat.
B. Sifat Kimia Tanah :
Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang
tinggi dan pH tanah bereaksi dengan asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber
pH optimum 5,0-5,5.
3. Kesesuaian iklim
Menurut Mangoensoekarjo (2007) Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis
(15° LU – 15° LS). Curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 1 250
– 2 500 mm/tahun. Kelapa sawit lebih toleran dengan
curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan
jenis tanaman lainnya. Jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan
merupakan faktor pembatas berat. Adanya bulan kering yang panjang
dan curah hujan yang rendah akan menyebabkan
terjadinya defisit air. Keadaan angin tidak terlalu berpengaruh karena
kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang di bandingkan tanaman lainnya
(Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).
Rencana budidaya tanaman kelapa sawit
1.Pemilihan.Benih,.Varietas.dan.Bentuk.Benih
Secara garis besar ada 3 (tiga) jenis benih kelapa sawit yang dibudidayakan menurut ketebalan dagingnya yaitu Dura, Pisifera dan Tenera.Benih yang saya pilih adalah benih jenis Tenera. Tenera dihasilkan dari persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki tempurung yang tipis (3-20%), ukuran biji sedang (3-15%), persentase daging per buahnya mencapai 90%, kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Cara penyemaiannya, kecambah dimasukkan polibag 12×23 atau 15×23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun,4-5,helai.bibit,dipindahtanamkan. Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40×50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak.
Secara garis besar ada 3 (tiga) jenis benih kelapa sawit yang dibudidayakan menurut ketebalan dagingnya yaitu Dura, Pisifera dan Tenera.Benih yang saya pilih adalah benih jenis Tenera. Tenera dihasilkan dari persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki tempurung yang tipis (3-20%), ukuran biji sedang (3-15%), persentase daging per buahnya mencapai 90%, kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Cara penyemaiannya, kecambah dimasukkan polibag 12×23 atau 15×23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun,4-5,helai.bibit,dipindahtanamkan. Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40×50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak.
2. Penyiapan lahan.
1.
Pembukaan Lahan
Dilakukan dengan cara
membuat jalan rintisan untuk pengukuran, membuat petak- petak
hektaran(blok),menebang pohon berdiameter lebih dari 3 inch menggunakan
chainsaw. Batang pohon yang sudah di tebang, dipotong menjadi ukuran yang lebih
kecil dan di tumpuk agar lebih mudah kering. Untuk rencana peremajaan, semua
dahan dan ranting dari pohon yang sudah di tebang di potong sepanjang 5 meter
lalu di tumpuk menurut barisan yang teratur. Tanggul atau sisa pohon bekas
penebangan liar yang letaknya bertepatan dengan lubang tanaman harus di bongkar
2.
Pengolahan Tanah
Pengolah tanah
dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma menggunakan traktor dengan
dua rotasi yang berurutan berupa pembajakan dan penggarukan, arahnya tegak
lurus atau paling tidak sedikit menyilang. Sementara itu, interval antara
rotasi minimum dilakukan dalam dua minggu.
3.
Pembuatan Jalan, Parit, dan Teras
Pembuatan Jalan
dilakukan dengan cara mengorek, menimbun, mengeraskan bagian lapangan, membuat
bentang, dan membuat parit di sebelah kiri-kanan jalan. Jalan utama dan jalan
produksi dibuat dengan bulldozer dan atau grader. Jalan sepanjang 1 km dibuat
dalam waktu 40-80 jam kerja dengan pemakaian bahan bakar 80 liter/jam kerja.
Selanjutnya, jalan di padatkan dengan menggunakan alat pemadat (bomag).
Pekerjaan ini umumnya dilakukan pada akhir musim hujan. Pembuatan parit
dikerjakan dengan menggali tanah sesuai ukuran dasar. Tanah galiannya di buang
ke tempat tertentu.Saluran air di daerah berbukit berupa saluran kebun dan
saluran utama yang menyalurkan air ke saluran drainase alam (sungai). Saluran
kebun di buat setiap 16 baris tanaman kelapa sawit dan di buat menurut kontur
lahan. Saluran utama di buat dengan lebar bagian atas 150 cm, lebar bagian
bawah 80 cm. saluran kebun di buat dengan lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian
bawah 60 cm, dan kedalaman 60 cm. Teras individu di buat menggunakan mal
berbentuk tapak kuda dengan muka teras menhadap kearah lereng bukit. Ukuran
teras 3 m x 3 m, jarak antara ajir tanaman dan tepi muka teras selebar 1,25 m.
4. Penanaman
a.Penentuan.Pola,Tanaman
Pola tanam menggunakan sistem monokultur. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
Pola tanam menggunakan sistem monokultur. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
b.Pembuatan.Lubang,Tanam
Pembuatan lubang dilakukan secara mekanis. Lubang tanam disiapkan 2 – 4 minggu sebelum tanam, sebaiknya paling lambat 4 minggu. Ukuran lobang berkisar antara 60 dan 90 cm dengan kedalaman 60 cm, tergantung kondisi tanah. Jika tanah gembur dan subur, cukup 60 x 60 x 60 cm, tetapi kalau tanahnya lebih padat atau berliat dan kurang subur, sebaiknya ukuran lobang lebih besar.Jarak tanam yang direkondasikan adalah 9x9x9 m sistem persegi panjang. Penggalian lubang dilakukan pada titik ajir sedemikian rupa sehingga ajir berada tepat di tengah lubang tanam. Buat tanda batas penggalian dengan tongkat berukuran tadi sebelum ajir dicabut untuk penggalian lubang. Setelah lubang selesai, ajir harus dikembalikan pada posisi tepat di tengah lubang. Tanah galian dipilah dua yaitu lapisan atas (top soil) dan lapisan bawah (sub soil) serta meletakkannya terpisah pada sisi lubang yang berbeda (kiri – kanan atau utara – selatan) dalam arah yang konsisten.
Pembuatan lubang dilakukan secara mekanis. Lubang tanam disiapkan 2 – 4 minggu sebelum tanam, sebaiknya paling lambat 4 minggu. Ukuran lobang berkisar antara 60 dan 90 cm dengan kedalaman 60 cm, tergantung kondisi tanah. Jika tanah gembur dan subur, cukup 60 x 60 x 60 cm, tetapi kalau tanahnya lebih padat atau berliat dan kurang subur, sebaiknya ukuran lobang lebih besar.Jarak tanam yang direkondasikan adalah 9x9x9 m sistem persegi panjang. Penggalian lubang dilakukan pada titik ajir sedemikian rupa sehingga ajir berada tepat di tengah lubang tanam. Buat tanda batas penggalian dengan tongkat berukuran tadi sebelum ajir dicabut untuk penggalian lubang. Setelah lubang selesai, ajir harus dikembalikan pada posisi tepat di tengah lubang. Tanah galian dipilah dua yaitu lapisan atas (top soil) dan lapisan bawah (sub soil) serta meletakkannya terpisah pada sisi lubang yang berbeda (kiri – kanan atau utara – selatan) dalam arah yang konsisten.
c.Cara,Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan yaitu bulan Oktober dan bulan November, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Lalu gunakan 1 botol SUPER NASA yang diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
Penanaman pada awal musim hujan yaitu bulan Oktober dan bulan November, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Lalu gunakan 1 botol SUPER NASA yang diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
Penanaman kacang-kacangan penutup
tanah
Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC)
pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki
sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan mempertahankan
kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma. Penanaman tanaman kacangkacangan
sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. Jenis-jenis
tanaman kacang-kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Centrosema
pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. Biasanya
penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).
Tanaman kacang-kacangan berfungsi menghasilkan bahan
organik disamping itu dapat mengikat unsur Nitrogen dari udara. Adapun manfaat
tanaman tersebut bagi pengusahaan perkebunan kelapa sawit adalah sebagai
berikut :
- Menambah bahan organik sehingga memperbaiki struktur tanah
- Memperbaiki status hara tanah,terutama nitrogen.
- Memperbaiki sifat-sifat tanah akibat pembakaran (pembukaan lahan)
- Melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi, terutama pada tanah yang curam.
- Mengurangi biaya pengendalian gulma
- Mendorong pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi.
Sebagaimana tanaman utama yaitu kelapa sawit, tanaman
pendukung ini mengingat besarnya manfaat bagi keberhasilan tanaman sawit maka
perlu dilakukukan pemeliharaan yang memadai yang meliputi antara lain :
pemilihan bibit yang unggul, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan
pemeliharaan.
Estimasi produksi
a. Kriteria Matang Panen
Kelapa sawit mulai
berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat
dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang
panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang
panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya
kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang
beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah
brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah
brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit akan
menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen
pada saat tanaman berumur 3 atau 4
tahun. Produksi TBS yang dihasilkan akan terus
bertambah seiring bertambahnya umur dan akan mencapai
produksi yang optimal dan maksimal pada saat
tanaman berumur 9 – 14 tahun, dan setelah
itu produksi TBS yang dihasilkan akan mulai menurun.
Umumnya, tanaman kelapa sawit akan optimal menghasilkan TBS hingga
berumur 25 – 26 tahun.
b. Cara Panen
Pemanenan dilakukan
untuk umur <7 tahun menggunakan alat dodos dengan lebar 10-12,5 cm
dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu dan untuk kelapa sawit umur >7
tahun menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium atau batang bambu.
Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong
terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan. Tandan buah yang matang
dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Brondolan harus
bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Selanjutnya tandan dan
brondolan dikumpulkan di TPH.
c. Panen Pertama
Pemanenan pertama
dilakukan setelah 4 tahun dengan hasil produksi 0,5ton/ha perbulannya. ). Per
kilo 1700 rb. 0,5 ton (500 kg) x 1700 = 850 rb.
Hasil akan naik
seiring dengan umur tanaman, berikut perkiraannya :
Tahun ke 6 – 10 => 1,2 ton – 1,5 ton per HA tiap bulan
Tahun ke 11 – 15 => 1,6 ton – 2,5 ton per HA tiap bulan
Jadi pada tahun
ke 4 bisa mendapatkan hasil panen per HA per bulan sekitar 700 rb per bulan.
Jika dihitung secara sederhana 700 rb x 36 bulan = 25 jt-an.Modal yang
dikeluarkan sekitar 17 jt per HA sampai umur 4 th. Ada selisih 8 jt-an yang
bisa dipakai untuk ongkos produksi selama 3 th tersebut (dari umur 4 th – 7
th).JADI ESTIMASI saya pada umur 7 th atau setelah sawit menghasilkan yaitu
umur 4 th, dimana ini berarti ada masa 3 tahun yang dibutuhkan supaya BEP
setelah panen.
Masa BEP yang
sebenarnya sendiri saat umur 7 th. Setelah umur 7 tahun dimana hasil yang
didapat untuk tiap HA juga naik sedang biaya produksi untuk pupuk, pemangkasan
daun, penyemprotan relative sama dengan sebelum 4 th. Biaya yang naik adalah
biaya ongkos panen dan ongkos transportasi (biaya untuk mengangkut hasil panen)
sampai pabrik.Dalam keadaan yang optimal, produktivitas kelapa sawit dapat
mencapai 20-25 ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak sawit.
Diagnosis Kebutuhan Pupuk
Diagnosis
kebutuhan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus
diaplikasikan. Kemampuan tanah dalam menyediakan hara mempunyai perbedaan
sangat berbeda tergantung pada jumlah hara yang tersedia, adanya proses fiksasi
dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia (secara kimia) untuk mencapai
zona perakaran tanaman (Pahan , 2011)
Diagnosis secara visual
Diagnosis
secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan:
a. Perbandingan warna hijau daun dengan warna hijau yang baku
(hijau-gelap)
b. Adanya tanda dan gejala (symptom) defisiensi hara
c. Membandingkan pertumbuhan tanaman dengan plot tanaman yang tidak mendapat
pemupukan (tehnik window). Warna daun yang hijau-gelap merupakan ciri keadaan
hara tanaman yang baik. Cara paling mudah untuk melihat tanda dan gejala
defisiensi adalah dengan membandingkan daun dengan foto tanaman yang mengalami
defisiensi (Pahan, 2011).
Diagnosis Secara Kimia
Diagnosis secara kimia dilakukan dengan melakukan
analisis tanah dan analisis jaringan. Diagnosis secara kimia lebih presisi dan
ilmiah jika dibandingkan dengan diagnosis secara visual.
A.
Analisis
tanah
Sebagian besar areal tanaman
kelapa sawit di Indonesia dikembangkan di tanah mineral yang terdiri atas
berbagai jenis tanah. Setiap jenis tanah mempunyai
tingkat kesuburan yang berbeda baik fisik maupun
kimia, yang merupakan faktor penting dalam menentukan produktivitas kelapa
sawit ( Sukarji et al., 2000).
Analisis tanah mempunyai peranan yang sangat penting
untuk menentukan jenis dan dosis pupuk. Berdasarkan analisis tanah tersebut
dapat diketahui sifat kimia yang menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan
tanaman kelapa sawit. Perbaikan kesuburan tanah atau status tanah ke tingkat
cukup dan berimbang, serta bebas dari unsur yang bersifat racun seperti Al akan
memberikan peluang tercapainya produksi kelapa sawit yang tinggi ( Sugiyono et
al, 2005)
B.
Analisis
jaringan (daun)
Kandungan hara ( di dalam jaringan) tanaman memberikan
informasi tentang status hara tanaman. Dengan melihat status hara tersebut
diperoleh gambaran jumlah pupuk yang harus ditambahkan di masa yang akan datang
umumnya dalam periode 1 tahun.Umumnya, dibuat berdasarkan pada kandungan hara
di dalam daun dan membandingkannya dengan konsentrasi hara yang kritis / nilai
kritis atau dengan metode yang lebih canggih, misalnya dengan mempertimbangkan
kandungan hara yang aktif (mobil) seperti pada unsur Ca dan Fe. Selain itu,
dapat juga digunakan rasio hara kompleks dan hara sederhana.Pada nilai kritis
kandungan hara, biasanya tingkat produksi yang diharapkan berkisar 80- 100 %
dari potensi produksi yang sebenarnya. Analisis daun dapat memberikan informasi
tentang ketidakseimbangan hara (Pahan, 2011).
Analisis daun sangat tepat dilaksanakan pada tanaman
kelapa sawit karena tanaman kelapa sawit memproduksi daun dan tandan sepanjang
tahun secara teratur sehingga memudahkan tim pengambil daun untuk pengumpulan
daun pada umur fisiologis tertentu (IOPRI,1997).
Menurut penelitian
sebelumnya, pemberian pupuk K cenderung menurunkan kadar Mg di dalam daun, namun
secara statistik tidak berbeda nyata. Kadar hara Mg daun kelapa sawit pada
tanah gambut tergolong tinggi berkisar 0,49-0,53% Mg, sedangkan kadar hara Mg
daun pada tanah mineral hanya sekitar 0,25 % Mg (Sugiyono et al., 1999)
Sistem Pengambilan Contoh Daun
Berdasarkan pada suatu unit yang dikenal dengan
Kesatuan Contoh Daun (KCD) atau Leaf Sampling Unit (LSU). Satu KCD harus
mencerminkan keseragaman yang meliputi: umur tanaman, jenis tanah, tindakan
kultur teknis dan topografi drainase.
Syarat –syarat pohon contoh:
1. Pohon tidak dekat jalan, sungai, bangunan, atau parit
2. Bukan pohon sisipan
3. Tidak berdekatan dengan hiaten (areal terbuka)
4. Pohon normal dan tidak terkena penyakit (Winarna et al.,2007)
A. Tehnik Pengambilan Contoh Daun
1. Mengikuti sistem susunan daun kelapa sawit yaitu susunan pelepah
kelapa sawit dengan spiral arah kanan ( right handed palm) dan susunan
pelepah kelapa sawit dengan spiral arah kiri (left handed palm).
2. Penentuan contoh daun.
Pada tanaman menghasilkan (TM), contoh daun diambil dari pelepah ke -17.
Daun ke-17 letaknya di bawah daun ke -9 agak ke sebelah kiri pada spiral arah
kanan dan agak ke sebelah kanan pada spiral arah kiri (Winarna et al.,2007).
Letak daun ke-17 ada yang ternaungi daun lainnya mengakibatkan kompetisi
akan cahaya matahari. Daun-daun ke-17 yang ternaungi secara fisiologis
kadang-kadang lebih tua dari daun ke 17 yang mendapat cahaya matahari penuh.
Hal ini disebabkan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat, daun ke-17 tanaman
muda mungkin hanya berumur 5-6 bulan sedangkan daun ke-17 tanaman lebih tua
dapat mencapai umur 8-10 bulan (IOPRI, 1997).
Gejala Defisiensi Magnesium
Magnesium berperan
penting sekali bagi tanaman dalam proses fisiologi seperti fotosintesa,
prosedur sintesa karbohidrat dan translokasi serta metabolisme; unsur penyusun
inti butir-butir klorofil (chlorophyll) yang berperan di dalam proses
asimilasi (fotosintesa); magnesium bergabung dengan Phosporus dalam
bentuk phospholipids di dalam minyak dan aktif dalam proses fisiologi pada
jaringan-jaringan muda yang termasuk dalam pembentukan chlorophyll (Vademencum,
2011)
Defisiensi adalah suatu
keadaan dimana tanaman kekurangan nutrisi tertentu, yang dapat dilihat dari
gejala fisik tanaman terutama pada bagian daun dan batang.Umumnya defisiensi Mg
(Orange ford) dijumpai pada daun-daun pelepah tua karena Mg dapat
bergerak dari daun tua ke daun muda. Gejala awal adalah timbulnya warna hijau
kekuningan yang berubah warna pucat kekuningan di bagian ujung lembaran daun
yang berumur lebih tua, terutama yang langsung terkena cahaya matahari. Pada
kondisi yang semakin berat, warna daun berubah menjadi coklat kekunigan sampai
kuning cerah dan akhirnya mengering. Bagian-bagian daun yang menunjukkan gejala
klorosis pada tahap berikutnya mungkin akan diinvasi oleh jamur sekunder
(misalnya Pestaliopsis gracilis) yang menimbulkan warna ungu pada
pinggiran dan ujung lembaran daun (IOPRI.,1997).
Pada umumnya defesiensi magnesium (Orange Frond) terjadi karena:
1. Kadar Mg tertukarkan (exchangable) dalam tanah sangat rendah (<0,2
cmol/kg)
2. Tanaman kelapa sawit
ditanam pada tanah bertekstur ringan yang lapisan tanah atasnya sudah tererosi.
3.
Pemupukan Mg tidak mencukupi untuk mendukung produktivitas tanaman yang tinggi
atau tanaman tumbuh pada tanah dengan kandungan Mg yang sangat rendah.
Darmosarkoro W (2000) juga melaporkan penyebab
defisiensi magnesium antara lain adalah:
1. Pemupukan Mg terlalu sedikit atau K terlalu banyak
2. Pemupukan Mg tidak efektif
3. Penggunaan pupuk dengan mutu rendah.
Pencegahan yang
dilakukan adalah dengan pengambilan contoh daun secara rutin dan
penganalisaannya di laboratorium diperlukan untuk mengetahui rendahnya kadar Mg
daun (<0,18%) dan ketidakseimbangan antara Mg dan K. Hal ini juga terjadi
untuk tanaman kelapa sawit yang tumbuh pada tanah dengan kadar Ca tertukarkan
tinggi (misal tanah-tanah vulkanis. Dolomit dapat digunakan untuk keperluan
pupuk Mg secara rutin. Akan tetapi, jika defisiensi Mg dijumpai sangat nyata
maka pemupukan dengan 2-3 kg kieserite/ph/th mungkin diperlukan. (IOPRI, 1997).
Gejala Defisiensi Nitrogen
Nitrogen berfungsi untuk pertumbuhan vegetatif sebagai bahan protein di
dalam membentuk jaringan-jaringan tanaman, berperan sangat penting pada tanaman
muda agar waktu menghasilkan mempunyai batang yang seGejala defisiensi nitrogen
dapat terjadi jika:
1.
Tanaman kelapa sawit menderita kompetisi yang berat dari gulma seperti
alang-alang (Imperata cylindrica) dan mikania (Mikania micrantha).
2.
Tanah dengan drainase jelek dan akar berada dalam kondisi anaerobik.
3.
Barisan tanaman yang sering dibabat secara rutin.
4.
Hara N yang tersedia dalam tanah sangat rendah.
5.
Tanaman menderita gangguan sebagai akibat proses pemindahan.
6.
Lapisan tanah dangkal, berbukit, dan tanaman tumbuh pada tanah yang
berbatu-batu.
7.
Pemupukan N yang tidak mencukupi.
8.
Terjadinya hambatan mineralisasi N yang disebabkan rendahnya pH tanah yang
menghambat aktivitas mikroba tanah. Proses pembentukan daun terhambat pada
tanaman kelapa sawit yang mengalami gejala defisiensi N, dan ini memperlambat
perkembangan indeks luas daun yang optimum. Pada tanaman menghasilkan,
pemupukan N diperlukan untuk mempertahankan N daun sekitar 2,5- 2,8 % (IOPRI,
1997).
hat dan kuat.
(Vademencum, 2011)
Dari hasil penelitian
diketahui, dosis pupuk N,P,K dan Mg yang optimum untuk tanaman kelapa sawit
umur 8-10 tahun pada macam tanah Typic Dystropopt adalah 3,0 kg
urea/pohon/tahun dan 0,75 kg Kieserit/pohon/tahun (Sukarji et al.,
2000).
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit, Pencegahan dan Pengendaliannya
Tanaman
dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman
yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat
penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal” (Pracaya, 2003: 320).
Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika tanaman tersebut dapat
menjalankan fungsi-fungsi fisiologis dengan baik, sepertipembelahan dan
perkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis dan lain-lain.
Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman dapat menimbulkan
penyakit..
Selain
hama, penyakit juga menimbulkan masalah pada pertanaman kelapa sawit.
Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh infeksi cendawan Ganoderma
boninense merupakan penyakit penting yang menyerang kebun-kebun kelapa sawit.
Cendawan G. boninense merupakan patogen tular tanah yang merupakan parasitik
fakultatif dengan kisaran inang yang luas dan mempunyai kemampuan saprofitik
yang tinggi.
1.
PENYAKIT BUSUK PANGKAL (disebabkan Jamur GENODERMA)
Ganoderma
boninense adalah kelompok cendawan busuk putih (white rot
fungi), cendawan ini bersifat lignolitik (Susanto 2002; Paterson 2007). Oleh
sebab itu, cendawan ini mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dalam mendegradasi
lignin dibandingkan kelompok lain. Komponen penyusun dinding sel tanaman adalah
lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Cendawan G. boninense memperoleh energi
utama dari selulosa, setelah lignin berhasil didegradasi, selain itu
karbohidrat seperti zat pati dan pektin, diperoleh meskipun dalam jumlah kecil
(Paterson 2007).
2. PENYAKIT BERCAK DAUN
Penyakit-penyakit
yang termasuk ke dalam kelompok bercak daun adalah yang disebabkan oleh
jamur-jamur patogenik dari genera Curvularia, Cochiobolus, Drechslera dan
Pestalotiopsis (Turner, 1981). Bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia
lebih dikenal sebagai hawar daun curvularia. Penyakit ini terdapat di berbagai
perkebunan kelapa sawit di Indonesia, tetapi tingkat serangannya beragam
tergantung pada kondisi lingkungan setempat dan tindakan agronomik yang
dijalankan (Purba, 1996 ; 1997 dan 2001).
3. PENYAKIT BUSUK DAUN (Antraknosa)
Penyakit
antraknosa merupakan sekumpulan nama infeksi pada daun bibit-bibit muda, yang
disebabkan oleh 3 genera jamur patogenik, yaitu Botryodiplodia spp.,
Melanconium elaeidis dan Glomerella cingulata. Spora dihasilkan di dalam
piknidia atau aservuli, menyebar dengan bantuan angin atau percikan air siraman
atau hujan (Turner, 1971 dan 1981 ; Barnet dan Hunter, 1972 ; Domsch, Gams dan
Anderson, 1980). Penyakit ini telah dilaporkan terdapat di berbagai perkebunan
kelapa sawit di Indonesia (Turner, 1981 ; Purba dan Sipayung, 1986 ; Purba,
1996d, 1996f, 1997d dan 1999a).
4. PENYAKIT TAJUK (CROWN DESEASE)
Penyakit
tajuk (penyakit mahkota, crown desease) sering dijumpai di kebun
yang belum menghasilkan, dan merupakan penyakit yang paling mencolok disini.
Pada umumnya penyakit hanya terdapat di kebun yang berumur 1-3 tahun setelah
penanaman di lapangan. Sesudah itu penyakit sembuh dengan sendirinya, dan bekas
tanaman sakit berkembang seperti tanaman biasa. Meskipun demikian tanaman agak
terlambat pertumbuhannya jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak mengalami
gangguan.Penyakit tajuk terutama terdapat di Indonesia dan Malaysia, yang bahan
tanamannya adalah keturunan Deli. Di Sumatera Utara terdapat kebun-kebun muda
yang lebih kurang 10 % dari tanamannya bergejala penyakit tajuk.
5. PENYAKIT
BUSUK TANDAN
Penyakit
busuk tandan disebabkan oleh Marasmius palmivorus. yang mula mula
jamur ini membentuk benang benang berwarna putih yang banyak menutupi kulit
buah, dan kemudian membentuk payung. Penyakit ini dapat dilakukan pencegahan
dengan cara penyerbukan buatan, kantrasi dan sanitasi kebun. Penyakit ini dapat
menurunkan hasil produksi dan kualitas buah apabila dibiarkan begitu saja dan
tidak dilakukan pencegahan dan pengendalian sesuai prosedur yang ada.
Fisiologi
Tanaman Kelapa Sawit
A. Klorofil
Fotosintesis adalah proses penting fotokimia dimana
terjadi konversi dari energi cahaya menjadi energi kimia dan disimpan dalam
bentuk gula pada tanaman. Laju fotosintesis ditentukan oleh jumlah photon
diantara 400 nm dan 700 nm yang diserap tanaman. Proses fotosintesis
berlangsung di kloroplas dimana terdapat 4 pigmen utama yaitu klorofil a, klorofil
b, xantofil dan karoten. Klorofil adalah pigmen yang dominan pada tanaman yang
menyerap cahaya biru dan merah. Pada tumbuh-tumbuhan, warna yang paling tampak
adalah warna hijau. Hal ini karena disebabkan zat hijau daun yang disebut
klorofil (Beitas, 2007). Kloroplas tersusun dari stroma yang diliputi selaput
membran, di dalamnya tersebar granula kecil yang mengandung pigmen klorofil
berwarna hijau dan pigmen-pigmen lainnya, antara lain carotenoid.
Gambar
5. Klorofil
Klorofil
(dari
bahasa Inggriss, chlorophyll) atau zat hijau daun (terjemahan
langsung dari bahasa Belanda bladgroen) adalah pigmen yang dimiliki oleh
berbagai organisme dan menjadi salah satu molekull berperan utama dalam
fotosintesis...Klorofil memberi warna hijau pada daun tumbuhan. Klorofil
memiliki beberapa bentuk. Klorofil-a terdapat pada semua klorofil autotrof.
Klorofil-b dimiliki alga hijau dan tumbuhan darat .Meskipun bervariasi, semua
klorofil memiliki struktur kimia yang bermiripan, yaitu terdiri dari porfirin
tertutup (siklik), suatu tetrapirol, dengan ion magnesium di pusatnya dan
"ekor” terpena. Kedua gugus ini adalah kromofor ("pembawa
warna") dan berkemampuan mengeksitasi elektron apabila terkena cahaya pada
panjang gelombang tertentu (Rifai,1996)
Gambar
6. Struktur kimia klorofil
Sifat- sifat klorofil meliputi:
a. Sifat Kimia
Klorofil
a dan b tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam berbagai pelarut
organik. Klorofil a mudah larut dalam ethyl alkohol, ethyl ether, aceton,
chloroform dan carbon bisulfida. Sedangkan klorofil b dapat larut dalam pelarut
yang sama meskipun tidak semudah klorofil a. Klorofil a dan b mempunyai
komposisi yang hampir sama. Perbedaan keduanya terletak pada gugus CH3 (klorofil
a)
b. Sifat Fisika
Semua klorofil memiliki sifat dapat berfluorescence,
yakni apabila mendapat penyinaran dengan spektrum cahaya tertentu (excitation
spectrum), maka cahaya yang diteruskannya (emission spectrum) adalah
cahaya pada spektrum yang berlainan. Sebagai contoh, klorofil a yang dilarutkan
dalam aseton 80% mempunyai maximum excitation antara panjang gelombang
430-450 nm (biru-ungu) dan akan memberikan maximum emission antara panjang
gelombang 650-675 nm ( merah tua). Apabila klorofil dalam pelarut aseton
disinari dengan berbagai spektrum cahaya tampak (visible light) dalam
suatu spektrofotometer maka panjang gelombang cahaya tertentu dapat lebih
diserap daripada yang lainnya. Sifat-sifat spektrum tersebut dapat digunakan
untuk memberikan ciri-ciri perbedaan klorofil a dan b.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil adalah:
1. Faktor
Genetik
Hal
ini pada tumbuhan terrestrial telah dibuktikan antara lain pada tanaman jagung
yang homozygous recessive untuk faktor genetik tertentu. Pada tumbuhan
lain gejala serupa telah dapat dibuktikan pula.
2. Cahaya
Cahaya
dibutuhkan untuk pembentukan klorofil pada tumbuhan tingkat tinggi.
3.
Nitrogen
Nitrogen
merupakan bagian dari molekul klorofil, maka tidak mengherankan bila defisiensi
unsur ini akan menghambat pembentukan klorofil. Nitrogen merupakan kebutuhan
pokok bagi seluruh orgamisme.
4.
Air
Berkurangnya
kadar air dalam tumbuhan tingkat tinggi tidak saja menghambat pembentukan
klorofil, tetapi juga dapat mempercepat perombakan (dekomposisi) klorofil yang
telah ada, misalnya daun-daun menjadi kuning (Riyono, 2007).
Definisi
spektrofotometrik dari pigmen fotosintesis yang menyebabkan energi cahaya
diubah menjadi energi kimia pada semua organisme fotosintetik pertama kali
ditemukan oleh Stokes 1864. Selanjutnya, contoh diperoleh dari Fucus L. Dan
Laminaria L., diklasifikasi menjadi klorofil biru (klorofil a), klorofil hijau
(klorofil b), klorofucin (klorofil c1, klorofil c2) dan kuning –orange
(xantophyll) berdasarkan warna pigmen. Absorbansi cahaya dapat memberikan
analisa bagi kuantitas dan kualitas pigmen. Penggunaan pelarut pigmen
tergantung pada species tanaman. Pada kenyataanya, aseton, kloroform, dietil
ether, dimethyl formamid dan metanol digunakan pada tanaman tingkat tinggi
(Dere,et al,1998).
B.
Stomata
Stoma
(stomata) berasal dari bahasa Greek yang artinya mulut. Stomata umumnya
terdapat pada bagian tumbuhan yang berwarna hijau terutama pada daun. Stomata
adalah pori-pori yang terbentuk oleh sepasang sel-sel yang telah
terspesialisasi, sel-sel penjaga yang ditemukan di permukaan bagian aerial pada
kebanyakan tanaman tingkat tinggi dimana fungsinya dapat membuka dan menutup
untuk mengendalikan pertukaran gas diantara tanaman dan lingkungannya. Masuknya
CO2 ke
dalam daun untuk fotosintesis dan pengeluaran uap air dimana digunakan untuk
pengeluaran dan pendinginan daun.
Gambar 8. Stomata Abaxial Daun Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
a. porus (stoma) b.sel penjaga c.vakuola d.sel epidermis
Stomata berperan penting sebagai alat adaptasi tanaman
terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan menyebabkan stomata
akan menutup sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang
berperan dalam membuka dan menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA).
Tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan sangat efektif sehingga tanaman
dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan (Lestari, 2006).
Pada kebanyakan daun herbaceous , stomata tanaman
ditemukan pada permukaan atas (adaxial) dan bawah (abaxial) tetapi baiasanya
sedikit pada bagian atas. Daun dengan stomata hanya di permukaan bawah saja
disebut hypostomatous. Tanaman air seperti water lilies hanya mempunyai stomata
di permukaan atas yang disebut epistomatous (Wilmer C, 1983)
Cahaya
dan air dianggap sebagai faktor-faktor yang paling penting bagi berlangsungnya
gerakan-gerakan sel penutup. Sel penutup menyerap air sehingga menjadi jenuh,
dinding sel penutup bagian luar akan lebih menggembung dibandingkan dengan
dinding sel penutup bagian dalam yang menyebabkan bentuk sel penutup
menyebabkan volume sel penutup berubah dan tegangan turgor sel penutup menurun
sehingga stomata menjadi tertutup (Sutrian, 2004).
Stomata membuka pada siang hari dan menutup pada malam
hari bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Cahaya merangsang sel penutup
untuk mengakumulasi kalium. Respon ini dipengaruhi oleh reseptor cahaya biru
yang terdapat pada sel penutup. Cahaya juga merangsang pembukaan stomata dengan
cara mendorong fotosintesis di dalam sel penutup untuk menyediakan ATP agar
terjadi transport aktif ion hidrogen. Kehilangan CO2 di dalam ruang udara
daun yang terjadi ketika fotosintesis di mesofil juga menyebabkan stomata untuk
membuka (Campbell et al, 2003).
Pada daun kelapa sawit, stomata banyak ditemukan pada
bagian abaxial. Jumlah stomata yang lebih banyak pada permukaan bawah merupakan
suatu mekanisme adaptasi pohon terhadap lingkungan darat (Campbell et al,
2003), sehingga mengurangi transpirasi (Larcher,1995; Taiz dan Zeiger,2002).
Sesuai
kriteria, bahwa stomata daun dikatakan rendah jika < 300/mm2, tinggi
jika > 500/mm2. Stomata daun dikatakan sangat panjang jika > 25μm,
panjang jika 20-25 μm dan kurang panjang jika < 20 μm (Agustini (1999) dan
Kurnia (2006) dalam Hidayat (2009).
Menentuan Jarak Tanam dan
Pemancangan (Pengajiran) Kelapa Sawit
1. Menentukan
jarak tanam
Intensitas
cahaya matahari yang optimum yang diperlukan oleh tanaman bervariasi menurut
jenis tanamannya. Intensitas,kualitas dan lamanya penyinaran merupakan salah
satu yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan morfologi. Tanaman yang terlindung
pertumbuhannya akan meninggi (otiolasi),habitusnya rendah dan lemah. Jumlah
daun sedikit dan bunga betina berkurang. Populasi per hektar yang terlalu padat
lama kelamaan produksinya akan menurun, karena selain kompetisi dalam
pengambilan unsur hara juga terjadi tumpang tindih pelepah sehingga intensitas
dan kualitas sinar matahari yang diterima kurang optimum dan ini mengurangi
luasan asimilasi (fotosintesis). Dengan demikian maka pengaturan jarak
tanamamatlah penting. Untuk kelapa sawit jenis Tenera D x P populasi per hektar
= 143 pokok, semula merupakan jarak tanam yang optimum, namun ternyata dari
hasil percobaan para ahli dari Marihat pada umur 8 tahun pelepah sudah mulai
over laping dan pengaruh terhadap perkembangan produksi. Untuk mencegah dan
mengatasi timbulnya pengaruh intensitas dan kuantitas sinar matahari maka
diperlukan jarak tanam dan arah barisan tanam. Jarak tanam pada kelapa sawit
pada umumnya dibuat segitiga sama sisi (triangular). Sedangkan arah barisan
tanaman mengarah dari Utara ke Selatan sehingga pendistribusian sinar matahari
dari arah timur cukup banyak untuk setiap tanaman.
2. RUMUS
MENCARI POPULASI/HA
Untuk mencari populasi/ha digunakan rumus
sebagai berikut :
Populasi/ha
= 10.000 m2 : (a x 1/2 a√3) Keterangan : a = jarak tanam
3. PEMANCANGAN
(PENGAJIRAN)
Untuk
mendapatkan letak dan barisan tanaman yang teratur terlebih dahulu diadakan
pemancangan areal. Pemancangan pada areal yang rata jarak antara barisan dan
dalam barisan sesuai dengan jarak yang sebenarnya. sedangkan untuk areal yang
berbukit dan berkontur arah barisan mengikuti arah kontur yang ada dan jarak
antara barisan adalah proyeksi jarak antar barisan.
Peralatan
Pancang Sebelum dimulai pemancangan terlebih dahulu harus mempersiapkan
alat-alat pancang yaitu :
·
Kompas atau theodolite untuk menentukan
arah
·
Ajir/bambu/kayu panjang 2 meter, 4
pancang/Ha
·
Anak pancang ukuran 1- 1,5 meter dan
diikat plastik putih
·
Tali panjang 100 m yang telah diberi
tanda jarak tanam dan jarak antar barisan
Cara
memancang
Areal Rata - Buat patok hektaran 100 m x 100 m
(1 Ha) Buat patok induk tanaman dengan arah Utara-Selatan dan Timur-Barat
dengan menggunakan tali yang telah diberi tanda - Jarak Timur-Barat tergantung
jarak tanam yang diinstruksikan (misal 7,97 m) untuk jarak tanam segitiga sama
sisi 9,2 x 9,2 x 9,2 m - Jarak Utara-Selatan misalnya 9,2 meter - Bila luas per
blok 25 ha dengan panjang blok 500 m/7,97 m = ± 62 pokok,sisanya 7 meter untuk
jarak dari pinggir blok masing2 7/2 = 3,5 m - Arah Utara-Selatan = 250 m/9,2
meter = 27 pokok, sisanya 1 meter. Sumbu dari pinggir blok (jalan/parit) 1/2 =
0.5 meter. Artinya pancang pertama dari batas blok (jalan/parit) dari arah U-S
berjarak 0.5 meter dan dari batas blok T-B 3.5 meter - Karena jarak pancang
cukup panjang maka dipakai pancang pembantu dulu setengah dari jarak tanam
tersebut (pancang mati) dan pemancangan dibuat skala kecil terlebih dahulu (1
Ha) sesuai menurut arah mata lima, kemudian diteruskan ke seluruh areal
Areal
Berbukit dengan sistem kontur Jarak antar kontur merupakan proyeksi dari jarak
antar barisan ada bukit tersebut. Sedangkan jarak dalam barisan sedapat mungkin
tetap sama dengan jarak dalam barisan sebenarnya. Jika tidak memungkinkan
karena perbedaan kemiringan maka jarak dalam barisan adalah jarak proyeksi.
Tenaga Pemancang Pemancangan sebaiknya dilakukan oleh team khusus yang telah
berpengalaman ataupun minimal harus dilatih terlebih dahulu. Satu team
pemancang minimal terdiri dari 5 orang. ~ 1 orang tukang teropong ~ 1 orang
tukang pancang ~ 2 orang tukang tarik tali ~ 1 orang bawa pancang Kapasitas
memancang per/ha pada umumnya ± 1,5 hk/ha
BAB III
Kumpulan Hasil Penelitian
Anonim. 1990. Laporan Tahunan Komoditi Sawit.
Kantor Pemasaran Bersama Perkebunan PN/PTP Perkebunan I-XXXI. Jakarta.
Anonim. 1997. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya,
Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran.
.
Marsono
dan Paulus Sigit. 2008. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta
Mulyani,
M. S dan A. G. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta.
Jakarta.
Poeloengan,
Z, dan Sjahrum Lubis. 1992. Prospek Kelapa Sawit untuk Agroindustri.
Makalah untuk Agribusiness Week. P2PA. Jakarta.
Sastrosayono,
S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Setyamidjaya
dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarko.
2010. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistim Kemitraan.
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Abdullah
TS. 1998. Pedoman Teknis Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Jurusan Ilmu Tanah.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pangudijatno
G. 1981. Penilaian Teknis Kemampuan Lahan Untuk Budidaya Karet dan Kelapa
Sawit. Proc. Konperensi Budidaya Karet dan Kelapa Sawit. Medan.
Pemerintah
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Pertanian nomor
14/Permentan/PL.110/2/2009 tentang Pedoman Pemanfaatan lahan Gambut untuk
Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta
Daftar Pusaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar